Ukraina Hanya Mempolitisasi Islam Untuk Galang Dukungan Politik dan Dana Dari Negara-Negara Muslim

Bagikan artikel ini

Saat kita menyorot konflik Rusia versus Ukraina, keberadaan suku Tatar Muslim sepertinya luput dari telaah mendalam kalangan jurnalis maupun ilmuwan. Padahal Suku Tatar Krimea merupakan penduduk asli yang bermukim di Krimea tersebut, berlokasi di Ukraina Timur.

Sewaktu Tatar Muslim Krimea ini masih bergabung dalam wilayah kedaulatan Ukraina, dan belum bergabung kembali ke dalam Republik Federasi Rusia Pasca Referendum 2014 lalu, pemerintah Ukraina sama sekali tidak punya itikad baik untuk memenuhi aspirasi warga Tatar Muslim terkait dengan identitas budaya dan jatidiri yang melekat pada suku Tatar Muslim tersebut, tetap melestarikan penggunaan bahasa Tatar. Justru pada saat bergabung dengan Republik Federasi Rusia, Bahasa Krimea Tatar dijadikan bahasa resmi di Krimea Timur.

Sebagai Suku Tatar Muslim Krimea, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang berasal dari cabang Kipchak atau singkatnya masih dekat dengan bahasa Turki. Adapun mayoritas penduduknya beragama Islam.

Mengapa saya katakan pemerintah Ukraina tidak peduli dengan aspirasi sosial-budaya Suku Tatar Muslim Krimea? Berdasarkan penelisikan pustaka, Tatar Krimea sebenarnya sudah lama berjuang untuk mencapai status formal sebagai masyarakat adat. Memang awalnya parlemen Ukraina mengadopsi resolusi yang menetapkan Tatar Krimea sebagai masyarakat adat.

Namun pemerintah Ukraina tidak pernah memberlakukan undang-undang nasional mengenai masyarakat adat hingga Tatar Muslim Krimea akhirnya bergabung dengan Rusia Pasca Referendum 2014 sebagaimana dijanjikan semula. Bahkan sebagai Rancangan Undang-Undang yang mengakui yang mengakui sejumlah besar masyarakat Krimea seperti Karaiete Krimea maupun Krymchaks sebagai masyarakat adat, pemerintah Ukraina pun juga ingkar janji. Sehingga Rancangan Undang-Undang tersebut pun akhirnya gagal diadopsi jadi Undang-Undang oleh Parlemen Ukraina pada Juni 2015 lalu.

Maka dari situ dapat kita simpulkan bahwa Ukraina hanya berniat untuk membentuk Negara Mono-Nasional, dan sama sekali tidak mau membentuk Negara Ukraina berbasis multi-etnik atau ragam suku. Sehingga suku-suku lainnya secara sengaja diabaikan.

Baca: Tatar Krimea di Ukraina

Sebaliknya, ketika Ukraina menyusun pasukan militer yang cukup kuat dan ganas untuk menghadapi pasukan militer Rusia, pemerintah Ukraina malah mengerahkan personil-personil militer dari Suku Tatar Krimea di gari depan, sebagai tumbal bagi pasukan militer Ukraina.

Dalam kaitannya dengan penduduk Tatar Muslim Krimea yang mayoritas beragama Islam yang semula terintegrasi dengan kedaulatan pemerintah Ukraina, pemerintah Ukraina pada kenyataannya hanya bermaksud mempolitisasi kesamaan agama Suku Tatar Krimea yang beragama Islam untuk mendapatkan dukungan politik dari negara-negara berpenduduk Muslim seperti Indonesia maupun negara-negara Muslim dari kawasan Asia, Afrika, dan Timur-Tengah. Untuk memperoleh dukungan internasional membatalkan Referendum bergabungnya kembali Ukraina Timur yang mana Suku Tatar Muslim Krimea bermukim.

Baca: Dubes Ukraina Berharap Indonesia Peduli Nasib Muslim Tatar Krimea

Namun seperti saya kemukakan tadi, Islam hanya dijadikan isu politik oleh pemerintah Ukraina untuk menggalang dukungan dan simpati negara-negara berpenduduk Muslim, yang mana tujuan sesungguhnya adalah mendorong aksi-aksi separatisme Suku Tatar Muslim Krimea yang bermukim di wilayah Ukraina Timur, bergabung kembali dengan Ukraina dan melepaskan diri dari Rusia.

Tapi anehnya ketika pemerintah Ukraina berupaya mempolitisasi Islam untuk menggalang dukungan dan simpati negara-negara berpenduduk Muslim, Majelis Tatar Krimea yang dibentuk dan dibina oleh aparat-aparat birokrasi pemerintahan Ukraina, dalam menyikapi kasus serangan Israel ke Gaza, malah mendukung aksi militer Israel. Sehingga ini merupakan penghianatan terhadap Perjuangan Rakyat Palestina. Sebab  semua negara berpenduduk Muslim di seluruh dunia mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Dengan demikian sikap double standard pemerintah Ukraina tersebut bukan didasaari kesungguhan dan ketulusan dalam membela Islam dan mendukung status Suku Tatar Krimea sebagai masyarakat adat. Melainkan semata-mata mengangkat isu agama untuk menarik dukungan negara-negara Muslim yang sampai saat ini dipandang bersikap netral dalam menyikapi Konflik Rusia-Ukraina.

Alhasil, di balik manuver pemerintah Ukraina mempolitisasi kesamaan agama terhadap negara-negara Muslim, termasuk Indonesia, nampaknya selain untuk memperoleh dukungan politik negara-negara berpenduduk Muslim di pelbagai kawasan, juga untuk mendapatkan bantuan dana, seperti yang diperlihatkan di Jakarta, ketika berbagai elemen dari Ukraina yang berkunjun ke Jakarta,  telah mengajak umat Islam Indonesia memberikan bantuan dana.

Dubes Ukraina Berharap Indonesia Peduli Nasib Muslim Tatar Krimea

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin saat menyampaikan pidatonya di Umaniara De Brawijaya, Jakarta Selatan, pada Kamis (5/10)/RMOLBegitulah. Dengan mencermati sikap pemerintah Ukraina maupun Majelis Tatar Muslim Krimea yang mendukung dan membenarkan aksi militer Israel di Gaza, berarti dukungan Ukraina pada Islam dan nasib Suku Tatar Muslim Krimea, sebenarnya hanya retorika dan slogan saja. Karena tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

Manuver diplomatik pemerintah Ukraina dengan mempolitisasi Islam dalam rangka menggalang dukungan dan simpati dari negara-negara berpenduduk Muslim, termasuk menggalang bantuan dana dari Umat Islam di negara-negara Muslim, nampaknya dimaksudkan untuk menggalang dukungan dana dari Global South atau negara-negara berkembang.

Ukraina nampaknya mulai menyadari akan kalah dalam perang melawan Rusia, sehingga pihak AS maupun Barat mulai tidak tertarik lagi untuk memberi bantuan militer maupun bantuan dana.

Salah satu negara berkembang dari Amerika Latin, Ekuador, semula tertarik akan membantu Ukraina, namun belakangan karena khawatir Rusia akan menghentikan ekspor pisang ke negeri tersebut, Ekuador akhirnya batal memberi bantuan pada Ukraina.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com