Menelaah Kembali Kepentingan Rusia Bidang Energi di Kawasan Asia Tenggara

Bagikan artikel ini

Konsentrasi politik luar negeri Federasi Rusia  menunjukkan bahwa kawasan Asia Tenggara, termasuk ASEAN masih menjadi prioritas kepentingan nasional Federasi Rusia, utamanya di bidang energi.

Sejak dibukanya hubungan kemitraan dan dialog Rusia-ASEAN pada 1996, Rusia telah memperkuat perdagangan migas dengan negara-negara Asia Pasifik dan Asia Tenggara. Selanjutnya pada 2006, Rusia telah membangun ESPO (East Siberian Pasific Ocean Pipeline Project). ESPO merupakan pembangunan pipa gas dari Siberia hingga Cina sampai ke Semenanjung Korea dan Jepang.

ASEAN dan Rusia  adalah dua pihak yang memiliki kepentingan yang saling melengkapi (complementary interest). Disatu sisi, Rusia memiliki kepentingan untuk memperluas pasar minyak dan gas dan memperluas mitra dagang untuk komoditas non-migas.

Bisa jadi langkah Rusia ini tak lain bertujuan mengimbangi hegemoni Amerika Serikat di Asia Tenggara. Seperti diketahui Amerika Serikat juga sedang gencar-gencarnya membangun hubungan dengan ASEAN. ASEAN bagi Amerika Serikat telah menjadi satu diantara pasar paling cepat berkembang.

Kembali mencermati hubungan Rusia dan ASEAN. ASEAN memiliki kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan migasnya, dan lainnya seperti pengembangan teknologi satelit luar angkasa  serta pengembangan teknologi reaktor listrik.

Beberapa literatur menyebutkan, dimasa mendatang, sumber minyak di Asia Tenggara diperkirakan akan semakin menipis. Disinilah Rusia bisa menjadi satu-satunya alternatif dalam penyedia sumber daya migas. Pasalnya, melalui ESPO, Rusia diperkirakan akan mampu memenuhi kebutuhan minyak negara-negara Asia Pasifik dan Asia Tenggara hingga 2030.

Kondisi Kekuatan Energi di Kawasan Asia Tenggara

Bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di dunia, kawasan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai satu diantara wilayah yang memiliki cadangan sumber daya energi dengan jumlah sedikit. Namun begitu, ada beberapa negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi sumber daya energi yang sangat besar dan dapat dianggap penting bagi negara-negara industri maju atas kapabilitas pasokan energinya, seperti Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Timor Leste.

Untuk Indonesia sendiri, berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, saat ini Indonesia masih mengimpor energi fosil sekitar 800 ribu barel perhari (Data April 2016).  Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat. Selain itu Indonesia sedang mempersiapkan program ketahanan energi, yang satu diantaranya adalah akan membangun infrastruktur energi.

Kebutuhan akan energi di masa mendatang bagi Indonesia adalah sebuah keniscayaan.  Bayangkan masih ada 12.659 desa di Indonesia yang belum sepenuhnya menikmati listrik. Bahkan masih menurut data Kementerian ESDM, sebanyak 2.519 desa terdepan masih gelap gulita. Terkait hal ini, pemerintah Indonesia berniat mengentaskan keterisolasian energi tersebut.

Dengan kata lain, Kawasan Asia Tenggara selalu memiliki posisi strategis, baik secara politik dan ekonomi bagi negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Cina, Australia, dan termasuk Rusia. Selain itu, sebagian besar jalur pelayaran Asia Tenggara, seperti Selat Malaka, merupakan jalur pelayaran internasional dengan volume kapal-kapal yang melewatinya sangat besar, dengan perkiraan omzet mencapai U$ 350 milyar setiap tahunnya.

Mungkin khalayak masih ingat,  bahwa pada 2012 presiden Barrack Obama meluncurkan program U.S.-Asia Pacific Comprehensive Energy Partnership. Banyak pihak berpendapat bahwa ini adalah satu diantara langkah Amerika untuk mengimbangi pengaruh Tiongkok di peta geopolitik energi kawasan Asia Tenggara.

Rusia Eksportir Minyak Bumi Terbesar Kedua Dunia

Federasi Rusia adalah eksportir minyak bumi terbesar kedua dunia. Selain itu, Rusia berada dalam urutan pertama ekspor energi secara keseluruhan, termasuk gas alam dan minyak bumi serta batubara dan listrik. Sehingga tidak mengherankan bila kerjasama energi dengan ASEAN bertujuan untuk membuka, mengelola, dan mengamankan prospek jaringan energi Rusia di Kawasan Asia (terutama Asia Timur, termasuk Asia Tenggara).

Bagi Rusia, kawasan Asia Tenggara memiliki potensi yang besar. Setelah krisis keuangan Asia pada 1997-1998, perekonomian negara-negara di Kawasan Asia Tenggara mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini berimbas pada peningkatan konsumsi energi di wilayah tersebut.

Dengan potensi sumber energi yang cukup besar, ketergantungan yang tinggi akan impor energi, terutama dari Timur Tengah, secara langsung akan menghambat laju perumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan. Agaknya ASEAN menyadari hal ini sehingga memulai usaha untuk memanfaatkan potensi sumber energi yang dimiliki melalui kerjasama energi dengan Federasi Rusia.

Sedangkan bagi ASEAN, tujuan kerjasama energi dengan Rusia adalah mengurangi ketergantungan impor energi melalui pemanfaatan potensi sumber energi yang dimiliki, sehingga pertumbuhan tingkat perekonomian di Asia Tenggara tidak terhambat. Dengan begitu, jaminan keamanan energi kawasan dapat tercapai.

ASEAN menilai tujuan dari kerjasama energi tersebut adalah untuk mendapatkan teknologi eksplorasi yang ramah lingkungan, serta mobilisasi penggunaan sumber energi alternatif dan terbarukan sehingga dapat meminimalisasi kerusakan lingkungan, pencemaran, dan efek jangka panjang pemanasan global.

KTT ASEAN-Rusia Mendatang Ajang Penguatan Kerjasama di bidang Energi

Agaknya pelaksanaan KTT Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara ASEAN-Rusia yang akan berlangsung pada 18-20 Mei di Sochi, Rusia mendatang menjadi langkah lanjutan bagi keduanya untuk meningkatkan kerjasama di segala bidang, utamanya di bidang energi. Bila mengacu pada kerjasama ASEAN dan Rusia di bidang energi terdapat beberapa program dan proyek yang akan dan telah dilaksanakan oleh kedua pihak. Kerjasama tersebut diantaranya adalah:

1. ASEAN-Russia Joint Cooperation Committee (ARJCC)

Badan ini memiliki tanggung jawab dalam penyusunan program dan proyek yang akan dilaksanakan dalam kerjasama energi ASEAN- Rusia. ARJCC juga bertanggung jawab terhadap proses realisasi program dan proyek tersebut. ARJCC dibentuk pada 5-6 Juni 1997 di Moskow, Rusia.

2. ASEAN-Russian Federation Dialogue Partnership Financial Fund (DPFF)

Badan ini dibentuk oleh ASEAN dan Rusia untuk mendanai proyek-proyek dalam kerjasama energi ASEAN dengan Rusia. Untuk mendanai badan ini, Pemerintah Federasi Rusia memberikan 750,000 USD sebagai dana operasional pada Juli 2009. Selanjutnya, DPFF membentuk ASEAN-Russia joint cooperation projects untuk mewadahi pelaksanaan proyek-proyek kerjasama energi ASEAN- Rusia.

3. Studi dan penelitian energi alternatif dan terbarukan untuk Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Studi ini dilaksanakan pada 22-23 Desember 2008 di Vientiane, Vietnam. Dalam kegiatan ini, para ilmuwan dan ahli di bidang energi alternatif dan terbarukan dari Rusia dan ASEAN saling bertukar informasi dan teknologi untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, Vietnam) dalam sektor energi alternatif dan terbarukan.

Selain negara-negara CMLV, kegiatan ini juga diikuti oleh negara-negara anggota ASEAN lainnya. ASEAN dan Rusia juga memaparkan perkembangan penelitian dan pengembangan energi alternatif dan terbarukan di wilayahnya masing-masing. Federasi Rusia juga mempresentasikan beberapa teknologi modern yang dimiliki dalam pembangunan pembangkit listrik serta produksi biofuel.

4. Kerjasama lainnya adalah menyelenggarakan konsultasi kerjasama energi, menawarkan kesempatan investasi dalam pengembangan infrastruktur, eksplorasi energi seperti minyak dan gas bumi secara komersial, melakukan pertukaran pengetahuan dan teknologi dari berbagai sektor energi, meningkatkan penggunaan sumber daya energi terbarukan dalam lingkup komersial.

Sekelumit kerjasama di bidang energi yang sudah terjalin antara ASEAN-Rusia tersebut menandakan bahwa kedua kutup ini bisa saling mensinergikan kepentingannya. Apalagi ASEAN dan Rusia adalah dua pihak yang memiliki kepentingan yang saling melengkapi (complementary interest), utamanya di bidang energi.

Sumber bacaan:

  1. Vladimir I. Ivanov, Russian Energy Strategy 2020: Balancing Europe with the Asia-Pasific Region, (ERINA), hal. 1. http://www.erina.or.jp/wp-content/uploads/2003/01/pp5320_tssc.pdf
  2. Bahan Presentasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia pada Rapat Kerja Komisi VII DPR RI, 12 April 2016.
  3. Tujuan, Implementasi, Dan Prospek Kerjasama Energi ASEAN-Rusia – Muhammad Lutfi & Igor Dirgantara  https://oseafas.wordpress.com/2010/08/30/tujuan-implementasi-dan-prospek-kerjasama-energi-asean-federasi-rusia/#_ftn8 
  4. Geopolitik Energi di Kawasan, majalah EnergiView edisi bulan Desember 2014.

Penulis: Rusman, Peneliti Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com