SERUAN GLOBAL FUTURE INSTITUTE KEPADA PARA PESERTA KAA BANDUNG KE-6019 April-24 April 2015

Bagikan artikel ini

Pendahuluan

Konferensi Asia-Afrika yang dihadiri 29 negara, pada akhirnya telah menghasilkan sebuah kesepakatan strategis yang kelak dikenal sebagai DASA SILA BANDUNG (The Bandung Declaration), berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha-usaha memajukan perdamaian dunia, keadilan sosial dan kerjasama antar bangsa.

Adapun sepuluh  butir DASA SILA BANDUNG tersebut sebagai berikut:

  1. Menghormati hak dasar manusia seperti tercantum dalam Piagam PBB.
  2. Menghormati kedaulatan dan integritas semua bangsa.
  3. Menghormati an menghargai perbedaan ras serta mengakui persamaan semua ras dan bangsa di dunia.
  4. Tidak campur tangan dan intervnsi persoalan dalam negeri negara lain.
  5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri baik sendiri maupun kolektif sesuai Piagam PBB.
  6. Tidak menggunakan peraturan dari pertahanan kolektif dalam bertindak untuk kepentingan suatu negara.
  7. Tidak mengancam dan melakukan tindak kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
  8. Mengatasi dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan internasional melalui jalan damai dengan persetujuan PBB.
  9. Memajukan kepentingan berssama dan kerjasama.
  10. Menghormati hukum dan juga kewajiban internasional.

Dalam pandangan kami yang tergolong generasi penerus bangsa saat ini, DASA SILA BANDUNG merupakan sebuah mahakarya alias opus magnum yang berhasil dicapai oleh para pencetus dan perintis KAA di Bandung 60 tahun yang lalu, yang tepatnya diselenggarakan di Bandung pada 18 April hingga 24 April 1955. Dasa Sila Bandung merupakan sebuah landasan untuk menggalang solidaritas dan persekutuan strategis negara-negara Asia-Afrika, untuk menghadapi berbagai persoalan baik yang berskala regional maupun internasional.

Inilah sebuah kontra skema yang pada perkembangannya telah menawarkan sebuah gagasan alternatif di luar dua kutub yang sedang bertarung saat itu, yaitu antara blok barat yang dimotori Amerika Serikat dan para sekutunya dari Eropa Barat, maupun blok timur yang dimotori oleh Uni Soviet maupun Republik Rakyat Cina.

Spirit Dasa Sila Bandung ini, merupakan landasan ideologis bangsa-bangsa Asia-Afrika dalam melawan Kolonialisme dan Imperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Gerakan KAA dan Non Blok Masih Relevan Hingga Sekarang

Gambaran Umum Kondisi Obyektif Global Saat Ini.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Global Future Institute berpandangan bahwa:

  1. Gerakan Solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika melalui KAA April 1955  di Bandung maupun yang kemudian dikembangkan melalui Gerakan Negara-Negara Non Blok pada 1961 di Beograd, Jugoslavia, masih penting dan punya relevansi yang kuat untuk dikembangkan saat ini di Abad 21.
  2. Sebagaimana sudah diperingatkan oleh Bung Karno pada pidato pembukaan KAA di Bandung, kolonialisme dan imperialisme masih berlangsung hingga saat ini meski dalam bentuk baru berupa Neo Imperialisme dan Neo Kolonialisme di bidang ekonomi dan kebudayaan.
  3. Maka itu, negara-negara berkembang yang notabene merupakan negara-negara yang berada di kawasan Asia-Afrika dan tergabung dalam KAA maupun Gerakan Non Blok, hendaknya terus berjuang dan melakukan perlawanan secara gencar dan intensif, untuk menentang kolonialisme dan imperialisme yang dimotori oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam Uni Eropa.
  4. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa saat ini Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia negara-negara berkembang, khususnya di Asia dan Afrika, dieksploitasi secara tidak adil untuk kepentingan negara-negara maju.
  5. Untuk itu, negara-negara berkembang, khususnya yang tergabung dalam KAA, harus menentang dan mengecam keras kondisi internasional yang tidak adil tersebut akibat serangkaian kebijakan ekonomi dan militer dari negara-negara maju yang menyebabkan timbulnya kondisi internasional  yang tidak adil tersebut.

Penggunaan Kekuatan Militer terhadap Negara-negara Berkembang

  1. Dengan melihat dengan seksama terjadinya invasi militer Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya terhadap Afghanistan pada 2001 dan Irak 2003, maka kami berpandangan bahwa penggunaan kekuatan militer terhadap negara-negara berkembang tanpa seizin Dewan Keamanan PBB, hingga saat ini masih tetap berlangsung. Sehingga melanggar hak-hak asasi manusia dan pelanggaran kedaulatan negara sebagaimana tercantum dalam prinsip-prinsip DASA SILA BANDUNG maupun Gerakan Non Blok.
  2. Berkenaan dengan hal tersebut, maka para Peserta Konferensi Asia-Afrika harus mengeluarkan kecaman keras terhadap kebijakan  penggunaan Kekuatan Bersenjata/Militer yang bertentangan dengan DASA SILA BANDUNG.
  3. Para peserta KAA secara khusus harus mengutuk kebijakan penggunaan kekuatan bersenjata/militer yang dimotori oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam NATO di Afghanistan, Irak, Suriah, Lebanon, dan Serbia.
  4. Senafas dengan spirit DASA SILA BANDUNG, seluruh konflik internasional yang berlangsung harus diselesaikan melalui sarana diplomasi, tanpa penggunaan kekuatan bersenjata/militer.

Menyadari kenyataan dan kondisi internasional yang tidak adil akibat masih berlangsungnya kebijakan dan praktek-praktek NEO KOLONIALISME dan NEO IMPERIALISME di bidang ekonomi, maupun masih berlangsungnya kebijakan penggunaan kekuatan bersenjata/militer dalam menyelesaikan konflik-konflik internasional, maka dengan ini GLOBAL FUTURE INSTITUTE  menyerukan kepada seluruh negara-negara Asia-Afrika yang hadir dalam KAA ke-60 di Bandung pada 18 April mendatang agar:

  1. Secara eksplisit menyatakan secara tegas bahwa negara-negara berkembang harus berperan aktif di dunia internasional untuk mengatasi krisis internasional yang berlangsung saat ini, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh para kepala negara/pemerintahan negara-negara Asia-Afrika pendahulu mereka, pada KAA 1955, 60 tahun yang lalu.
  2. Sebagaimana ditegaskan dalam DASA SILA BANDUNG 1955, para Perserta KAA ke -60 mendatang, menyerukan agar dalam  mengatasi dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan internasional, dilakukan  melalui jalan damai dengan persetujuan PBB.
  3. Para peserta KAA ke-60 menegaskan agar PBB harus berperan aktif dalam mengakomodasikan semua aspirasi negara-negara berkembang, yang merasa dirugikan khususnya yang telah menjadi korban kebijakan penggunaan kekuatan bersenjata/militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam NATO, seperti Afghanistan, Irak, Suriah, Lebanon dan Serbia.
  4. Para peserta KAA ke-60 mendatang, harus mengecam dan mengutuk Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam NATO, agar menghormati tata hubungan internasional berdasarkan hak kedaulatan suatu negara maupun Hak-Hak Asasi Manusia.
  5. Sehubungan dengah hal tersebut di atas, para peserta KAA ke-60 harus mengeluarkan sebuah pernyataan sikap resmi yang dikeluarkan melalui sebuah memorandum yang ditandatangani oleh seluruh Ketua Delegasi peserta KAA, dan terdokumentasi sebagai output atau hasil-hasil penting yang disepakati oleh seluruh peserta KAA.

Penutup

Inilah misi utama para peserta KAA Bandung ke-60 April 2015 mendatang, sehingga apa yang telah dirintis dan dilakukan oleh para FOUNDING FATHERS KAA Bandung pada 1955, bisa dilanjutkan terus karena krisisi internasional yang berlangsung pasca Perang Dingin terkait dengan Kolonialisme dan Imperialisme, sejatinya hingga saat ini masih tetap berlansung meskipun menjelma dalam bentuk baru maupun modus baru.

Apabila para peserta KAA ke-60 mendatang, tidak melakukan misi tersebut di atas, atau dengan sadar mengabaikan kondisi internasional yang tidak adil dan eksploitatif sebagaimana kami paparkan di atas, maka sia-sialah perjuangan para FOUNDING FATHERS KAA 1955, dalam menentang kolonialisme dan imperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

 

PIMPINAN EKSEKUTIF GLOBAL FUTURE INSTITUTE:

  1. HENDRAJIT
  2. M ARIEF PRANOTO
  3. RUSMAN
  4. FERDIANSYAH ALI
  5. AGUS SETIAWAN
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com