Membaca Skenario Perang Dunia III

Bagikan artikel ini

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute (GFI)

“The World Commanders’ Areas of Responsibility” mendefinisikan rancangan militer global Pentagon, yang merupakan salah satu dari agenda penaklukan Dunia. Penyebaran militer ini terjadi di beberapa wilayah secara bersamaan di bawah koordinasi Komando AS regional, yang melibatkan penimbunan sistem senjata buatan AS oleh pasukan AS dan negara-negara mitra, beberapa di antaranya adalah bekas musuh, termasuk Vietnam dan Jepang.

Konteks saat ini ditandai oleh pembangunan militer global yang dikendalikan oleh satu negara adidaya dunia, dengan memanfaatkan sekutu-sekutunya untuk memicu perang regional.

Sebaliknya, Perang Dunia II merupakan gabungan dari perang regional yang terpisah. Mengingat teknologi komunikasi dan sistem persenjataan pada tahun 1940an–berbeda jauh dengan perkembangannya yang terjadi saat ini–di mana tidak ada koordinasi strategis “real time” dalam tindakan militer di antara wilayah geografis yang luas.

Sekali lagi, peperangan global lebih didasarkan pada pengerahan kekuatan militer tunggal yang terkoordinasi, dengan mengawasi sepak terjang sekutu dan mitranya.

Kecuali Hiroshima dan Nagasaki, Perang Dunia II ditandai dengan penggunaan senjata konvensional. Perencanaan perang global bergantung pada militerisasi angkasa luar. Jika perang ditujukan terhadap Iran, tentunya bukan hanya senjata nuklir yang digunakan, namun juga keseluruhan sistem senjata canggih, termasuk senjata elektrometrik dan teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) juga digunakan.

Iran Menjadi Sasaran Pendahuluan

Tujuan strategis jangka menengah dari perang global adalah menargetkan Iran dan menetralisir sekutu-sekutunya melalui diplomasi senjata api. Adapun tujuan militer jangka panjang adalah langsung menargetkan Cina dan Rusia, yang selama ini dikenal lebih memihak Iran dari segala tekanan AS dan sekutu-sekutunya.

Patut dicermati bahwa saat ini Iran memang menjadi target langsung pemerintahan presiden AS Donald Trump dan menjadi agenda militer global. Hal ini ditandai dengan ditempatkannya pasukan AS yang bukan hanya terkonsentrasi di Timur Tengah dan Asia Tengah.

Pengerahan pasukan koalisi dan sistem persenjataan canggih oleh AS, NATO dan mitranya terjadi bersamaan hampir di semua wilayah utama di Dunia.

Maka, seperti dalam salah satu simpulan dari seminar terbatas GFI belum lama ini, sepak terjang militer AS di lepas pantai Korea Utara termasuk adanya perang di kawasan memang sepertinya menjadi bagian dari desain global itu.

Simpulan GFI itu sangat beralasan, mengingat dalam mengimbangi pengaruh dan kekuatan Rusia dan Cina di kawasan misalnya, AS, NATO, termasuk adanya latihan militer sekutu atau latihan perang, penyebaran senjata, dan lain-lain dilakukan secara bersamaan di lokasi yang selama ini menjadi hotspot geopolitik utama.

Sebut saja misalnya bahwa apa yang terjadi di Semenanjung Korea, Laut Jepang, Selat Taiwan, Laut Cina Selatan sangat mengganggu kepentingan Cina. Begitu juga dengan penyebaran rudal Patriot di Polandia, pusat peringatan dini di republik Ceko, termasuk penyebaran angkatan laut di Bulgaria dan Rumania di Laut Hitam yang berpotensi mengancam Rusia. Belum lagi penyebaran pasukan AS dan NATO di Georgia dan penempatan angkatan laut yang tangguh di Teluk Persia termasuk kapal selam Israel yang sengaja diarahkan untuk menyerang Iran.

Pada saat bersamaan apa yang terjadi di Mediterania Timur, Laut Hitam, Karibia, Amerika Tengah dan wilayah Andean di Amerika Selatan adalah wilayah militerisasi yang saat ini sedang berlangsung. Adapun, di Amerika Latin dan Karibia, ancaman diarahkan terhadap Venezuela dan Kuba.

Dari gambaran di atas, maka bukan isapan jempol kalau skenario Perang Dunia III bakal terjadi suatu saat nanti. Lihat saja misalnya bagaimana AS melakukaan transfer senjata berskala besar di bawah bendera “bantuan militer” AS ke negara-negara tertentu, termasuk kesepakatan senjata 5 miliar USD dengan India agar mampu membangun kemampuan militernya untuk menghadapi Cina. (Global Times, 13 Juli 2010).

AS juga memiliki perjanjian kerjasama militer dengan sejumlah negara Asia Tenggara yang melibatkan “bantuan militer” serta partisipasi dalam latihan perang yang dipimpin A.S di Pacific Rim (Juli-Agustus 2010). (Global Research, 16 Juli 2010).

Demikian pula dengan rencana serangan terhadap Iran, AS mempersenjatai negara-negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan rudal pencegat darat, Patriot Advanced Capability-3 dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) serta pencegat rudal Missile-3 berbasis laut yang dipasang di kapal perang kelas Aegis di Teluk Persia. (Global Research, 10 Februari 2010).

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com