Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)
Prediksi Global Future Institute agar kita mewaspadai kemungkinan memanasnya Proxy War antara Amerika Serikat dan Cina di Asia Tenggara, sepertinya semakin beralasan.
Senator Amerika Serikat (AS) John McCain yang didampingi oleh rekan-rekannya mengadakan lawatan ke Filipina dan mendiskusikan masalah Laut Cina Selatan. McCain pun menegaskan, AS akan tetap bekerja sama dalam bidang militer dengan Filipina.
McCain mengatakan, AS akan selalu bekerja sama dengan Asean untuk menciptakan kebebasan berlayar di Laut Cina Selatan. Oleh karena itulah, penting bagi AS dan Filipina untuk terus bekerja sama.
Tentu saja pernyataan provokatif McCain tersebut dilatarbelakangi dengan semakin gencarnya manuver militer Cina di Laut Cina Selatan.
Menurut salah seorang rekan McCain, Joseph Lieberman, Laut Cina Selatan adalah rute perdagangan Asia, oleh karena itulah wilayah tersebut harus diamankan. Dan ini berarti, AS akan mendorong Filipina agar semakin meningkatkan postur militernya secara lebih agresif di kawasan Asia Tenggara, utamanya di sekitar Laut Cina Selatan.
“Kami tidak bisa membiarkan satu negara seperti Cina melakukan pengendalian yang melampaui batas terhadap perairan itu,” ujar Lieberman, seperti dikutip Arutz Sheva, Rabu (18/1/2012).
“Seseorang bahkan mengatakan, salah satu cara untuk menciptakan perdamaian adalah bersiap untuk berperang. Hal itu berarti, kita harus tetap kuat dalam menghadapi ancaman,” tambahnya.
Nah, semakin jelas saja dan terang benderang kan, bahwa Amerika memang akan semakin kuat mendorong Filipina untuk memancing aksi militer Cina di Laut Cina Selatan.
Jika kekhawatiran ini semakin mendekati kenyataan, maka bukan tidak mungkin Proxy War sebagai perang perpanjangan tangan Amerika dan Cina-Rusia yang sekarang ini memanas di Suriah, akan digeser ke kawasan Asia Tenggara. Situasi semakin jadi runyam manakala Cina pun akan terpancing untuk meningkatkan eskalasi militernya di Laut Cina Selatan.
Memang sejauh ini AS tidak akan memperbaharui basis militernya yang ada di Filipina, karena basis militer itu sudah ditutup pada awal 1990.
Namun jika situasi semakin memanas menyusul menegangnya Cina dan Filipina, maka AS akan bisa memaksakan Filipina untuk memperbaharui kerja sama militer dengan Filipina dalam hal latihan militer dan juga penjualan kapal-kapal perang AS ke Filipina. Termasuk kemungkinan kembali membuka pangkalan militernya di Subic dan Clark. Atau di tempat lain di kawasan Filipina.
Dan Amerika, meski baru dari mulut John McCain dan Joseph Liberman, nampaknya Amerika sudah memberi isyarat untuk kembali masuk ke kancah Asia Tenggara, dengan dalih untuk mengimbangi Cina.
“Kami tidak ingin klaim Laut Cina Selatan berakhir dengan intimidasi atau peperangan. Kami hanya ingin memastikan kemampuan kami untuk membantu penyelesaian sengketa ini lewat dialog multilateral dan hukum internasional,” begitu kata Liberman.
Cina dan Filipina merupakan dua negara yang selalu aktif berseteru dalam sengketa Laut Cina Selatan. Filipina hingga saat ini menilai Cina sangat agresif dalam aktivitasnya di Laut Cina Selatan.