Strategi Global China: Bagaimana China Berhasil Merebut Banyak Proyek

Bagikan artikel ini
Sigid Kusumowidagdo
China saat ini adalah ekonomi kedua terbesar di dunia setelah Amerika walau pendapatan penduduknya tergolong negara berkembang (Sekitar US$ 7,800 per orang). Tetapi China punya strategi global untuk memperkuat eksistensinya di kawasan-kawasan dunia dengan menyediakan bantuan Kredit komersial atau Kredit konsesional (berbunga rendah). Ini dimungkinkan dengan cadangan devisa lebih dari US $ 2 Triliun (indonesia hanya US$ 103 miliar). Kredit China yang diberikan ke luar negeri di tahun 2005 = US $10 miliar dan naik di tahun 2013 = US $ 1,48 Triliun. China Exim Bank adalah lembaga kredit ekspor terbesar ketiga dunia, dan China Development Bank (CDB) adalah bank pembangunan terbesar di dunia melebihi Bank Dunia .
Apa tujuan strategi kredit global China:
I. DIPLOMASI: agar dunia hanya mengakui China dan mengakui Taiwan sebagai bagian dari China (One-China Policy).
II. IDEOLOGIS: memberi model pembangunan alternatif bagi dunia yang menggabungkan pemerintahan komunis dengan ekonomi kapitalis.
III. EKONOMIS: mendukung ekspansi pasar bagi produk-produk industri, teknologi dan tenaga kerja China dan mengakses sumber alam dan energi dunia.
Instrumen pinjaman China adalah; 1. Export Buyer’s credits: untuk peminjam luar negari yang membeli produk-produk China; 2. Export Seller’s Credit: Kredit untuk korporasi China yang beroperasi di luar negeri; 3. Mixed Credit; Gabungan dari nomor 1 dan 2; 4. Natural Resources Based Loans: Kredit yang yang dijamin dengan sumber alam negara penerima kredit (Oil, Batubara, Bahan-bahan mentah); 5. Conssesional loan: Pinjaman berbunga rendah untuk negara miskin.
Mengapa Kredit China banyak diminati?
Karena China bukan anggota OECD (Organization for Economic Cooperation & Development) yang merumuskan kebijakan dunia yang adil (Fair trade) untuk investasi dan perdagangan dunia. Sehingga China lebih mudah memasarkan kreditnya.
Kebijakan kredit China adalah sebagai berikut:
A.  Bunga kredit di bawah pasar dunia (2 % di bawah LIBOR : London Interbank Rate) atau kurang dari 50 % yang berlaku di pasar + masa bebas pembayaran (grace period) dan tenor pinjaman lebih panjang.
B. Tidak mengikuti aturan perlindungan lingkungan,tata sosial. dan tata cara pemerintahan (governance) yang ketat yang diatur OECD. Analisis Dampak Lingkungan tidak diutamakan sehingga banyak kontoversi pada proyek-proyek China.
C. Tidak mengikuti aturan OECD soal Transparansi yang melarang suap menyuap dan kewajiban memberikan intormasi mengenai ketentuan dan kondisi kontrak ke pihak amggota lain seperti negara anggota OECD.
D. Kebijakan “Tidak Mencampuri” (Non-interference) China yang tidak mempersoalkan ,pelanggaran2 hak-hak asasi, pemerintahan .otoriter ,represif oleh negara-negara penerima kredit sehingga pinjaman China, sering disebut menjadi sumber kehidupan bagi pemerintahan represif, otoriter (lifeline for repressive & authoritarian government).
Banyak proyek China di bebagai negara yang kontoversial akibat kebijakan kredit China itu baik dari segi lingkungan hidup, korupsi dan pelangaran hak asasi negara debitur. Di Indonesia sebaiknya KPK, BPK dan instansi-instansi terkait lain sering memeriksa proyek yang menggunakan pinjaman China. Terutama terkait suap-menyuap dan terkait pelanggaran lingkungan hidup dsb.
Sumber Info: Hasil Studi Dr Isabelle Massa, Overseas Development Institute, UK” Export Finance Activities by Chinese Government”, dan sumber-sumber lain terkait kredit China.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com