Tim Riset Global Future Institute (GFI)
Kemenangan Viktor Yanukovich atas Yulia Tymoschenko, meski dengan prosentase yang sangat tipis, sekitar 2 sampai 3 persen, bagaimanapun juga merupakan pukulan yang cukup berat bagi kelompok politik pro Amerika dan Eropa Barat. Betapa tidak. Pada 2004 lalu, Viktor Yuschenko, calon presiden Ukraina yang pro barat, berhasil memenangkan kursi kepresidenan. Dan Yulia Tymoschenko, seiring dengan kemenangan Yuschenko, ditunjuk sebagai perdana menteri.
Kemenangan duet Yuschenko-Tymoschenko pada pemilu 2004, sebenarnya sarat kontroversi. Karena sebelumnya, Viktor Yanukovich sebenarnya sudah berhasil memenangkan pemilihan presiden meski dengan prosentase yang cukup tipis. Namun dengan memanfaatkan dukungan media massa barat dan beberapa LSM internasional, duet Yuschenko-Tymoschenko berhasil membentuk opini publik bahwa Yanukovich telah berlaku curang dalam pemilihan umum. Apalagi ketika itu Yuschenko berhasil membangun kesan kepada publik dan media massa Negara-negara barat, bahwa dirinya sempat diracun dan bermaksud dibunuh atas perintah Yanukovich.
Kemenangan duet Yuschenko-Tymoschenko pada pemilu 2004 inilah yang kemudian dikenal sebagai bangkitnya Revolusi Oranye (Orange Revolution) di Negara berpenduduk 46 juta ini. Namun seiring dengan perkembangan waktu, nampaknya kinerja Yuschenko dan sekutu politiknya Tymoschenko tidak memuaskan bagi sebagian besar rakyat Ukraina.
Kehidupan perekonomian Ukraina tidak semakin membaik. Sebaliknya pengangguran akibat tidak adanya lapangan kerja, semakin meningkat. Sektor riil macet. Sepertinya, Yuschenko didukung habis-habisan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, hanya karena mereka tidak ingin Ukraina dipimpin oleh seorang tokoh karismatik yang pro Rusia seperti Yanukovich. Padahal, Yanukovich meskipun cenderung dekat dan pro Rusia, pada dasarnya bukan tergolong tokoh politik Ukraina yang anti Amerika dan Uni Eropa.
Secara faktual, harus diakui bahwa Yanukovich memang basis dukungannya berasal dari warga Ukraina yang bermukim di sebelah timur Ukraina dan berbahasa Rusia. Sehingga keberhasilan Yanukovich merebut tampuk kepresidenan Ukraina, memang sangat mencemaskan bagi Amerika dan Uni Eropa. Khususnya yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Yang mencemaskan Negara-negara barat, kepemimpinan Yanukovich berpotensi untuk membawa Ukraina untuk kembali bergabung dengan Rusia, atau setidaknya menjalin kembali persekutuan strategis dengan bekas negara induknya tersebut.
Karena bagaimanapun juga, dalam pandangan negara-negara barat, Ukraina meski negara kecil lokasinya cukup strategis, yaitu berada di perbatasan antara Rusia dan Uni Eropa.
Bisa dimengerti jika pada pemilu 2004 lalu, Amerika dan Uni Eropa menghalalkan segala cara untuk menggagalkan kemenangan Yanukovich sebagai presiden. Namun pada pemilu kali ini, rakyat Ukraina tidak mau dibodohi dan diperdaya untuk kedua kalinya. Kemenangan Yanukovich, setidaknya telah membuka mata rakyat Ukraina, bahwa Revolusi Oranye ternyata hanya mitos dan jargon belaka.