Perang Dingin Baru dan Pengambilalihan Taliban Tandai Perkembangan Geostrategis di 2021

Bagikan artikel ini

Di antara perkembangan besar yang terjadi pada tahun 2021 adalah pengambilalihan Taliban atas Afghanistan, kudeta militer di Myanmar, dan perang dingin baru, dengan negara-negara yang secara langsung atau tidak langsung menarik diri mereka ke dalam blok atau kubu kepentingan tertentu.

Menurut Iftikhar Gilani, seorang wartawan senior, saat tirai akan segera turun pada tahun 2021, para ahli merasa bahwa persebaran militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina, pernyataan kontroversial China di Taiwan dan Laut China Selatan, ditambah dengan kebuntuan perbatasannya dengan India, juga kerja sama militer dan diplomatik antara Moskow dan Beijing telah memberikan tantangan yang signifikan terhadap perkembangan geopolitik global.

Perkembangan tersebut juga menimbulkan tantangan signifikan bagi rencana AS untuk menegaskan kembali kepemimpinannya, yang di bawah Presiden baru Joe Biden menghidupkan kembali strategi “Pivot to Asia” dengan menempatkan lebih banyak aset militer di Pasifik Barat. Hal itu ditandai dengan persetujuan Gedung Putih untuk penjualan senjata senilai $750 juta ke Taiwan Pada bulan Agustus tahun lalu..

Menanggapi manuver ini, kompetitor utama AS, China memberikan respons cepat dengan mengirim sejumlah pembom dan pesawat tempur ke zona pertahanan udara Taiwan. Manuver tersebut seolah memberi sinyal kuat bagi negara manapun yang ingin mengganggu kepentingan China di kawasan.

Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Center for a New American Security, Rusia dan China telah memasuki hubungan simbiosis yang menyebabkan kekhawatiran lebih lanjut bagi AS dan sekutunya. Ketika Rusia membeli komponen elektronik China dan mesin diesel pusar untuk menghindari sanksi AS, sebaliknya rudal dan teknologi tempur Rusia memberi Beijing keunggulan di Pasifik melawan AS.

Kemungkinan terjadinya perang dua front tidak hanya mengkhawatirkan India, yang juga bersitegang terkait perbatasan dengan Pakistan. Terlebih dengan adanya kerja sama antara Rusia dan China yang juga menyebabkan mimpi buruk bagi AS.

Risiko terbesar yang dihadapi AS abad kedua puluh satu, selain serangan nuklir langsung, adalah perang dua front yang melibatkan saingan militer terkuatnya, China dan Rusia,” tulis mantan diplomat senior Amerika A. Wess Mitchell di US journal National Interest pada bulan Agustus.

Lebih lanjut, penembakan rudal hipersonik China yang bergerak lima kali kecepatan suara pada bulan Juli tidak hanya mengejutkan Pentagon, tetapi juga menggarisbawahi kecepatan yang digunakan Beijing sebagai tantangan strategis bagi militer AS.

Respons China

Menanggapi meningkatnya ketegasan China, Biden, Perdana Menteri Australia Scott Morrison, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bersama-sama mengumumkan kemitraan keamanan trilateral baru bernama AUKUS pada bulan September tahun lalu.

Bagian terpenting dari kesepakatan itu adalah janji AS untuk menyediakan teknologi bagi Australia untuk membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir. Pernyataan yang mengumumkan pakta itu diperlukan untuk “menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik”.

Namun, langkah itu membuat marah Prancis, yang marah karena AUKUS mengakhiri perjanjian senilai $37 miliar yang dicapai dengan Australia pada 2016 untuk membangun selusin kapal selam bertenaga diesel-listrik. Akibatnya, Paris menarik duta besarnya untuk Canberra dan Washington, sebuah langkah tanpa preseden dalam hubungan bilateral dengan kedua negara.

Penumpukan militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina mendorong Biden untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui tautan video. Biden memperingatkan Putin bahwa AS akan merespons dengan tindakan ekonomi dan lainnya yang kuat jika Rusia menginvasi Ukraina.

Tetapi tahun 2021 akan menjadi sejarah dengan kembalinya secara dramatis Taliban berkuasa di Afghanistan dan pengambilalihan tanpa pertumpahan darah atas ibu kota Kabul pada bulan Agustus.

Pada tahun 2020, mantan Presiden AS Donald Trump telah mencapai kesepakatan dengan Taliban yang mengharuskan penarikan semua pasukan AS paling lambat 1 Mei 2021. Dua minggu sebelum tenggat waktu itu, Biden memerintahkan agar penarikan penuh AS diselesaikan selambat-lambatnya 11 September. 2021– peringatan 20 tahun serangan 11 September 2001. Namun yang mengejutkan, tentara nasional Afghanistan runtuh dan Taliban menyerbu negara itu.

AS telah menghabiskan lebih dari $2,3 triliun di Afghanistan selama dua dekade, atau sekitar $300 juta per hari selama 20 tahun, menurut lembaga think tank Council on Foreign Relations (CFR) yang berbasis di AS.

Tersingkirnya Demokrasi dan Gelombang COVID-19

Sementara kudeta militer di Myanmar pada bulan Februari berhasil menggulingkan pemerintah terpilih yang baru lahir secara demokratis yang dipimpin oleh peraih Nobel kontroversial Aung San Suu Kyi. Di tempat lain, politisi peraih Nobel lainnya Abiy Ahmed terlibat secara militer melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray. Sekitar 2 juta orang Etiopia mengungsi.

Demokrasi baru di Chad, Mali, Guinea, dan Sudan semuanya digulingkan dalam kudeta.

Sementara kecepatan persebaran vaksin COVID-19 sungguh luar biasa, yang ditandai dengan adanya mutasi virus dan varian barunya yang menciptakan kekacauan di seluruh dunia juga belum pernah terjadi sebelumnya. Varian delta, pertama kali diidentifikasi pada Desember 2020 di India, lebih menular daripada pendahulunya dan segera menjadi strain dominan di seluruh dunia.

Sejauh ini, sebanyak 3,4 juta orang telah kehilangan nyawa karena COVID-19 pada tahun 2021, demikian menurut situs web pelacakan data Worldometer. Meskipun COVID-19 terdeteksi pada 2019, namun berubah menjadi pandemi pada 2020, yang merenggut 1,95 juta jiwa pada tahun itu. Pada November 2021, para ilmuwan Afrika Selatan mengidentifikasi munculnya jenis virus corona baru – omicron.

Pandemi tersebut mengekspos tatanan global yang dipimpin PBB, yang gagal membawa solusi kolektif untuk masalah global. Hanya 4,2% orang di negara berpenghasilan rendah yang telah menerima vaksin dosis pertama. Di seluruh Afrika, hanya 6,3% orang yang divaksinasi penuh, demikian menurut Our World in Data, situs web pelacakan yang berafiliasi dengan Universitas Oxford.

Di bidang perubahan iklim, Presiden Biden berkomitmen untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris pada hari pertamanya menjabat, sementara China setuju untuk menghentikan pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri, dan Islandia membuka fasilitas untuk mengeluarkan karbon dioksida dari udara.

Pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2021, disebut sebagai COP26, di Glasgow pada bulan November, negara-negara berjanji untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi perubahan iklim, termasuk dengan mengurangi emisi metana.

Kabar Baik dari Timur Tengah

Konflik Mei 2021 antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas menjadi berita utama di seluruh dunia. Sebuah laporan oleh kelompok pemantau independen Airwars menemukan bahwa konflik tersebut menewaskan hingga 192 warga sipil Palestina dan melukai ratusan lainnya selama 11 hari pertempuran. Pesawat tempur Israel menghancurkan kantor berbagai media, termasuk Al Jazeera dan Associated Press.

Dua wartawan Anadolu Agency, Mustafa Hassouna dan Mohammad al-Aloul, menderita luka-luka saat meliput serangan Israel di Jalur Gaza utara.

Sisa Timur Tengah membawa kabar baik dengan ketegangan antara negara-negara berkurang. Tahun ini dimulai dengan Arab Saudi membuka kembali perbatasannya dengan Qatar, mengakhiri krisis diplomatik selama tiga tahun. Turki dan Uni Emirat Arab (UEA) juga memperbaiki hubungan yang rusak, yang mencerminkan realitas baru yang terbentuk di wilayah tersebut. UEA dan Iran sedang mendiskusikan kemungkinan normalisasi, atau setidaknya telah melakukan kontak untuk menghindari konflik, demikian menurut lembaga think tank Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.

Pada bulan Maret, Paus Fransiskus bertemu di Irak dengan Ayatollah Agung Ali al-Sistani, pertemuan pertama antara seorang paus dan seorang ayatollah agung.

Kemenangan Biden telah membawa optimisme bahwa kesepakatan nuklir Iran dapat dihidupkan kembali tiga tahun setelah Trump keluar dari perjanjian tersebut. Tapi butuh hampir satu tahun untuk mencapai keuntungan sederhana di Wina pada putaran ketujuh pembicaraan. Namun para pihak masih belum mencapai kesepakatan apa pun.

Sementara di sisi lain, inflasi dan penurunan ekonomi terus melanda dunia. Ketika permintaan melonjak pada tahun 2021 dengan tersedianya vaksin, banyak negara kekurangan pasokan. Kekurangan kontainer pengiriman dan cadangan di pelabuhan di seluruh dunia semakin memperumit masalah.

Di AS saja, jumlah tenaga kerja turun 5 juta orang sejak awal pandemi. Gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh COVID-19, yang telah berkontribusi pada lonjakan inflasi di seluruh dunia, terus melanda negara-negara dan dapat bertahan selama bertahun-tahun, demikian menurut CFR.

Itulah sedikit gambaran terkait perkembangan geostrategis yang terjadi semala tahun 2021. Sementara yang paut juga untuk kita cermati bersama adalah pendekatan geostrategis yang dilakukan China. Sudah jamak bahwa China berupaya untuk bangkit sebagai kekuatan global melalui ekspansi perdagangan dunia dan pengembangan kemampuan militer dan angkatan lautnya. Hal ini menciptakan kelompok negara yang saling terkait sebagai mitra dagang China, sehingga menjadi aset untuk pendakian globalnya.

Dalam kapasitas demikian, China merasa penting memiliki peran besar dalam perdagangan globalnya, terutama dalam mengawal fungsi dari perilaku mitranya guna merangkul mekanisme perdagangannya di segala sektor. Hal ini menyiratkan bahwa negara-negara sama tertariknya untuk bermitra dengan keterkaitan yang diinduksi China, yang menginginkan dirinya sebagai simpul pusat perdagangan internasional.

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com