Sesungguhnya Negeri dan Bangsa Ini dalam Bahaya

Bagikan artikel ini

Agus Muldya

Ketika Badnews is a good news hanya akibat streotip berita keberhasilan yang semu di Era Orde baru maka itu adalah bentuk perlawanan dan pengungkapan kebenaran yang sesungguhnya dalam rangka memperbaiki keadaan dan memajukan bangsa ini.

Hanya jika ternyata sampai 17 tahun kemudian berita buruk dan keburukan itu makin banyak dan selalu menghiasi berbagai media dan media yang memuat berita buruk itulah yang oplahnya tinggi maka Orang Indonesia dan mungkin juga pejabat dan Elit serta yang kayanya memang lebih senang melihat orang susah dan tidak suka melihat orang senang. Tetapi fenomena ini perlu diuji bersama dengan kehati-hatian dan kelapangan dada.

Apakah media yang memuat berbagai kasus Korupsi itu benar dilakukan orang Indonesia dan pejabatnya. Padahal sudah pada ditangkapi dan jumlahnya banyak sekali. Mereka rata-rata bukan lagi pejabat Orde baru tetapi yang baru-baru, termasuk hasil pilkada-pilkada. Kenapa sumber koruptor baru malahan lebih banyak dari generasi sebelumnya dan semakin ditangkap kok tidak kapok tetapi malahan semakin banyak lagi. Artinya tidak selesai jika hanya ditangkapi dan dihukum apalagi terbukti di tahanan juga seperti raja. Ini berbahaya sekali apalagi tidak ditangkapi. Ada yang salah dan berbahaya.

Apakah Presiden mengatakan bahwa Indonesia saat ini sudah punya 4 juta pencandu narkoba itu. Bukan tanda bahaya yang juga luar biasa? Padahal sudah 2 kali dilakukan tembak mati bareng dan akan lagi dilakukan. Sementara petugas sipir bisa dengan tenang dan santai memberikan kesempatan bagi beberapa bandar narkoba kelas kakap untuk tetap mengendalikan operasi narkobanya dari dalam sel?.

Dan para aktifis yang mengaku pro HAM malahan membela agar jangan para bandar ini dihukum mati, tetapi mereka sama sekali tidak berusaha membela mati-matian para TKW yang jelas miskin dan tertindas lalu berjuang ke luar negeri. Tetapi terkena kasus sehingga dihukum mati dinegara, dimana mereka mengembara?

Kok aneh terhadap sesama anak bangsa tidak membelanya,  padahal jelas harus dibela dulu sekuatnya, tetapi penjahat yang kelas berbahaya dan dari luar negeri lagi malahan dibela?

Coba bayangkan dimana sudah masuk penjara pun masih berkuasa dan sipir penjara juga masih bermain. Bagaimana jika tidak dihukum mati termasuk sipir dan pengelola penjaranya?,  dimana akan memutus rantainya?

Walau benar harus adil dan menyelesaikan sumbernya sehingga kesadaran masyarakat dan kejahatan ini menjadi mampu diminimallisir, tetapi ini sesungguhnya bahaya yang luar biasa.

Apakah berita, pejabat yang pake sex online sampai berbiaya puluhan bahkan ratusan juta itu benar? Pejabat yang ditangkap ketika sedang bersama selingkuhan itu benar? Dan banyaknya orang kaya, elite dan para penguasa itu mensia-siakan keluarganya itu benar?

Maka jika benar bangsa ini benar-benar dalam bahaya. Mana mungkin ketika orang kuat, penguasa dan kayanya saja mensia-siakan keluarganya sendiri, bisa mengurusi nasib orang lain yang susah?. Tidak mungkin ini kemungkinan besar hanya pencitraan saja. Bagaimana mungkin keluarganya saja disia-siakan lalu orang lain diurus dengan penuh pengorbanan dan kesungguhan, ini jelas tidak mungkin dan situasi ini jelas perlu perhatian dan kesungguhan dalam memperbaikinya.

Di Era Globalisasi saat ini, kita sebagai bangsa tidak lagi boleh anti asing karena kita akan menjadi asing juga ketika masuk ke bangsa lainnya. Dan hanya yang unggulah yang akan bertahan.

Saya ingat pesan sahabat saya Chaerul tanjung ketika masih menjadi menkoPerekonomian, diera kabinet SBY yang baru lalu. Ia mengatakan kepada para pengusaha karena acaranya adalah perpisahan dengan Kadin: “hanya yang unggul, tangguh dan mampu bertahanlah yang akan sukses.” Dan bagi pengusaha dengan kesuksesan itulah maka perusahaan dan karyawannya terjamin serta kemudian bisa berbagi.

Dan sebagai pemerintah tentunya bagaimana mengusahakan agar para pengusaha sukses, begitu juga generasi berikutnya dan masyarakatnya. Pertanyaan saya, jika melihat cuplikan- cuplikan situasi dan berita berita dan fakta fakta itu. Bagaimana nasib bangsa ini, apalagi dengan munculnya berita bahwa ada menteri ikutan jualan/spekluasi beras?. Tidak peduli dan menganggap enteng kondisi masyarakat saat ini.

Era Globalisasi, hanya akan membuat siapa yang siap dan tangguh serta unggul akan bertahan?…lihat harga nilai tambang yang ambruk, nilai komoditi yang ambruk, nilai ekspor yang di murahkan ehingga pajaknya lebih kecil nilainya, transhiftment dll. Disisi lainnya masyarakat semakin kena kemahalan dan tekanan lainnya. Ini yang disebut semua tekanan dan harga naik dan harga diri yang menurun saat ini.

Disisi lainnya, konflik perebutan kenikmatan dan pengaruh serta kekuasaan juga sedang dimainkan. Apakah Korupsi yang merajalela, Narkoba yang merebak, kerusakan rumah tangga. Dan berbagai hal dimana menunjukan moral yang rusak, etika yang menurun, konflik tertutup. Ini bukan soal gampang.

Sekali lagi ini bukan soal:
1.Reshufle Kabinet
2.Dunia yang sedang lesu
3.Ketidakpedulian dan keserakahan
4.Soal Transisi perubahan social yang belum tuntas
5 Ganti Presiden

Ini adalah soal bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi dan persaingan dengan bangsa lain, industri lain, produk lain, keilmuan dan keunggulan dengan bangsa lainnya. Ini adalah soal keberlangsungan bangsa Indonesia, ini adalah soal menjaga eksistensi NKRI dan Tumpah darah bangsa ini.

Problemnya makin banyak kalau kita mau jujur tetapi solusinya bukannya makin banyak tetapi semakin terbatas karena berbagai hal diatas. Tantangannya bagaimana kita teguh bekerja dan berdoa sehingga berbagai keunggulan itu muncul. Hanya saja disisi lainnya mesti lapar, tertekan, dinasfikan dan disia siakan, serta diabaikan dan dikalahkan oleh sistem.

Sementara kalau bawa modal dan mampu berbelanja kekuasaan semuanya menjadi mudah dan penuh kemudahan serta kebijaksanaan. Buktinya, bandar narkoba yang sudah dihukum mati saja masih bisa dagang atur operasinya.

Negara tidak boleh dikalahkan dan bangsa musti selamat serta menjadi bangsa yang unggul dan berhasil. Indonesia secara nyatasemakin menjadi pasar dan penyuplay sumber alam serta tenaga kerja, alam habis, brain drain dan kehilangan tenaga kerja. Modal nggak cukup sehingga tergantung kepada investasi yang ditentukan lawannya. Begitu juga kalau pinjaman kita tahu pola economic Hitman telah memperosokkan bangsa ini, juga dimasa lalu, yang katanya jauh lebih enak dari sekarang. Padahal dalam perjalanan bangsa yang ada hanya lah masa depan. Sedangkan masa lalu sebaiknya disyukuri, terimakasih kepada para pelakunya dan kita hanya punya satu kepastian tidak bisa kembali ke masa lalu. Dan hanya bisa mewujudkan masa depan dengan segala potensi dan kesungguhannya kita bersama sebagai sebuah bangsa.

Pertanyaannya , mulai dari mana dan bagaimana caranya? Dengan kepala dingin, hati yang sabar tetap bersemangat dan bersungguh-sungguh. Dari mana coba mulainya dan bagaimana bukan yang seharusnya tetapi yang dapat kita lakukan secara sederhana.

Kita jangan lagi yang muluk-muluk tetapi yang paling bisa dan memungkinkan. Semoga pada iklas urun rembug…

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com