Pemilih Pemula dan PEMILU 2014

Bagikan artikel ini

Muradi, Staf Pengajar Ilmu Pemerintahan, FISIP UNPAD, Bandung

Selama ini terbangun kesan di publik bahwa Pemilu diperuntukkan bagi yang melek politik dan orang dengan kedewasaan pemikiran semata. Sehingga tidak heran di luar kedua hal tersebut hanya menjadi penggembira dan pemanis belaka. Padahal sejatinya jumlah pemilih yang digolongkan kurang melek politik dan dengan kedewasaan secara usia jumlahnya lebih dari tiga perempat dari total jumlah 186 juta lebih Daftar Pemilih Tetap (DPT).  Dari jumlah tersebut bahkan 53 juta lainnya adalah pemilih pemula yang dalam tiga kali pelaksanaan Pemilu di era domokrasi hanya diposisikan sebagai obyek untuk mendulang suara. Partai politik masih enggan menggarap pemilih pemula sebagai basis strategis untuk mendulang suara. Bisa jadi hal tersebut dikarenakan menguatnya asumsi bahwa para pemilih pemula cenderung mudah dimobilisasi dengan berbagai pendekatan. Hal tersebut dalam tiga pemilu sebelumnya dianggap cukup berhasil menggiring pemilih pemula melalui pendekatan tua orang atau figur yang dihormati oleh para pemilih pemula tersebut.

Keengganan partai politik menggarap pemilih pemula salah satunya juga disebabkan meluasnya segmentasi dari pemilih pemula di masyarakat. Banyak pemilih pemula memiliki basis komunitas yang tersebar dan memiliki karakteristik yang tidak dapat seluruhnya ditangani atau diakomodir oleh partai politik. Di samping itu, semangat untuk mencari sesuatu yang baru ditenggarai oleh partai politik sebagai bagian dari ketidakkonsistenan pemilih pemula terkait dengan pilihan-pilihan yang ditawarkan partai politik.

Pendidikan Politik

Situasi tersebut dalam derajat politik tertentu sangat mengganggu proses demokrasi yang tengah berjalan. Pemilih pemula juga dapat dilihat sebagai bagian dari potensi lumbung suara yang strategis bagi siapapun yang menjadikan pemilih pemula sebagai. Namun harus digarisbawahi bahwa partai politik memiliki tanggung jawab yang luar biasa besar untuk tidak sekedar menjadikan pemilih pemula sebagai lumbung suara, tapi juga memosisikan pemilih pemula sebagai sasaran untuk untuk melakukan pendidikan politik.

Ada empat alasan mengapa partai politik harus menggarap pemilih pemula sebagai lumbung suara sekaligus melakukan pendidikan politik, yakni: Pertama, mengintegrasikan pemilih pemula dengan dinamika politik dan pelaksanaan kepemiluan adalah bagian dari pendidikan politik berjalan, yakni pembelajaran politik yang mengikutsertakan pemilih pemula dengan berbagai permasalahan kebangsaan diharapkan memberikan pencerahan bagi pemilih pemula. Kebangunan dan kesadaran kebangsaan diharapkan.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com