Kudeta Gaya Baru di Serbia, Ukraina dan Georgia

Bagikan artikel ini
(Tulisan ini diambil dari salah satu bab pada buku “Tangan-tangan Amerika: Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia” Karya Hendrajit, dkk)
Slobodan Milosevic, penguasa otoriter Serbia yang dianggapharus bertanggung jawab atas pembantaian warga Bosnia, terguling pada Oktober 2000. Eduard Shevardnaze, Presiden Georgia, tumbang oleh aksi massa yang kemudian terkenal dengan sebutan Revolusi Mawar pada November 2003. Adapun Victor Yushchenko, merebut kursi kepresidenan Ukraina pada Juni 2004 setelah menghadang Victor Yanukovich yang sebenarnya sudah dinyatakan menang pemilu.
Rangkaian kejadian di tiga negara tersebut tidak berdiri sendiri. 88 Ada keterlibatan Amerika Serikat untuk memunculkan calon pendukungnya ke atas tampuk kekuasaan. Adapun pemain kunci dan perancang skenario ini adalah Kolonel Robert Helvey, Direktur Albert Einstein Institution (AEI). Menurut Webster Griffin Tarpley, Kolonel Bob Helvey adalah mentor bagi para aktivis prodemokrasi dan masyarakat sipil dalam upaya menyusun strategi dan metode menjatuhkan pemerintahan di ketiga negara tersebut melalui cara-cara nonmiliter dan nonkekerasan.
Kolonel Robert Helvey pernah menjabat Atase Pertahanan Amerika Serikat di Birma (Myanmar) pada 1983-1985. Di Birma Helvey gusar dengan gagalnya serangkaian perlawanan bersenjata yang dilancarkan oleh suku Karen maupun gerakan oposisi yang ditujukan kepada rezim militer Birma. Sebagai agen intelijen Defense Intelligence Agency (DIA) yang berada dalam kendali Pentagon, Helvey berpengalaman 30 tahun bertugas di Asia Tenggara, khususnya Vietnam. Tugasnya di Birma merupakan puncak kariernya sebagai perwira militer yang berada di ranah intelijen. Helvey rupanya sangat terobsesi oleh dorongan untuk menemukan cara efektif menumbangkan rezim militer tanpa pendekatan militer. Sedemikian gelisahnya Helvey sehingga ketika pulang ke Amerika dia mengeksplorasi berbagai pola perlawanan berbasis strategi nonkekerasan.
Kehendak itulah yang mempertemukan Helvey dengan gagasan Doktor Gene Sharp dari Albert Einstein Institution. Helvey, yang rupanya sudah bergabung dengan AEI dan Soros Foundation sejak kembali ke Amerika, sangat mengagumi buku Gene Sharp, Civilian-based Defense: A Post-Military Weapons System. “Gene Sharp melontarkan gagasannya dalam sebuah seminar bahwa perlawanan yang bertumpu pada strategi nonkekerasan sebetulnya adalah soal kekuasaan politik. Saya pikir, inilah konsep yang saya cari-cari selama ini. Inilah bentuk lain dari strategi perlawanan bersenjata,” tutur Helvey.
Gene Sharp mengekplorasi gagasan ini sejak 1985 ketika ia menerbitkan bukunya, The Potential of Civilian-based Deterrence and Defense, sebagai upaya mencari alternatif dari perlawanan bersenjata. Gagasan ini kemudian dikembangkan oleh AEI tempat Sharp menjadi direktur sekaligus bos Helvey.
Metode ini, menurut laporan AEI, sejak 1991 dan 1992 diterapkan oleh Estonia, Latvia, dan Lithuania untuk memisahkan diri dari Rusia, dan menjadikan ketiga negara tersebut sebagai negara baru yang merdeka. Helvey dan AEI mengembangkan metode perlawanan nonkekerasan ini dikembangkan di Serbia, Georgia, dan Ukraina, sebagai bagian dari perlawanan masyarakat sipil menumbangkan Slobodan Milosevic, Eduard Shevardnaze, dan mendudukkan Victor Yushcehnko melalui manipulasi hasil pemilu yang seharusnya dimenangkan oleh Victor Yanukovich.
Dalam kasus perlawanan menumbangkan penguasa Serbia Milosevic, Helvey merupakan pemain kunci yang mengusung kepentingan strategis tiga lembaga dana internasional, yaitu National Democratic Institute (NDI), National Endowment for Democracy (NED), dan International Republican Institute (IRI). Ketiga lembaga tersebut membiayai pelatihan ribuan aktivis oposisi dalam hal penghitungan cepat hasil pemilu seperti national quick count, maupun para sukarelawan yang dijadikan saksi di semua tempat pemungutan suara. Selain ketiga lembaga itu, Departemen Luar Negeri dan US Agency for International Development (USAID), sebagai lembaga bantuan luar negeri, juga ikut membiayai para kontraktor dan aktivis yang berada dalam kendali NDI dan IRI.
Di sinilah Helvey memulai perannya pada 2000 sebagai mentor para aktivis prodemokrasi Serbia yang mengajarkan cara mengorganisir demonstrasi dan pemogokan, menerapkan komunikasi-komunikasi yang bersifat simbolis, dan menciptakan aksi destabilisasi untuk mengguncang rezim Milosevic. Di sini pula Helvey mengembangkan gagasan Gene Sharp secara lebih praktis untuk menggalang kekuatan perlawanan masyarakat sipil Serbia menggulingkan Milosevic. Di Serbia konsep ini menjadi populer dengan sebutan Otpor.
Bagi Helvey, konsepsi strategi nonkekerasan dari Sharp bisa diibaratkan seperti gagasan Carl von Clausewitz yang mengatakan bahwa politik adalah kelanjutan dari perang dengan cara lain. Helvey bahkan mengajarkan cara menjinakkan tentara dan polisi melalui jalur nonkekerasan. “Tetaplah dengan pendekatan nonkekerasan, maka anda akan mendapat bantuan dan dukungan dari pihak ketiga,” begitu petuah Helvey.
Ketika gerakan ini berhasil menumbangkan Milosevic pada 2000, pada 2003 konsep ini diterapkan untuk kedua kalinya oleh Helvey di Georgia. Hasilnya, Shevardnaze ditumbangkan melalui gerakan masyarakat sipil yang dimotori oleh kelompok perlawanan bernama Kmara, yang terkenal dengan sebutan Revolusi Mawar.
Pada Desember 2004 kembali gerakan masyarakat sipil arahan Helvey menggagalkan hasil pemilu yang memenangkan Victor Yanukovich. Melalui aksi pembentukan opini publik dan dukungan komunitas internasional, dunia berhasil diyakinkan bahwa Vicktor Yushchenko dicurangi oleh Yanukovich. Rakyat Ukraina pun terpedaya oleh opini dunia bahwa telah terjadi kecurangan dalam pemilu. Akhirnya, Yuschenko merebut tampuk kepresidenan. Inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan Revolusi Oranye.
Namun, dalam pemilu tahun ini rakyat Ukraina tidak mau dibohongi untuk kedua kalinya. Viktor Yanukovich, akhirnya berhasil menang dalam pemilihan presiden. Meski diprotes, kali ini rakyat Ukraina maupun dunia internasional tidak menggubrisnya sama sekali.
Betapapun, tidak semua aksi Helvey yang dibantu sepenuhnya oleh beberapa lembaga strategis Amerika itu berhasil. Dalam kasus di Belarus pada 2001 gerakan dengan skema Helvey-Sharp melalui pemilu untuk menumbangkan penguasa gagal total.
Sejak 1992 hingga sekarang Helvey menjadi mentor yang melatih berbagai aktivis oposisi pimpinan Aung San Suu Kyi maupun suku minoritas Karen, untuk melawan rezim militer Myanmar. Bahkan, sejak 1989 Helvey dikabarkan ikut merancang gerakan perlawanan sipil yang digalang oleh mahasiswa di Tiananmen, Republik Rakyat Cina. Namun, Cina rupanya memiliki ketahanan budaya yang cukup ampuh untuk menangkal gerakan a la SharpHelvey.
Dari kisah ini ada satu pelajaran penting: konsepsi perlawanan nonmiliter dan nonkekerasan tetap harus diwaspadai karena memiliki misi yang sama, yaitu agar Amerika tetap menguasai geopolitik dan geostrategis negara sasaran, dan mendudukkan penguasa yang bersedia mengikuti skema Amerika dan sekutusekutunya di Eropa Barat. Orang macam Kolonel Robert Helvey merupakan bukti nyata bahwa operasi intelijen yang bersifat tersamar dan tersembunyi adalah realitas, bukan isapan jempol.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com