Dirgahayu Sudan!
Setiap 1 Januari rakyat Sudan memperingati Hari Kemerdekaan. Kemerdekaan itu tepat 9 bulan pasca deklarasi Dasasila Bandung pada peristiwa KAA 1955 di Kota Bandung.
Sabtu, 16 April 1955 Sudan tiba di Bandara Andir. Sudan diwakili sejumlah delegasi yang diketuai Ismail Al-Azhari. Kedatangannya disambut PM RI Ali Sastroamidjojo diiringi gegap gempita marching band dan 29 bendera negara peserta KAA.
Ismail Al-Azhari sempat terhenti langkahnya. Pandangannya menyapu area bandara. Ekor matanya berbinar-binar. Bibirnya tersenyum kecil. Sesekali ia membenarkan jas yang ia kenakan. Terdengar deham beberapa kali, seolah ingin melapangkan tenggorokannya sebelum berbicara serius.
PM Ali Sastroamijoyo paham. Pejabat tinggi Sudan itu sedang terharu menatap nanar bendera putih yang berkibar di serong kanan mereka. Di bendera itu tertulis S U D A N.
“Thank you, Mr. Prime Minister!” ujar Ismail Al-Azhari sambil menatap tajam PM Ali.
“Welcome home to Bandung, Sir. This is our home, a home for all Asian-African brotherhood!” balas PM Ali dengan suara rendah.
Sejurus kemudian seorang anggota Pandu memberi isyarat segera menuju ke kendaraan delegasi. Rombongan bergerak menuju ke Hotel Savoy Homann.
Seminggu sebelumnya, PM Ali menegur keras Sekretaris Jenderal KAA Roeslan Abdulgani yang karib disapa Cak Roes. Pasalnya, menurut PM Ali ide Cak Roes soal bendera Sudan beresiko nota diplomatik. Sudan kala itu masih berstatus koloni Inggris dengan pemerintahan otonom. Alhasil, Sudan belum memiliki bendera.
Situasi itu menyulitkan Sekretariat Bersama KAA yang dinahkodai Cak Roes. Kepala Protokol Negara RI (KPN) mendesak kepastian simbol kedaulatan Sudan di Bandung. Cak Roes memberanikan diri mengusulkan bendera putih dengan tulisan S U D A N.
KPN bersedia asal ada jaminan tak ada masalah kemudian hari. Cak Roes berjanji semua sudah aman. Soalnya, Cak Roes telah menghubungi perwakilan Sudan melalui KBRI Kairo Mesir. Sudan menyetujui dengan syarat seperlunya saja selama KAA.
Kabar KAA dan bendera Sudan mengguncang rakyat Sudan. Harapan mereka untuk merdeka makin mendekat. Dalam euforia itu, sebuah lagu berjudul ‘Al Muktamar min Bandoung’ digubah dan dipersembahkan bagi warga Kota Bandung beserta seisi sidang KAA.
Ismail Al-Azhari sepulang dari Bandung berpidato soal Dasasila Bandung di hadapan anggota Nationalist Union Party (NUP). NUP yang kemudian menjadi badan persiapan kemerdekaan Sudan.
Seorang Sudan berkata di Gedung Merdeka, “We actually have two flags. The first one is the white one, hoisted by our brothers in Bandung. The second one was hoisted in Africa by our peoples, the real sovereignty of independence. But, however, without the Bandung Conference the train of freedom will come late to Africa.”
Desmond Satria Andrian, bekerja di Museum KAA Bandung.