Bakkre, Mantan Wartawan Pemerhati Geopolitik
Merunut analisa Clash Civilization ala Samuel Huntington, maka skema Geopolik Internasional, tak bisa disamakan dengan skema pertempuran geopolitik tingkat kecamatan. Pemaksaan penyamaan skema geopolitik Internasional dengan tingkat kecamatan, maka akan berdampak fatal dalam membaca skema pertempuran yang sesungguhnya sedang terjadi di level Internasional.
Skema pertempuran Geopolitik internasional Pax Israel Raya ini telah memasuki jenis perang Hybrida, yaitu kombinasi Perang Simetris, Perang Proxy dan Perang Asymetris. Sehingga kurang tepat bila kita analogikan sebatas perang sektarian Suni Syiah yang hanya bermain dilevel perang Asymetris.
Pax Israel Raya, memiliki agenda besar, yakni berambisi menguasai wilayah timur tengah bukan hanya sebatas Palestina, namun mereka memiliki agenda melenyapkan seluruh peradaban besar yang dulu pernah hidup di timur tengah dan masih berpotensi menjadi ancaman peradaban Judaisme, yakni peradaban besar yang pernah hidup berkembang di bekas wilayah Palestina, Irak, Iran, Yordania, Suriah dan juga Mesir.
Skema Geopolitik membaca bahwa Pax Israel Raya memiliki dua agenda besar, yakni melenyapkan bekas peradaban besar yang memiliki potensi sebagai ancaman bagi Perabadan Judaisme dan agenda kedua adalah menguasai geo ekonomi wilayah timur tengah.
Artinya mereka bukan sebatas menginginkan ladang minyaknya, melainkan ingin menghancurkan jejak jejak bekas peradaban Mesir kuno, Babylonia, Persia dan tentunya yang paling mereka takuti adalah kekhwatiran tegaknya kembali Peradaban Islam di timur tengah yang membujur sepanjang Palestina, Suriah, Yordania, Yaman hingga ke Irak dan Mesir.
Agenda Pertama mereka ingin menguasai wilayah timur tengah untuk penguasaan geo ekonomi di wilayah Timur Tengah. Adapun agenda kedua mereka ingin membangun Peradaban Judaisme di tim tengah dengan Jerusalem Palestina sebagai pusat kekuasaan Israel Raya.
Namun pada kenyataannya, kaum Yahudi dengan Judaismenya hanya mempropagandakan ajaran dari agama mereka sendiri. Oleh karena itu maka dalam missi ini mereka gagal. Tak seorang pun manusia di luar non Yahudi yang tertarik menjadikan ajaran agama Yahudi (Judaisme) sebagai teladan.
Kegagalan dalam hal ini, menurut kitab suci mereka, membuat mereka gagal di manapun. Mengapa? Karena mereka menjalankan missi tanpa ridho Allah SWT. Bahkan para pemimpin mereka sendiri hanya sedikit yang berani mengklaim bahwa mereka membawa missi spiritual.
Tetapi missi tentang idea itu tetap masih melekat di benak mereka dalam bentuk yang telah mengalami degenerasi; idea itu kini terefleksikan pada penyembahan kepada idea materialisme dan telah berubah menjadi upaya pemupukan kekayaan tanpa etika dalam wujudnya Korporasi Kapitalisme Global.
Menyadari kelemahan itu, maka tak ada jalan lain kecuali mempropagandakan Kapitalisme Global dalam kemasan yang indah agar dapat diterima semua orang. Dengan tak tik kemampuan propaganda dan menguasai media informasilah mereka mendengungkan hal itu.
Akhirnya tiada pilihan lain bagi mereka selain memilih menerjemahkan “kebaikan” dalam standard ganda. Ide Kapitalisme Global sebagai Kebaikan versi mereka yang dipakai sebagai alat untuk memaksakan kehendaknya menguasai wilayah dan kekuasaan untuk tujuan yang mereka harapkan.
Orang Yahudi bersikeras bahwa merekalah yang memiliki hak penuh “memahamkan tentang ajaran Injil”, dan “memberikan pemahaman tentang Tuhan”, dan bahkan “memberikan agama” kepada orang Kristen, yang dinyatakan mereka berulang-ulang dalam setiap publikasi mereka.
Bagi Dominasi negara-negara Kristen non Yahudi pendukung gerakan Zionisme, mereka ingin mendirikan negara Israel Raya yang menurut keyakinan mereka sedang menunggu sang messiah yang nanti akan datang, umat kristiani menyebutnya sebagai Kristus Juru Selamat yang akan menebus dosa umatnya.
Mereka membahasakan Mesiah sebagai Nabi terakhir yang akan muncul berasal dari keturunan Yahudi. Sehingga penganut agama Katholik memiliki peran sebagai pembela setia kaum Yahudi.
Oleh karenanya tak heran bila hari ini banyak sekali tokoh penting dilingkungan pemerintahan Amerika Serikat non Yahudi yang turut mendukung kebijakan-kebijakan Israel dalam mencapai tujuannya, yaitu mendirikan Israel di tanah rakyat Palestina karena misi Katholik mereka.
Disini peran media masa media massa baik televisi maupun koran mutlak diperlukan untuk memproduksi agenda politiknya dengan propaganda versi mereka. Maka tak heran bila hari ini, dari mulai direktur eksekutif tiga jaringan televisi dan empat studio film besar hingga pemilik jaringan koran terbesar negara ini adalah Yahudi,” tulis Ginsberg.
Media adalah sarana paling ampuh untuk mengendalikan masa. Dengan media mereka bukan menghadirkan sebuah berita, namun dengan media mereka mampu mencekoki otak kita dogma agenda yang dikamulflasikan.
Dengan media dunia terhipnotis dengan kegagahan AS dalam menumpas terorisme yang dipropagandakan sebagai musuh bersama. AS dianggap negara adidaya yang sangat mulia. Padahal, itu semua bohong belaka, AS jelas-jelas negara arogan dan sewenang-wenang untuk melenyapkan seluruh peradaban dunia.
Di dukung pula dengan industri film Hollywood, mereka berhasil memproduksi berbagai jenis film dengan berbagai cerita fiktif yang seolah nyata untuk mengubur fakta sejarah peradaban lama dan menggantinya dengan sejarah baru yang mereka buat sesuai agenda mereka.
Jadi kesimpulannya, Samuel Huntington ketika mengkampanyekan Benturan peradaban antara Islam vs Barat, atau antara Barat versus ras kuning. Dia menyangka sedang merekayasa konflik peradaban jadi jadian di masa mendatang, padahal tanpa sadar dia sedang membangunkan kembali Peradaban lama dari masa tidurnya yang panjang, hingga sekarang terjaga tutur Hendrajit (pengamat Geopolitik)
Lebih tepatnya benturan Peradaban antara Pax Judaisme atau Skema Israel Raya yang terdiri dari kolaborasi antara Yahudi dan Katholik versus Peradaban Islam serta Peradaban Judaisme (Yahudi dan Katholik) versus Peradaban Persia Raya (Iran) di akhir zaman..
Facebook Comments