Kuatir Dimata-matai, Cina Talak Tiga Perusahaan AS

Bagikan artikel ini

Perusahaan milik negara Cina akan berhenti bekerjasama dengan perusahaan konsultan AS seperti McKinsey dan Boston Consulting Group karena kuatir memata-matai atas nama pemerintah AS.

 

Perusahaan konsultan AS McKinsey, BCG, Bain & Company, dan Strategy& yang sebelumnya bernama Booz & Co, akan dijauhjan oleh perusahaan milik negara Cina, lapor Financial Times, mengutip sumber yang dekat dengan pemimpin senior Cina.

“Para pimpinan puncak telah mengusulkan pembentukan tim konsultan domestik Cina yang terutama fokus pada sistem informasi dalam rangka merebut kembali kekuasaan itu dari perusahaan asing,” ujar penasihat kebijakan senior bagi kepemimpinan Cina sebagaimana dikutip FT.

“Sekarang ini, pihak asing menggunakan perusahaan konsultannya untuk mengetahui segala sesuatu yang mereka inginkan tentang perusahaan negara kita,” kata penasihat itu.

McKinsey merupakan grup konsultan global terbesar yang beroperasi di Cina, dan sekitar sepertiga kliennya adalah perusahaan-perusahaan milik negara. McKinsey memiliki 650 karyawan di Cina.

Kamis lalu, Cina mengumumkan bahwa seluruh perusahaan asing harus menjalani uji keamanan baru. Setiap perusahaan, produk, atau jasa yang tidak lolos uji akan dilarang dari Cina. Pemeriksaan akan dilakukan di semua sektor–komunikasi, keuangan, dan energi.

Cina telah melarang [penggunaan]sistem operasi Microsoft Windows 8 di komputer pemerintah, lapor kantor berita pemerintah Cina, Xinhua.

“Di bawah Presiden Xi Jinping, teknologi dan implementasi akan terlihat mengalami konvergensi, sehingga perusahaan-perusahaan teknologi asing harus sangat kuatir tentang prospek mereka,” kata Bill Bishop, konsultan independen yang berbasis di Beijing, kepada FT.

Para pejabat Cina mengatakan bahwa pihak kementerian, perusahaan, perguruan tinggi, dan jaringan telekomunikasi pemerintah menjadi korban serangan peretasan (hacking) AS, dan akan berupaya menghindari penggunaan teknologi AS demi melindungi “kepentingan umum”.

Perintah itu menyusul dakwaan Departemen Kehakiman AS terhadap lima perwira militer Cina yang dituduh melakukan kejahatan cyber terhadap sejumlah perusahaan besar di Amerika Serikat, termasuk US Steel, Westinghouse, dan Alcoa. AS menuduh perwira militer itu mencuri rahasia dagang dan bahkan mempublikasikan foto-fotonya.

Beijing merespon dengan menyebut AS ‘perampok yang bermain sebagai polisi’, dan baru-baru ini mengatakan bahwa AS adalah “bajingan pencincang” dan terlibat dalam “holiganisme tingkat tinggi”.

Hubungan AS-Cina anjlok setelah kontraktor NSA Edward Snowden membocorkan dokumen rahasia yang menyatakan bahwa AS melancarkan aksi spionase cyber ekonomi untuk memata-matai para pesaing internasionalnya, termasuk Cina.

Sengketa ini menjadi salah satu kemunduran terbaru dalam hubungan antara dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Isu-isu seperti Ukraina, Suriah, dan Korea Utara telah menjadi topik yang memecah belah kedua negara besar itu.

 

Sumber :islamtimes.org

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com