Dalam kunjugan Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia, Dito Ariotejo, ke Rusia pada 21 Februari 2024, telah berlangsung pertemuan antara Menteri Olahraga Rusia, Oleg Matytsin di Kazan, Rusia. Pertemuan kedua menteri olahraga telah membangun suatu fondasi yang cukup kuat untuk kerja sama bilateral RI-Rusia kini dan mendatang. Dan uniknya, pondasi kerja sama bilateral kedua negara tersebut justru dirajut lewat bidang diplomasi olahraga.
Upaya meningkatkan kerja sama bilateral antar negara lewat diplomasi olahraga, rasanya bukan suatu harapan yang terlalu berlebihan atau mengada-ada. Sejarah membuktikan lewat olahraga hubungan baik antarnegara bisa semakin erat dan solid. Ketika hubungan bilateral Amerika Serikat-Republik Rakyat Cina sangat memburuk antara 1949-1972, kedua negara adikuasa tersebut mengadakan diplomasi tenis meja. Sehingga pada 1972, Presiden Nixon dan Pemimpin Partai Komunis Cina Mao Zhe Dong, menandatangani perjanjian Shangai atau Shanghai Agreement.
Sepertinya, melalui diplomasi olahraga ini pula hubungan yang semakin erat dan saling pengertian antara Indonesia dan Rusia ini pula, akan menjadi suatu langkah terobosan yang cukup strategis. Setidaknya ada dua momen penting yang perlu disorot dalam kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotejo ke Rusia pada Februari lalu.
Pertama, ketika dalam kunjungan tersebut Menteri Olahraga Oleg Matytsin secara resmu mengundang Indonesia untuk ikut serta dalam BRICS Sports Games 2024 yang akan diselenggarakan di Rusia pada Juni 2024 mendatang. Seturut dengan itu Menteri Pemuda dan Olahraga Ariotejo menyambut baik undangan Rusia tersebut.
Bagi Indonesia, olimpiade yang diberi nama BRICS Sports Games 2024 tersebut memang unik. Pertama, olimpiade berskala internasional tersebut bebas dari politisasi negara-negara besar seperti AS dan Barat yang selalu menetapkan kriteria-kriteria politis seperti isu demokrasi dan hak-hak asasi manusia. Misalnya mengenakan sanksi atau boikot terhadap negara-negara yang dipandang AS dan Barat merugikan kepentingan global mereka. Seperti menerapkan sanksi boikot terhadap Rusia karena dituding telah melakukan aksi militer terhadap Ukraina yang sebenarnya di balik Ukraina ada dukungan militer baik berupa pasokan senjata maupun bantuan dana.
Baca juga: Menpora Dito Ajak Indonesia Ambil Bagian dalam BRICS Sports Games 2024 di Rusia
Begitu pula terhadap Cina, atas pengaruh dan arahan dari AS maupun Barat, panitia Olimpiade kerap mengenakan sanksi boikot melarang pemerintah Cina mengirim para olahragawannya ikut serta dalam olimpiade dengan dalih telah melakukan pelanggaran HAM di dalam negeri.
Dengan begitu, BRICS Sports Games pada perkembangannya jika bisa berjalan secara berkesinambungan dan kontinyu, kiranya dapat menjadi olimpiade alternatif yang bebas dari pengaruh politik terhadap olahraga. Olaraga dan politik tidak bersinggungan dan terpisah satu sama lain.
Kedua, Menteri Pemuda dan Olahraga Ariotejo juga berkesempatan menghadiri pembukaan Games of the Future di Rusia. Bagi Dito Ariotejo maupun delegasi pemerintah Indonesia, kiranya ini juga suatu even yang cukup menginspirasi. Games of the Future sejatinya mengangkat konsep phygital, yaitu kombinasi antara olahrga fisik dan digital. Dan Menpora Ariotejo sepertinya dengan cepat mampu menangkap intisari gagasan Games of the Future itu. Bahwa Games of the Future bukan saja tentang inovasi melainkan juga mengandung gagasan untuk mengakomodasi keinginan keinginan berbagai kalangan masyarakat untuk memadukan olahraga fisik dan digital.
Baca juga:
BRICS GAMES Juni 2024, Pilot Project Terciptanya Independensi Olah Raga Dari Campur-Tangan Politik
Penegasan Menpora Dito Ariotejo bahwa Indonesia ke depan tidak hanya fokus pada peningkatan prestasi atletik tetapi juga siap mengikuti perkembangan tren global dalam olahrga. Dan Indonesia juga berkomitmen untuk secara proaktif terlibat dalam inovasi dan perkembangan olahraga berskala internasional. Bahkan bukan itu saja. Pun juga, mempertunjukkan kesiapan untuk terlibat secara aktif dalam era baru olahraga yang semakin terhubung dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dari waktu ke waktu.
Terkait kunjungan Menpora Ariotejo ke Rusia, bagi para pejabat tinggi Republik Federasi Rusia, sepertinya merupakan momen yang cukup istimewa meski hanya di lingkup diplomasi olahraga. Betapa tidak. Dalam pertemuan antara menteri olahraga Dito Ariotejo dan menteri olahraga Rusia Oleg Matytsin, ternyata juga turut hadir Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Chernyshenko, juga turut mendampingi Ariotejo, Duta Besar RI untuk Rusia, Jose Tavares, dan Tenaga Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga, Hamdan Hamedan.
Maka sangat logis jika berkembang harapan bahwa pertemuan Ariotejo-Matytsin bukan sekadar momentum untuk membahas kerja sama di bidang olahrga, melainkan juga menjadi fondasi untuk membangun kerja sama strategis dan saling menguntungkan antara Indonesia dan Rusia.
Dengan begitu, melalui diplomasi olahrga, pada perkembangannya menjadi sarana yang efektif bukan saja untuk memper-erat hubungan bilateral Indonesia-Rusia, tapi juga membuka peluang kerja sama di berbagai sektor lainnya seperti ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun sosial-budaya.
Hal itu juga sejalan dengan BRICS yang sejak didirikan pada 2009 lalu, merupakan blok kerja sama ekonomi dan perdagangan yang semula dirintis oleh Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan. Dan sekarang keanggotaannya sudah bertamba dengan bergabungnya Mesir, Iran, Arab Saudi, Etiopoa dan Uni Emirat Arab. Maka keikutsertaan Indonesia dalam BRICS Sports Games 2024 tidak saja membawa manfaat dalam bidang olahraga semata. Bahkan diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk memperluas jejaring diplomasi di pelbagai forum internasional.
Hendrajit, Pengkaji geopolitik, Global Future Institute (GFI)