Menjerat Elang, Menjebak Naga! (Bagian-1)

Bagikan artikel ini

Kontra Skema Geopolitik dan Kesisteman atas Penjajahan Gaya Baru di Bumi Pertiwi

Bung Karno (BK) tidak menyamakan imperialisme dengan pemerintah kolonial. Imperialisme bukanlah pegawai pemerintah, bukan suatu pemerintahan, bukan kekuasaan, bukan pula pribadi atau organisasi apapun. Sebaliknya, imperialisme adalah HASRAT BERKUASA yang terwujud dalam sebuah sistem yang memerintah atau mengatur ekonomi dan negara dan orang lain. Lebih dari sekadar suatu institusi, imperialisme merupakan kumpulan dari kekuatan-kekuatan yang terlihat maupun tak terlihat.

Kapitalisme adalah suatu Sistem Ekonomi yang dikelola oleh sekelompok kecil pemilik modal yang tujuannya memaksimalkan keuntungan. Dan kaum kapitalis tak segan-segan untuk mengeksploitasi orang lain. Maka penjajahan adalah metode baku kapitalis, kata Taqayuddin An Nabhani, yang berubah hanya cara dan sarananya.

Apa poin perbedaan keduanya?

Sesungguhnya, kapitalisme dan imperialisme itu hal (konsep) yang berbeda kendati keduanya kerap beririsan, terutama dalam konteks ekonomi dan politik, misalnya:

1. Kapitalisme adalah Sistem Ekonomi dimana produksi serta distribusi barang dan jasa dikuasai oleh individu atau perusahaan swasta dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara maksimal. Dalam kapitalisme, pasar bebas memainkan peran besar dalam menentukan harga, produksi, dan distribusi sumber daya. Kapitalisme lebih fokus pada hubungan ekonomi di dalam suatu negara, meski bisa melibatkan perdagangan internasional.

2. Sedangkan imperialisme ialah kebijakan atau tindakan negara yang berusaha menguasai dan mendominasi wilayah atau negara lain, baik secara langsung lewat penjajahan fisik (militer), atau secara tak langsung melalui pengaruh ekonomi, sosial, politik dan budaya alias secara nirmiter. Kerap kali, fokus imperialisme pada eksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja di wilayah yang dikuasainya.

Perbedaannya ialah, bahwa kapitalisme lebih berkaitan dengan Sistem Ekonomi di suatu negara atau global, sedangkan imperialisme lebih condong kepada (praktik) kebijakan ekspansi kekuasaan dan dominasi negara terhadap wilayah lain. Namun, pada konteks sejarah, kapitalisme sering dikaitkan dengan imperialisme karena negara-negara kapitalis mengembangkan imperialisme untuk mengakses pasar baru, sumber daya, dan tenaga kerja murah. Jadi, imperialis itu semacam “roh” dari kapitalisme melalui visi misi tersembunyi (hidden agenda): “Mengurai pasar seluas-luasnya, mencari bahan baku semurah-murahnya”.

Tampaknya, pemikiran BK tempo doeloe menginspirasi serta membidani teori imperialis dan kapitalis yang dipadukan dalam satu tarikan napas, misalnya:

Pertama: Teori “Era Transnasionalisme” oleh James N. Rosenau. Konsep ini mulai dikembangkan Rosenau akhir 1980 hingga 1990-an. Yaitu suatu proses dimana hubungan internasional yang dilaksanakan pemerintah telah disertai hubungan individu, kelompok dan masyarakat swasta yang dapat memiliki konsekuensi-konsekuensi penting bagi berlangsungnya berbagai peristiwa. Secara detail, transnasional dianggap sebagai suatu masa atau era dimana hubungan internasional tidak lagi didominasi oleh negara, karena terdapat pemain lain yakni aktor non-negara (non-state actors) yang turut memberi warna, bahkan (kemungkinan) lebih kuat “warna”-nya;

Kedua: “Imperium” ala John Perkins. Ia adalah seorang ekonom, penulis, dan aktivis Amerika Serikat. Perkins dikenal sebagai kritikus neoliberalisme dan imperialisme ekonomi. Karyanya yang menggelegar ialah “Confessions of an Economic Hit Man” (2016). Dalam konteks imperialis kapitalisme, Perkins menandai sebagai “Imperium” yaitu Sistem Kekuasaan yang dipimpin oleh penguasa atau raja yang memiliki kendali atas pemerintahan dan media. Mereka tidak dipilih oleh rakyat dan masa jabatannya tidak dibatasi hukum. Bergerak di wilayah antara bisnis dan pemerintahan, mendanai kampanye politik dan media. Mereka bisa menguasai siapapun yang terpilih serta mengendalikan informasi yang diterima oleh warga. Sudah barang tentu, ia bisa “menempel” pada tataran lokal, regional maupun global;

Ketiga: “Era Anarki Korporasi” oleh Gonzalo Lira. Gonzila adalah jurnalis dan analis politik. Ia menemukan rumusan “Era Anarki Korporasi” sekira tahun 2010-2015. Namun, pemikirannya populer sekitar 2020-2022-an. Poin teori Anarki Korporasi ialah, bahwa korporasi sama sekali tak perlu mematuhi aturan apapun. Aturan yang menghalangi akan diupayakan dengan segala cara (termasuk suap) supaya direvisi oleh parlemen dan pemerintah. Aturan legal, moral, etika, bahkan keuangan yang sama sekali tidak relevan bagi korporasi, bisa dibatalkan demi profit. Satu-satunya yang perlu dipertimbangkan adalah profit. Semakin besar korporasi kian besar pula kebebasan yang dimilikinya untuk berbuat semaunya. Akibatnya, banyak korporasi kelas kecil dan menengah terlindas karena tidak sanggup bersaing dengan korporasi raksasa.

Lantas, apa simpulan dari penyatuan konsepsi imperialis kapitalisme ala BK dengan tiga konsep pikiran dari Rosenau, Perkins dan Gonzalo di atas?

(Bersambung ke Bag-2)

M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com