My Honorable Gentleman

Bagikan artikel ini

Nurman Diah, Wartawan Senior

Indonesia sungguh sudah sangat butuh mengembalikan martabat kehidupan politik,menjadikan politik “a gentleman’s profession“.

Jika dia, Jokowi, seorang “honorable gentleman“, dia akan mengembalikan mandat yang didapatnya dari Megawati dan menyelesaikan masa jabatan sebagai Gubernur DKI hingga 2017, suatu amanah 53,8 % rakyat Jakarta padanya di tahun 2012 yang harus menjadi beban moral (tanggung jawab) politik bagi Jokowi. Tiada ruginya bagi Jokowi untuk melakukan itu. Apa dia, Jokowi, lebih suka dibilang penghianat, karena hanya menggunakan Jakarta sebagai batu loncatan?

Sebaliknya Megawati pun dapat memulihkan kredibilitasnya. Ingat betapa berat beban moral Megawati ketika harus memenuhi desakan pendukung Jokowi untuk mengusungnya sebagai capres dari PDIP, sementara Mega tahu adanya Perjanjian Batu Tulis.

Jika Jokowi terus maju sebagai capres untuk 2014, dia tidak lebih hanya seorang cecunguk politik,mengambil setiap kesempatan untuk jabatan lebih tinggi tanpa menimbang konsekwensi aksinya. Sekedar mengambil keuntungan dari proses politik dalam era demokrasi liberal yang membenarkan ini semua terjadi. Kaum elit Jakarta, setidaknya, faham bahwa Jokowi adalah “kuda liar” yang didorong masuk ke kandang PDIP oleh  “financier”  yang menggunakan uang sebagai senjata mereka untuk kemudian mendapatkan uang yang lebih banyak lagi jika Jokowi jadi RI 1.

Apa yang akan terjadi dalam masa kepresidenan baru 2014-2019 biarlah berlalu tanpa melibatkan Jokowi. Hasil Pileg barusan ini harus bisa dibaca bahwa tiada satu partai pun mendapat mandat penuh untuk dapat mengusung calon presidennya. Nama Jokowi ternyata belum diterima bulat di hati rakyat.

Apabila dia seorang calon negarawan maka dia akan bisa membaca garis tangannya, bersikap arif dan sabar menunggu waktunya. Tahun 2014 masih terlalu prematur baginya maju sebagai Capres.

Rakyat Jakarta masih menanti karya karya besar dari Jokowi-Ahok. Masih banyak pekerjaan rumah yang belum dikerjakan mereka. Hanya karena dicalonkan sebagai Capres tidak berarti Jokowi sudah punya rekam jejak positif di Jakarta yang tanpa perlu diperdebatkan, kecuali pencitraan yang sistematis oleh sebagian media. Masih ingatkan, bagaimana SBY dimainkan media menjelang 2004?

Jangan biarkan Jokowi menjadi seperti kebanyakan para cecungguk politik yang beredar hari ini yang mempersepsikan politik sekedar jalan menuju kekuasaan dengan menghalalkan segala jalan. Politik tidak harus kotor. Tapi apa mau dikata jika Jokowi siap untuk mengotori dirinya.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com