Pulau Abu Musa di Selat Hormuz Perlu Diwaspadai

Bagikan artikel ini

M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)

“Dalam kapitalisme terdapat penyakit yang inheren. Siklus ekonomi kapitalisme yang selalu akan menciptakan krisis bagi dirinya sendiri yang akan merembet menjadi krisis politik dan akhirnya bisa memecahkan kebekuan menjadi krisis revolusioner. Jalan bagi imperialis untuk menyelamatkan dirinya adalah dengan cara teror terhadap Rakyat lewat rejim fasisnya atau diktatur militernya.” (Bung Karno).

Bung Karno memang luar biasa. Teorinya tentang Kapitalisme tetap relevan hingga kini. Contoh great depression di Amerika AS) dekade 1930-an tempo doeloe karena ulah Kapitalis. Demikian juga krisis ekonomi global sekarang ini. Titik awalnya adalah AS dan sekutu, terutama negara-negara yang terlibat dalam invasi militer ke Irak dan Afghanistan dengan dalih terorisme dan senjata pemusnah massal. Invasi di kedua negara hampir tak ada keuntungan, karena kalah perang akhirnya modal pun amblas di Irak dan Afghanistan. Maka timbulah krisis.

Inti kapitalis adalah keserakahan manusia. Artinya bagaimana mengakumulasi modal sebanyak mungkin dengan cara mencari bahan baku semurah-murahnya dan mengurai pasar seluas-luasnya. Maka dengan pola, atau ruh ideologi seperti ini, An Nabhani berasumsi bahwa penjajahan adalah methode baku Kapitalis. Benang merah yang bisa dipetik, negara yang mengusung kuat kapitalis sebagai ideologi lazimnya memperbesar militernya secara luar biasa guna menjalankan cara-cara konvensional ideologinya. Seperti asumsi Jean Bricmont: “setiap sistem dominasi tergantung kekuatan militer, tetapi selalu membutuhkan pembenaran ideologis”. Itulah yang tengah berlangsung kini. AS dan sekutu menebar pembenaran ideologis dalam ujud isue-isue internasional semacam demokrasi, HAM, kebebasan, globalisasi, terorisme, pasar bebas dan lainnya.

Yang teraktual barangkali adalah “isue nuklir” Iran. Pembenaran ideologis yang ditebar AS guna memprovokasi dunia untuk mengucilkan Negeri Para Mulah terbukti gagal total. Bertahun-tahun diembargo dari sana-sini justru Iran semakin dahsyat di berbagai bidang terutama ekonomi, politik dan militernya. Gagal mengusung isue nuklir Iran agaknya “pembenaran ideologis” sesuai asumsi Bricmont di atas bakal berubah menjadi “sengketa perbatasan” yang kini lagi marak di Laut Cina Selatan.

Selanjutnya ancaman Rusia terhadap NATO, juga statement presiden Hu Jianto agar tentara Cina bersiap untuk perang, barangkali merupakan bentuk sambutan kedua adidaya baru (Rusia-Cina) terhadap isue baru yang ditebar oleh AS dan sekutu. Bahannya sudah riil nyata, konflik pulau Paracel, Spartly, dangkalan Scarborough Shoal dan lain-lainnya.

Bagi negara-negara di sekitarnya bersiap saja menerima tebaran isue baru, misalnya soal Ambalat, Natuna dan lainnya yang bakal “diadu-domba” antara Indonesia dengan Malaysia dkk. Atau pulau Shakalin antara Jepang versus Rusia. Perlu diwapadai adalah pulau Abu Musa di Selat Hormuz yang merupakan bagian provinsi di Iran, dipredeksi akan menjadi garapan baru pembenaran ideologis AS dengan membenturkan antara Iran versus Uni Emirat Arab dan kelompok Dewan Kerjasana Teluk. Itulah yang bakal terjadi, agar dunia waspada karena menjelang kebangkrutan ekonomi Kapitalis, sesuai isyarat BK maka geliat Kapitalis cenderung brutal. Dan Fasis merupakan jalan terakhir kapitalis yang cenderung bangkrut!

Yang perlu diwapadai memang pulau Abu Musa di Selat Hormuz. Ini jarang mencuat di permukaan namun dipredeksi bakal menjadi garapan pembenaran ideologis (isue) baru AS dengan membenturkan antara Iran versus Uni Emirat Arab dibantu kelompok Dewan Kerjasana Teluk. Disinyalir AS tak bakal meninggalkan calon targetnya yang gagal (maksudnya Iran) secara gratis. Ia tetap berkepentingan berlangsungnya konflik di Jazirah Arab guna melestarikan kebijakan recycle petrodollar-nya. Benang merah recycle petrodollar AS barangkali: dollar untuk membeli minyak murah, minyak guna berlangsung terus industri senjata, maka konflik di kawasan kaya minyak mutlak harus terus ada agar jualan senjatanya laku keras. Begitulah muter-muter terus, saya menyebutnya teori gasing, kalau tidak “muter” bakal bangkrut total kapitalilis.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com