Komentar Pembaca atas artikel Hendrajit berjudul:
Membaca Strategi Indo-Pasifik AS Bendung Cina di Asia-Pasifik
Perubahan tatanan global membuat dua kekuatan besar dunia saat ini, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Cina, saling berhadapan di Indo-Pasifik. Kehadiran AS di Indo-Pasifik ini tak lepas dari ambisinya untuk membendung pengaruh Cina di Asia-Pasifik. Hendrajit, melalui tulisannya yang berjudul “Membaca Strategi Indo-Pasifik AS Bendung Cina di Asia-Pasifik”, menjelaskan dengan baik ambisi AS tersebut.
Dalam tulisannya, Hendrajit mengutip analisis Wang Yinghui, Associate professor di National Security College, National Defense University yang menyebut bahwa the Indo-Pacific Report yang dirilis Kementerian Pertahanan AS dengan tebal 78 halaman, sangat bernada penuh permusuhan terhadap Cina dan Rusia.
Hendrajit dalam tulisannya juga menyebut bahwa modus dari skema Indo-Pasifik versi AS adalah sebagai berikut:
Pertama. Mengindentifikasi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik atau Indo-Pasifik, termasuk pulau-pulau kecil di kawasan Pasifik, ke dalam persekutuan strategis dengan Amerika. Seraya menyingkirkan Cina, Rusia dan Korea Utara dalam skema kerjasama tersebut.
Kedua. Melalui strategi tersebut, tergambar tujuan strategis AS adalah menggalang negara-negara sekutu maupun negara mitra, sekaligus menambah keikutsertaan negara-negara baru sebagai sekutu atau mitra AS. Untuk kemudian membentuk jaringan kekuatan membendung pengaruh Cina, Rusia dan Korea Utara.
Dengan perkataan lain, AS bermaksud merangkul (atau lebih tepatnya menyandera, jika dari sisi negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang tidak setuju dengan skema Indo-Pasifik AS) negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk negara-negara ASEAN, untuk membendung dan kemudian menyingkirkan pengaruh Cina di Asia Pasifik.
Rancangan Rezim Internasional
Dengan mengamati substansinya, skema Indo-Pasifik AS dapat digolongkan sebagai suatu rancangan rezim internasional. Rezim internasional adalah sekumpulan ekspektasi atau harapan bersama, peraturan, rencana, komitmen organisasi dan finansial yang telah diterima dan disepakati oleh sekelompok negara. Dari pengertian rezim internasional di atas, dapat dipahami bahwa sebelum rezim internasional terbentuk, rezim internasional mensyaratkan kesamaan keyakinan dan cara pandang negara-negara.
Skema Indo-Pasifik AS dapat digolongkan sebagai suatu rancangan rezim internasional karena skema Indo-Pasifik AS mengandaikan adanya kesamaan keyakinan dan cara pandang negara-negara yang akan membentuk kolektivitas respons yang apabila disepakati lebih lanjut, akan diterjemahkan ke dalam “seperangkat tujuan dan harapan bersama, aturan dan regulasi, rencana kerja, dan komitmen finansial”— rezim. Rancangan rezim internasional ini (skema Indo-Pasifik AS) tentu saja akan AS arahkan untuk menyingkirkan Cina. AS mungkin bisa saja mengelak dari tuduhan tadi dengan berdalih bahwa skema Indo-Pasifik versinya adalah untuk pemerataan ekonomi di Indo-Pasifik, misalnya. Tapi seperti yang sudah dijelaskan oleh Hendrajit dalam tulisannya, nada permusuhan AS terhadap Cina dalam skema Indo-Pasifik AS sulit untuk dikesampingkan.
Tidak mudah bagi AS untuk mengejawantahkan skema Indo-Pasifik versinya menjadi sebuah rezim internasional. Rezim internasional, yaitu seperangkat tujuan dan harapan bersama, aturan dan regulasi, rencana kerja, dan komitmen finansial oleh negara-negara, mensyaratkan kesamaan keyakinan dan cara pandang negara-negara. Sedangkan—seperti yang sudah dijelaskan Hendrajit dalam tulisannya—banyak negara di Asia-Pasifik yang ragu atau skeptis terhadap skema Indo-Pasifik AS. Bahkan sudah ada beberapa negara di kawasan Asia dan Pasifik yang menjalin kerjasama dengan Cina melalui skema Belt and Road Initiative.
India yang notabenenya adalah poros dari strategi the Indo-Pacific Report pun tidak antusias untuk mendukung strategi AS itu. Australia dan Jepang yang merupakan sekutu AS juga secara bertahap bermaksud menentang skema Indo-Pasifik AS. Gagasan Presiden Trump agar negara-negara sekutu AS berbagi memikul beban dengan ikut serta menanggung pengeluaran anggaran pertahanan skema Indo-Pasifik AS, nampaknya mengundang protes dan penolakan dari beberapa negara sekutunya, termasuk Australia dan Jepang.
Rekomendasi Untuk Indonesia
Tepat di titik inilah Indonesia mempunyai momentum untuk memelopori suatu manuver politik balancing untuk keluar dari skema Indo-Pasifik AS (dan juga ketergantungan dengan Cina). Berbeda dengan bandwagoning yang mana negara beraliansi atau bersekutu dengan negara yang memiliki power di atasnya (adidaya) dengan harapan negara yang memiliki power di atasnya itu tidak akan menyerang mereka karena berada dalam satu aliansi, balancing adalah prinsip penyeimbangan, di mana negara-negara dengan kekuatan yang seimbang (kecil dan menengah) beraliansi untuk mengimbangi negara yang lebih kuat (adidaya).
Indonesia bisa memanfaatkan momentum keraguan-raguan serta ketidaksetujuan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik terhadap skema Indo-Pasifik AS dengan menginisiasi suatu alternatif. Apalagi Indonesia sebagai negara anggota ASEAN mempunyai modal bagus, yaitu the Outlook on the Indo-Pacific. Indo-Pasifik versi ASEAN yang menegaskan pentingnya sentralitas dan kontribusi negara-negara yang berada di kawasan Asia-Pasifik untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan di Indo-Pasifik.
Imam Nawawi, mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Satya Negara Indonesia