Palestina di Penghujung 2013 dan Rasionalitas Hamas

Bagikan artikel ini

Penulis : Dina Y. Sulaeman, , peneliti di Global Future Institute, mahasiswa program doktor Hubungan Internasional Unpad

Laporan akhir tahun Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebutkan bahwa Israel selama tahun 2013 telah melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina sebanyak 300 kali. Antara lain, menewaskan puluhan warga Palestina dan menciderai 3753 lainnya dalam berbagai serangan terhadap wilayah Palestina. Para pemukim Zionis sepanjang tahun ini juga merusak lebih dari 10 ribu pohon zaitun milik warga Palestina. Angka ini naik 25% bila dibandingkan dengan tahun 2012.

Selama tiga tahun terakhir, perhatian dunia kepada Palestina memang banyak teralihkan oleh pemberitaan soal ‘jihad’ Suriah. Bahkan perundingan damai Palestina-Israel pun sudah lama terhenti.  Meski bulan Juli tahun 2013 ini, proses perundingan diupayakan kembali, namun lagi-lagi, dunia tak terlalu hirau. Menteri Perang Israel pun dengan pongahnya berkata, “Jika Israel tidak aman, maka Gaza tidak akan pernah merasakan ketenangan” menyusul aksi bombardier jet-jet tempur Israel ke Bait Laia dan Khan Yunis baru-baru ini.

Apa Kabar Hamas?

Perjuangan bersenjata melawan Israel sejak tahun 1980-an dilakukan oleh dua milisi utama, Hizbullah dan Hamas. Keduanya selain berjuang dengan senjata, juga terlibat dalam proses politik di negara masing-masing, Lebanon dan Palestina. Hamas dan Hizbullah mendapat dukungan besar dari Iran dan Suriah. Keempatnya membentuk satu-satunya front perlawanan terhadap Israel, sementara negara-negara Arab di kawasan justru berdamai dengan negara Zionis itu.

Namun sejak tahun 2011, Hamas membelot dari kubu ini. Seiring dengan pecahnya konflik Suriah, Khaled Mashal yang selama bertahun-tahun berkantor di Damaskus (karena inilah satu-satunya kota aman bagi dirinya yang terus-menerus diincar agen-agen Mossad), diam-diam pindah ke Qatar pada Januari 2012. Emir Qatar (yang juga salah satu donatur utama pemberontak Suriah) rupanya tiba-tiba berbaik hati, menawarkan perlindungan dan uang kepada Hamas. Segera setelah itu, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengumumkan dukungannya terhadap pemberontak Suriah. Tak heran bila Assad menyindir perilaku orang-orang Hamas ini, “Sekelompok warga Palestina memperlakukan Suriah seperti layaknya hotel.”

Ketegangan Hizbullah-Hamas semakin memuncak saat Hizbullah memutuskan terjun langsung ke dalam medan pertempuran Suriah. Pada pertengahan tahun 2013, Hizbullah mengirimkan pasukannya ke Qusayr di perbatasan Lebanon-Suriah, yang menjadi basis pasukan pemberontak. Di Qusayr, tentara Hizbullah terpaksa berperang melawan pasukan Hamas yang rupanya membantu para pemberontak.

Di titik inilah Hamas telah kehilangan rasionalitasnya. Aktor rasional, dalam terminologi politik, adalah aktor yang mampu memilih keputusan yang paling menguntungkan dirinya. Secara rasional, Hamas seharusnya mengabaikan masalah mazhab, mengingat selama ini yang membantunya adalah negara atau kelompok yang tidak memperdulikan masalah mazhab dalam membela Palestina (bahkan masyarakat Barat pun aktif membantu Palestina). Yang harus diperjuangkan Hamas seharusnya adalah kemerdekaan Palestina. Namun mereka malah mencurahkan energi untuk menumbangkan Assad yang selama ini menjadi teman seperjuangan dalam melawan Israel. Alasannya hanya satu, karena (salah satu faksi) pemberontak Suriah adalah Ikhwanul Muslimin, yang rupanya satu ‘aliran’ dengan Hamas. Pertimbangan keputusan Hamas hanyalah didasarkan pada sentimen mazhab. Hamas memilih berpihak pada rezim Sunni-Wahabi di Qatar, Turki, dan Saudi untuk menggulingkan Assad yang dianggap rezim Syiah.

Padahal, sekali lagi, perjuangan melawan Israel tidaklah melibatkan mazhab. Hamas sejak 2006 menerima bantuan dana 1,5 juta poundsterling per bulan dari Iran (yang bermazhab Syiah). Sikap Hamas yang mengkhianati front perjuangan melawan Israel telah membuat Iran menghentikan bantuan dananya kepada Hamas. Akhirnya,  Hamas mengaku kesulitan keuangan. Sebagaimana dikutip The Telegraph (31/5), Ghazi Hamad, Wakil  Menlu dari Hamas menyatakan, “Saya tidak bisa memberikan angka tepatnya [bantuan Iran]. Untuk mendukung revolusi Suriah, kami sudah kehilangan [dana]sangat banyak. Sejak tahun 2006 Iran mendukung Hamas dengan uang dan banyak hal lainnya. Tetapi situasinya tidak seperti di masa lalu.”

Bukan cuma Hamas sebagai organisasi yang tidak rasional. Orang-orang Palestina pun (meski tak mengatasnamakan organisasi) banyak juga yang kehilangan orientasi: melupakan Israel dan Suriah sebagai medan jihad. Mereka mau saja direkrut oleh pasukan pemberontak untuk berperang di Suriah, antara lain tergabung dalam battalion Aknaf Bayt al-Maqdis.

Pengeboman Kedubes Iran di Beirut pada 19 November lalu juga bentuk kehilangan akal ini. Pengeboman yang menewaskan sekitar 25 orang dan melukai sekitar 150 orang lainnya itu dilakukan oleh orang Palestina bernama Adnan Mousa Muhammad. Hamas tak berkomentar atas kejadian ini. Namun, pejabat Otoritas Palestina segera menyatakan perilaku Adnan adalah aksi individual dan pengecut yang tidak merepresentasikan pemerintahan Palestina (MaanNews, 24/11). Pemerintahan Palestina pun sebenarnya mendua, sebagian berada di bawah Otoritas Palestina (didominasi oleh Fatah) yang berkuasa di Tepi Barat. Sementara warga Jalur Gaza berada di bawah kekuasaan Hamas. Antara Fatah dan Hamas pun selama ini saling berseteru.

Adnan tergabung dalam “Brigade Abdulllah Azzam” yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu. Dalam pernyataan yang dirilis Brigade ini,  alasan pengeboman adalah agar Iran berhenti mendukung pemerintah Suriah. Brigade ini didirikan tahun 2004 sebagai cabang Al Qaida di Irak. Abdullah Azzam adalah nama salah satu pendiri Hamas yang tewas di Pakistan pada tahun 1989. Sikap tidak rasional mereka terlihat dari target jihad mereka: mengapa medan jihadnya justru di Suriah atau Lebanon, bukan Israel?

Sebaliknya, rasionalitas tetap ditunjukkan Hizbullah. Pada November tahun 2012, Israel rupanya melancarkan serangan masif ke Gaza selama delapan hari, namun dunia tak banyak menggubris. Hizbullah tetap membantu Hamas dalam mengusir tentara Israel. Pemimpin Hizbullah pada saat itu mengatakan, “Banyak pihak yang menyatakan bahwa Israel tengah menghukum Hamas, yang ditinggalkan oleh Iran, Suriah dan Hizbullah. Tetapi pada kenyataannya, Iran, Suriah dan Hizbullah tidak akan menyerah mendukung Gaza dan perlawanannya. Ini adalah kewajiban moral dan agama serta kemanusiaan.” Nasrallah bahkan mengkritik Qatar dan Arab yang aktif mempersenjatai pemberontak Suriah, namun tidak membantu Hamas (AFP, 20/11/2012).

Kembalinya Rasionalitas Hamas?

Setelah perang Suriah berlalu lebih dua tahun, agaknya Hamas mulai kembali berpikir rasional. Assad dan tentara Suriah tidak berhasil digulingkan Ikhwanul Muslimin, Hizbuttahrir, maupun kelompok-kelompok jihad lain yang berafiliasi dengan Al Qaida. Kekuatan Ikhwanul Muslimin di Mesir –yang diharapkan Hamas akan menjadi patron pengganti Iran—ternyata juga ringsek digulung kudeta militer Mesir. Qatar mulai berbaik-baik dengan Iran dan tak kunjung merealisasikan bantuannya ke Hamas. Hamas pun kembali terisolir. Tak heran bila pemimpin Hamas mulai cuci tangan.

Dalam wawancara dengan televisi Al Mayadeen yang pro-Assad pada bulan Oktober 2013, Wakil Kepala Politbiro Hamas, Abu Marzouk, mengatakan bahwa dukungan Khaled Mashal kepada oposisi Suriah tak mewakili sikap resmi Hamas. Sebelumnya, pada bulan Juni 2013, Abu Marzouk bahkan bertemu dengan Hizbullah dan pejabat Iran di Lebanon, berusaha menjalin kembali perdamaian di antara mereka. Marzouk berusaha meredakan ketegangan setelah Hizbullah berencana menutup kantor Hamas di Lebanon. Pejabat Hamas di Lebanon, Rafat Murra juga menegaskan bahwa Hamas hanya akan berkonsentrasi melawan Israel. Sebagian pihak menuding bahwa salah langkah Hamas dalam konflik Suriah terletak di tangan Mashal dan Haniyah, bukan pada Hamas secara organisasi. Bila hal demikian benar, tentunya Hamas harus bertindak tegas terhadap Mashal dan Haniyah. Rasionalitas memang tetap harus dikedepankan dalam perjuangan.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com