Perilaku Unilateral AS Dorong Uni Eropa Jalin Hubungan Lebih Erat dengan Rusia, Cina dan Iran

Bagikan artikel ini

Rangkuman artikel Finian Cunningham,
di http://www.informationclearinghouse.info/

Rupanya ada tren menarik meski bukan hal substansial, yang ke depan ini bisa mengubah peta politik internasional. Finian Cunningham dalam artikelnya untuk bertajuk:

Selfish US Diktats Could Push Europe to Develop Ties With Russia, China & Iran ,

menyorot sambutan diplomatik yang penuh penghormatan dan keakraban yang diberikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Kanselir Jerman Angela Markel di Sochi, Rusia,  pada Jumat 18 Mei 2018. Dengan mempersembahkan sekuntum bunga mawar.

Setelah menggelar pertemuan, baik Putin maupun Markel kepada wartawan mengatakan perlunya menjalin kerjasama dan dialog untuk memecahkan beberapa isu internasional. Baik menyangkut krisis di Ukraina, Krisis di Suriah maupun soal program nuklir Iran.

Sebaliknya, hanya selang tiga hari sebelum Markel berkunjung ke Sochi, Rusia, AS melancarkan pernyataan yang bernada permusuhan dan penghinaan yang dialamatkan kepada para sekutu Eropanya. Utusan khusus AS untuk Ukraina Kurt Volker, berkunjung ke zona konflik yang berada di bawah kendali Ukraina di daerah Donbass Timur, dan menyatakan bahwa dukungan militer AS untuk merebut kembali  Donetsk and Lugansk.

Lebih provokatif lagi, Kurt Volker juga mengatakan bahwa Presiden Trump dan Menteri Pertahanan James Mattis punya sikap yang sama terkait kebijakan AS di Ukraina.

Apa alasan yang mendasari pernyataan agresif Volker memang tidak jelas sampai sekarang. Namun yang pasti, perilaku Volkar sebagai utusan pemerintah AS di Ukraina telah menggambarkan secara jelas peran dan campur-tangan dalam menciptakan Krisis Ukraina sejak 2014 lalu. Yang mana menyusul tumbangnya Presiden Viktor Yanukovich, kemudian disusul dengan terbentuknya pemerintahan Ukraina yang bertumpu pada sentiment anti Rusia dan mendukung haluan politik fasisme. Sehingga berakibat timbulnya krisis di Ukraina Timur, ketika pemerintahan baru pasca Yanukovich menindas warga masyarakat Donbass yang secara etnik berasal dari Rusia.Sehingga berujung poda referendum yang mana rakyat Crimea memutuskan untuk bergabung dengan Rusia.

Langkah Washington dengan mengirim peralatan militer kepada angkatan bersenjata Ukraina sebulan yang lalu, semakin memperjelas sikap AS yang mengabaikan perjanjian perdamaian Minsk pada 2015 lalu antara Jerman, Prancis dan Rusia. Perjanjian Perdamaian Minsk merupakan perjanjian damai antara para pihak yang berkonflik di Ukraina Timur, dengan menggunakan format model Perjanjian Normandi. Yang dimediasi oleh Jerman, Prancis dan Rusia.

Menariknya, dalam pertemuan Sochi antara Markel dan Putin, kedua kepala pemerintahan tersebut menegaskan pentingnya semua pihak berkomitmen pada kesepakatan Minsk.

Manuver AS melalui Kurt Volker tersebut maupun pengiriman peralatan militer kepada angkatan bersenjata Ukraina untuk membantu kelompok-kelompok yang anti Rusia dalam rangka merebut kembali Crimea Ukraina Timur, maka AS berarti melecehkan Kesepakatan Minsk. Dan berarti juga, melecehkan sekutu-sekutu Eropanya seperti Jerman dan Prancis.

Kebijakan luar negeri AS yang kembali bersifat unilateral dan memaksakan kehendak ala George W Bush pada periode 2000-2008 nampaknya dalam Krisis Ukraina, Krisis Suriah, dan program senjata nuklir Iran. Sepertinya mulai menyadarkan negara-negara Eropa sekutu AS seperti Jerman dan Prancis. Bahwa jika krisis ini berlanjut terus, maka Eropa lah yang bakal dirugikan.

Sehingga Eropa mulai mengkaji ulang pendekatan unilateral AS seperti memaksa sekutu-sekutunya di Eropa untuk mendukung prioritas-prioritas strategis Washington. Terutama agar setuju dengan skema AS-NATO untuk menghadapi Rusia dan Cina. Tanpa memperdulikan kepentingan-kepentingan strategis Eropa khususnya dalam soal pemasokan energi. Setuju mendukung AS-NATO menghadapi Rusia dalam berbagai krisis regional, sama saja dengan menghentikan pasokan gas dari Rusia ke Eropa.

Jerman maupun mitra-mitranya dari Eropa agaknya mulai sadar bahwa menjalin kerjasama strategis dengan Rusia, lebih menguntungkan daripada mengikuti kebijakan agresif AS-NATO.

Ini pula yang sepertinya akan semakin mendorong negara-negara di Eropa Barat untuk menjalin kerjasama yang bersifat normal dengan Rusia, Cina maupun Iran.

Finian Cunningham, banyak menulis artikel mengenai masalah-masalah internasional. Cunningham sudah hampir 20 tahun jadi editor untuk beberapa media massa termasuk The Mirror, Irish Times, dan Independent. 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com