Sekilas Pada Era Dinasti Tang dan Dinasti Abbasiah

Bagikan artikel ini

It is remarkable that the Tang–Abbasid trade existed at all. The sea route from Basra to Guangzhou was over 6000 miles in length, complex and treacherous. That a direct link not only existed but flourished during the Abbasid period is attributable to three factors.”

The first was the existence of a ship that was capable of making the voyage on a regular basis, namely the Arab dhow – known in southeast Asia as the Kunlun ship – characterized by sewn rather than nailed planking and, until the eleventh century, the only sea ship capable of such journeys

The second factor was the Asian monsoon, an annual weather pattern that both facilitated and conditioned long-distance travel in Asian waters. Specifically, the prevalence of southwest-to-northeast winds in the summer months and northeast-to-southwest winds in the winter months did not simply facilitate west-to-east and east-to-west travel, respectively, but also made possible the traversal of vast stretches of sea in the Indian Ocean by significantly shortening travel times.”

Third was the trade itself, which was based upon the demands by the rulers and ruling classes of two great and prosperous empires for precious goods from the other end of Asia. We shall return to this trade, which constituted the lifeblood of the maritime merchants. Suffice it to say that both textual and archaeological evidence bear witness to a vital and flourishing commerce.

____
“Sungguh luar biasa bahwa perdagangan Tang-Abbasiyyah pernah ada. Rute laut dari Basrah ke Guangzhou memiliki panjang lebih dari 6000 mil, rumit dan berbahaya. Hubungan langsung yang tidak hanya ada tetapi juga berkembang selama periode Abbasiyyah disebabkan oleh tiga faktor”

“Yang pertama adalah adanya kapal yang mampu melakukan pelayaran secara teratur, yaitu dhow Arab – yang dikenal di Asia Tenggara sebagai kapal Kunlun – yang dicirikan dengan papan yang dijahit dan bukannya dipaku dan, hingga abad kesebelas, satu-satunya kapal laut yang mampu melakukan perjalanan seperti itu.”

“Faktor kedua adalah angin muson Asia, sebuah pola cuaca tahunan yang memfasilitasi sekaligus mengkondisikan perjalanan jarak jauh di perairan Asia. Secara khusus, prevalensi angin barat daya ke timur laut pada bulan-bulan musim panas dan angin timur laut ke barat daya pada bulan-bulan musim dingin tidak hanya memfasilitasi perjalanan dari barat ke timur dan timur ke barat, tetapi juga memungkinkan pelayaran melintasi hamparan laut yang luas di Samudra Hindia dengan memperpendek waktu tempuh secara signifikan.”

“Ketiga, perdagangan itu sendiri, yang didasarkan pada permintaan para penguasa dan kelas penguasa dari dua kerajaan besar dan kaya akan barang-barang berharga dari ujung Asia. Kita akan kembali ke perdagangan ini, yang merupakan sumber kehidupan para pedagang maritim.

Cukuplah untuk mengatakan bahwa baik bukti tekstual maupun arkeologis membuktikan adanya perdagangan yang vital dan berkembang pesat.”

John W. Chaffee
John W. Chaffee, 2018. The Muslim Merchants of Premodern China: The History of a Maritime Asian Trade Diaspora, 750-1400. Cambridge University Press. Halaman 52-53.

Diolah ole Abu Bakar Said. The Sultanet Institute, Surakarta

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com