Mencermati Pengunduran Diri Gita Wirjawan

Bagikan artikel ini

Otjih Sewandarijatun, alumnus Universitas Udayana Bali. Peneliti di Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi (LAPD) dan Forum Dialog (Fordial), Jakarta

Pengunduran diri Gita Wiryawan dari jabatan sebagai Menteri Perdagangan selain mendapat beberapa apresiasi positif,  juga menuai komentar negatif yang tidak mengutungkan Gita Wiryawan. Dengan situasi semacam itu, maka keinginan Gita Wiryawan agar dengan pengunduran diri dari jabatan Menteri KIB II, ia dapat lebih bisa fokus pada aktivitasnya sebagai Peserta Konvensi Capres Partai Demokrat, cenderung tidak akan secerah yang ia bayangkan. Gita Wiryawan akan menghadapi berbagai kritikan yang tidak mengutungkan popularitas dan elektabilitasnya.

Mundurnya Gita Wirjawan memunculkan persepsi ganda, hal ini disampaikan Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro. “Meskipun Gita Wirjawan sudah menyampaikan ke publik, mundur karena ingin konsentrasi mengikuti konvensi capres, tapi waktunya bersamaan dengan munculnya persoalan impor beras,” kata Siti di Jakarta, Sabtu (1/2). Siti menilai, waktu mundurnya Gita dari jabatan mendag tidak tepat. Karena bersamaan dengan munculnya persoalan impor beras dari Vietnam. “Alasan yang disampaikan Gita menjadi kabur. Apakah benar ingin konsentrasi mengikuti konvensi capres atau karena ada persoalan beras. Kenapa waktunya bisa bersamaan,” katanya. Menurut dia, sebagai pemimpin, Gita seharusnya bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan tersebut sebelum mundur. Karena, persoalan impor beras tersebut bisa menjadi ujian bagi Gita yang tengah mengikuti konvensi capres. “Persoalan beras ini akan menjadi ujian bagi Gita, apakah ia benar-benar seorang pemimpin atau bukan,” katanya.

Sementara itu, anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa menilai, meski sudah mundur dari jabatannya sebagai Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan tetap menjadi pihak yang bertanggungjawab soal kisruh impor beras Vietnam. Pasalnya, Gita masih terhitung menjabat saat kisruh itu terjadi. “Kalau masalah itu (impor beras) bisa merugikan negara, walaupun beliau (Gita) mundur, tetap akan menjadi bagian yang harus bertanggung jawab,” kata Ali di Jakarta, Jumat (31/1/2014) malam. Bahkan jika nantinya hasil penyelidikan menunjukkan indikasi yang mengarah kepada Gita, Ali mengaku akan turut memanggil dan memeriksa saingannya di Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat itu. Namun, menurutnya, proses penyelidikan saat ini masih memasuki tahap awal. Oleh karenanya, pemanggilan kepada pihak-pihak terkait belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Apalagi, kisruh impor beras ini menurutnya cukup rumit karena melibatkan berbagai institusi.

Gita Wirjawan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Menteri Perdagangan. Mundurnya Gita, disebut-sebut berkaitan dengan kasus impor beras dari Vietnam. Mendengar kabar miring itu, Sekjen Gita Indonesia, Bambang Smit mengeluarkan sikap tegas. Pihaknya meminta aparat terkait segera mengusut tuntas kasus impor beras Vietnam. Selanjutnya, pendukung Gita Wirjawan ini menuding kalau kasus impor ini dapat menghancurkan karir politik mantan Menteri Perdagangan tersebut. “Meminta agar kasus ini tidak dipolitisasi dengan menzalimi Gita Wirjawan karena masalah impor ini sedang diselidiki oleh pihak Kementerian Perdagangan,” kata Bambang kepada merdeka.com, Sabtu (1/2). Lebih lanjut Bambang menuding, banyak pihak yang menggunakan isu impor beras untuk menyerang ‘jagoannya’ itu sebagai bukti ketidakmampuan berdemokrasi yang sehat. Lantaran sudah menyebar fitnah tanpa dasar bukti dan fakta yang kuat, dan hanya asumsi tidak berdasar. Bahkan, pihaknya menduga ada skenario politik dalam kasus impor beras Vietnam ini. Sebab, kata Bambang, lawan politik Gita menuju Pilpres mendatang dianggap tidak mampu bersaing. “Relawan Gita sudah mensinyalir adanya skenario pihak-pihak yang sengaja mempolitisasi isu ini. Mereka adalah lawan-lawan politik yang tidak ingin bersaing sehat dan sengaja melakukan politik pembunuhan karakter terhadap Gita Wirjawan terkait proses politik pemilihan Presiden 2014,” tegasnya.

Sementara itu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Firman Soebagyo, menilai langkah Gita Wiryawan mengundurkan diri dari menteri perdagangan seharusnya tidak dilakukan saat kasus impor beras Vietnam mencuat. Dia menyatakan keputusan Gita seperti menghindar dari masalah yang sedang membelit kementeriannya. Menurut politisi Golkar ini, Kemendag dan Kementan selama ini saling bertentangan mengenai kebijakan sektor pangan. Kasus beras impor asal Vietnam sebagai contohnya. “Sesuai undang-undang hanya Bulog yang bisa impor medium. Stok kurang baru bisa impor. Stok saat ini ada 2 juta ton, produksi masih surplus. Ini pelanggaran,” terangnya.

Keputusan Gita, Cukup Dapat Dipercaya

Gita Wiryawan dalam hubungan keikut sertaannya dalam Konvensi Capres Partai Demokrat memang menunjukkan semangat dan tekadnya yang serius untuk berhasil terpilih sebagai Capres Partai Demokrat. Keputusannya meninggalkan kursi yang sangat empuk sebagai Menteri Perdagangan, juga mengindikasikan hal ini. Tuduhan ia melarikan diri dari tanggung jawab soal import beras dari Vietnam merupakan tuduhan yang didramatisir. Pertanyaannya, apakah sedemikian besarkah tuntutan pidana yng terkait, sehingga ia melarikan diri dari jabatan Menteri Perdagangan. Masalah beras tersebut akhirnya akan terbukti sebagai sebagai pelanggaran rutin, tingkah laku kartel yang tidak akan pernah bisa ditindak, karena merupakan gurita yang ekornya ada diberbagai Kementerian.

Kesungguhan Gita mengorganisir team pemenangan yang mendukungnya serta berbagai aktivitas yang dilakukan, antara lain menyusun bahan-bahan tertulis yang disebar luaskan melalui media elektroik seta kunjungnnya keberbagai daerah menujukkan hasratnya yang serius untuk menigkatkan popularitasnya dan terpilih sebagai Capres. Sangat mungkin ada pula konsep dengan sasaran alternatif, yaitu dengan penampilannya yang representatif paling tidak ia mengharapkan akan menjadi figur pilihan bagi para Capres dalam mencari Cawapres-nya. Oleh karena itu keputusannya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Perdagangan dengan alasan ingin secara serius memfokuskan perhatiannya sebagai peserta Konvensi Capres Partai Demokrat, nampaknya cukup dapat dipercaya.

Keputusan tersebut juga disertai sikap yang jujur, bahwa ia dalam berjuang di Konvensi Capres Partai Demokrat, tidak ingin memanfaatkan berbagai fasilitas dan dukungan yang ada di Kementerian Perdagangan, tetapi sepenuhnya akan menggunakan modalnya sendiri.

Namun kini lawan-lawannya mencoba menghadangnya dengan kasus import beras dari Vietnam. Nampaknya Gita Wiryawan tahu import beras tersebut adalah permainan kartel yang sudah established didalam permasalahan export dan import bahan kebutuhan pokok. Namun disini nampaknya yang penting Gita Wiryawan sebagai pribadi tidak terlibat didalamnya.

Memang sayangnya Gita Wiryawan hingga saat ini belum pernah menyatakan sikapnya menghadapi masalah imort beras ex Vietnam, yang seharusnya tidak diijinkannya tersebut, kecuali jawaban singkatnya bahwa tanpa ia sebagai Menteri Perdagangan-pun masalah import beras tersebut akan bisa diselesaikan. Kembali seperti permasalahan kedelai, dan lain-lain, masalah beras ini adalah permainan Kartel yang tidak pernah akan selesai. Ada yang ingin mengangkat masalah beras ini sebagai sebuah tanggung jawab, bahwa kalau Gita bertanggung jawab tentu ia tidak akan meninggalkan Kementerian Perdagangan. Gita justru berfikir terbalik silakan Menteri Perdagangan baru menanganinya dengan bebas, dimana Gita tidak mempunyai wewenang apapun untuk melakukan intertvensi.

Dan bagi Gita Wiryawan, semakin cepat masalah beras ini dituntaskan, tentu akan semakin baik seperti dituntut oleh para pendukungnya, untuk membuktikan Gita Wiryawan tidk terlibat didalamnya. Demikian pula dengan dipercepatnya pemeriksaan oleh BPK. Ada dugaan Gita Wiryawan merasa kecewa dengan media massa yang kurang mendukung publikasi mengenai dirinya, berbeda dengan publikasi media massa tentang Dahlan Iskan dan Anies Baswedan yang nampak menonjol.

Sebagai kesimpulan, Gita Wiryawan sebagai anak bangsa yang merasa mampu telah memutuskan langkahnya untuk maju dan dewasa ini ia berpendapat bertanding untuk terpilih menjadi Capres Partai Demokrat adalah kesempatan yang baik baginya. Apabilapun ia gagal sebagai Capres ia sangat mungkin ingin dapat menjadi pilihan para Capres mencari Cawapres pasangannya. Mungkin satu saja yang ia harapkan, media massa akan bersikap jujur, obyektif dan adil dalam pemberitaan, sehingga Gita Wiryawan memperoleh peluang yang sama.

Mungkin Presiden SBY kecewa dengan keputusan Gita Wiryawan meninggalkan KIB II, tetapi tentunya Presiden SBY juga sadar apa yang terjadi adalah resiko dari keputusan Presiden SBY sendiri yang meminta Gita Wiryawan ikut dalam Konvensi Capres Partai Demokrat. Sebelumnya Dino Patti Jalal telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com