BRICS GAMES Juni 2024, Pilot Project Terciptanya Independensi Olah Raga Dari Campur-Tangan Politik

Bagikan artikel ini

Pada Juni 2024 mendatang, negara-negara yang tergabung dalam forum kerja sama ekonomi dan perdagangan, akan meluaskan lingkup kerja samanya ke bidang yang sama sekali tidak beraroma politik. Yaitu Olah Raga. Kementerian Olah Raga Rusia menyatakan bahwa BRICS GAMES akan diselenggarakan pada Juni tahun depan. Jadi selang sebulan sebelum berlangsungnya Olimpiade yang akan diselenggarakan di Paris, Prancis.

BRICS GAMES yang akan diselenggarakan di salah satu kota di Rusia, Kazan, sebagai tuan rumah, diharapkan akan ikut serta negara-negara motor utama BRICS yaitu Brazil, Rusia, China, India dan Afrika Selatan. Menurut rencana 22 cabang olah raga akan dipertandingkan di 12 tempat yang berlokasi di Kazan. Juga diharapkan akan diikuti oleh sekitar 5000 olahragawan dari pelbagai negara.

Baca:

Russia to hold BRICS Games one month before Paris 2024

Menurut keterangan Menteri Olah Raga Rusia Oleg Matytsin menyusul pertemuannya dengan beberapa negara anggota BRICS di Afrika Selatan pada KTT Agustus lalu, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang saat ini, BRICS telah mampu berperan dalam memecahkan beberapa isu global semakin tumbuh-berkembang. Selain itu BRICS telah menjadi role model atau percontohan yang berhasil dari kerja sama internasional yang berbasis multi-lateralisme atas dasar saling menghormati antar satu negara dengan negara lainnya.

 

 

 

BRICS yang semula merupakan  blok kerja sama ekonomi-perdagangan, saat ini bergabung enam anggota baru. Keenam anggota baru itu adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Iran, Argentina, dan Etiopia.

Maka itu diselenggarakannya BRICS GAMES pada Juni 2024 mendatang merupakan momen yang tepat di tengah ketegangan internasional yang semakin memanas akhir-akhir ini antara AS dan Uni Eropa versus China di kawasan Asia Pasifik, kiranya bisa menciptakan suasana baru yang menyegarkan mengingat BRICS GAMES didasarkan gagasan untuk menciptakan olah raga yang bebas dari campur tangan politik.

Apalagi terbetik kabar bahwa pada Olimpiade di Paris sebulan setelah diadakannya BRICS GAMES, Rusia akan ditolak ikut serta dalam Olimpiade di Paris.

Jika BRICS GAMES mampu menjadikan ajang olah raga berskala internasional tersebut sebagai pilot project terciptanya independensi Olah Raga dari campur tangan dan pengaruh politik, pernyataan menteri Olah Raga Rusia bahwa saat ini BRICS telah berhasil memainkan peran dalam memecahkan berbagai isu global kiranya bukan hanya omong kosong belaka.

 

 

Berarti jika benar Olimpiade Prancis akan menolak Rusia ikut serta, berarti Olimpiade Paris telah mencampur-adukkan olah raga dan politik. Atau yang lebih buruk lagi, ketika International Olympic Committee (IOC) kemudian menjadi alat politik untuk menentukan negara-negara mana saja yang boleh ikut serta dan tidak boleh ikut serta dalam Olympic Games.

Maka itu harus ada ketentuan tegas bahwa Olah Raga dan Politik harus merupakan dua hal yang terpisah dan tidak boleh dicampur-baurkan. Berarti Olah Raga harus berada di luar politik.

Dengan demikian, Indonesia meskipun tahun ini batal bergabung ke dalam BRICS padahal semula sempat masuk di deretan negara-negara calon anggota baru, harus ikut serta agar semakin meningkatkan kewibawaannya di bidang olah raga seraya berkesempatan memperluas pengalaman dan relasinya dengan negara-negara lintas kawasan melalui arena olah raga.

Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute.

 

 

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com