Virus Corona: Pandangan Sekitar Senjata Biologi atau Bukan

Bagikan artikel ini

Polemik seputar virus flu sebagai senjata biologi atau bukan, sebenarnya sederhana saja karena berkait pada tujuan. Diketahui protein yang terkandung pada gen tertentu adalah kode yang diperlukan semua virus flu untuk menginfeksi inang. Kekurangan protein tertentu pada gen akan menyebabkan mereka tidak akan terkena terinfeksi flu. Artinya ada rekayasa tertentu yang dilakukan agar virus flu mampu bekerja lebih efisien dan efektif untuk menginfeksi inang. Termasuk juga di dalamnya mengurangkan atau menambah hambatan penetrasi virus flu.

Bila dimaksudkan untuk menyebabkan virus tidak bekerja baik, maka dilakukan rekayasa terhadap gen yang menghasilkan DNA yang kebal thd virus. Atau melemahkan unsur unsur tertentu pembentuk genetika virus yang akhirnya dikenal dengan nama vaksin

Sebaliknya bila dimaksudkan untuk menyebabkan virus bekerja dengan baik maka diakukan rekayasa genetika pada virus agar kekurangan protein tertentu tidak menghambat lajunya kehidupan virus untuk menginfeksi inangnya.

Kata Rekayasa ini adalah kunci. Itulah sebabnya sekarang telah ditemukan rekayasa DNA binatang-binatang seperti ayam, domba dan babi yang kebal terhadap virus flu.

Disisi lain juga ditemukan adanya tingkat kerusakan yang jauh lebih parah disebabkan oleh virus flu baru, padahal sebenarnya pada awalnya penyakit flu ini sangat ringan.

Pembuktian untuk ini adalah rekayasa atau sekedar mutasi biasa? Mutasi secara alami sebagaimana mahluk hidup lainnya biasanya melalui proses evolusi, dan ini bisa memakan waktu berahun tahun berpuluh tahun bahkan ratusan tahun. Beda halnya bila dengan rekayasa ilmiah.

Adanya usaha tehnik-tehnik rekayasa yang dilakukan manusia inilah yang menjadi kunci berkait pada tujuan. Dan tidak ada yang salah pada rekayasa yang dilakukan melalui tehnik-teknik rekayasa genetika, baik genetika inang maupun genetika virus, yang dilakukan para peneliti.

Yang perlu dianalisa lebih jauh adalah kebijakan lembaga di luar yang dilakukan peneliti atau lembaga peneliti itu sendiri, apakah berpotensi dan memang sengaja digunakan sebagai senjata biologi atau tidak. Pertanyaannya kemudian apakah Cina punya lembaga pengembangan senjata biologi atau tidak? Bila ya, maka apakah tidak ada kemungkinan pengembangan strain virus baru ini adalah juga untuk senjata?

Dan yang terpenting, karena hingga kini belum ada vaksinnya dan penularannya sangat cepat termasuk pada masa inkubasinya yang 14 hari, maka Indonesia harus ambil langkah blokade pergerakan orang-orang dari Cina. Tidak cukup hanya sekedar menempatkan identifikasi thermal pada setiap bandara, tak ada gunanya. Mengapa? Karena dalam masa inkbuasi 14 hari ini tidak akan ada tanda-tanda orang terkena coronavirus sama sekali.

Kebijakan seperti Korea Utara itulah yang paling tepat. Jangan sampai sudah virus yang dibawa orang-orang Cina Tiongkok masuk dulu baru sibuk menangani dari dalam. Alangkah bijaknya bila tidak korbankan rakyat Indonesia. Biayanya jauh lebih mahal. Sekian.

Adi Ketu, Pengiat Sosial Media

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com