Indonesia dan ASEAN Berpeluang Menjadi the Leading Power Penyelesaian Konflik di Semenanjung Korea

Bagikan artikel ini

Teguh Santosa, Sekretaris Jenderal Himpunan Persahabatan Indonesia-Korea, dalam Seminar Terbatas Bertema Membaca Kebijakan Luar Negeri AS terhadap Korea Utara dan Dampaknya  Bagi Indonesia

  1. Kalau di era Perang Dingin konflik di Semenanjung Korea merupakan refleksi dari pertarungan global antara AS versus Uni Soviet. Maka saat ini merupakan bagian tak terpisahkan dari konflik baru antara AS yang ingin mempertahankan hegemoni di kawasan ini, dengan Cina yang berusaha tampil sebagai kekuatan baru yang mencoba menantang hegemoni AS di kawasan ini.
  2. Maka manuver militer AS dan Korea Selatan, termasuk latihan militer bersama kedua negara, dipandang Korea Utara sebagai ancaman yang nyata bagi Korea Utara.
  3. Dengan demikian, beberapa kali uji coba rudal yang dilakukan oleh Korea Utara, pada hakekatnya merupakan respons atas latihan gabungan militer AS dan Korea Selatan. Sehingga Korea Utara merasa perlu mempertahankan diri untuk melindungi kedaulatan nasionalnya. Dengan demikian, Korea Utara hanya akan menggunakan sistem persenjataannya untuk membela diri dan membalas serangan pihak lain.
  4. Dengan kata lain, kehadiran militer AS lah yang justru memicu ketegangan di kawasan Semenanjung Korea.
  5. Merujuk pada pandangan dan opini dari beberapa kalangan di Korea Utara, dapat disimpulkan bahwa Korea Utara sama sekali tidak bermaksud untuk menyerang Korea Selatan. Tujuannya adalah sekadar mempertahankan kedaulatan nasionalnya dari serangan yang mungkin dilancarkan oleh AS ke Korea Utara.
  6. Cara terbaik untuk mengakhiri ketegangan di Semenanjung Korea adalah dengan tidak menyerang Korea Utara. Dan menghentikan provokasi termasuk yang bersifat verbal. Kemudian mengakhiri perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani di akhir Perang Korea pada 1953. Dan mengubahnya menjadi menjadi perjanjian damai.
  7. Terkait dengan solusi penyelesaian konflik di Semenanjung Korea. Pembicaraan denuklirasasi dan perdamaian di Semenanjung Korea yang hanya melibatkan enam negara, yakni AS, Cina, Rusia, Jepang, Korsel dan Korut, tidak akan efektif mengingat semuanya memiliki kepentingan langsung di kawasan itu. Karena itu diperlukan negara baru yang terlibat aktif, dan Indonesia berpeluang besar.
  8. Adapun penyelesaian Krisis Korea melalui forum regional Asia Tenggara ASEAN. Bila mampu meramu kreatifitas dalam merancang kebijakan luar negeri maka Indonesia dan ASEAN memiliki peluang tidak saja mampu tampil sebagai Middle Power, melainkan menjadi The Leading Power.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com