Indonesia Bangga Terhadap OPM Yang Menyerah

Bagikan artikel ini

Satya Dewanggapemerhati masalah Papua dan masalah strategis lainnya. Tinggal di Cikampek, Jawa Barat

Sebanyak 100 mantan  anggota kelompok Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka  (TPN OPM)  yang dahulu ingin memisahkan Papua dari NKRI menyatakan kesetiaannya kepada RI. Pernyatan kesetiaan 100 mantan TPN OPM dari berbagai kelompok seperti di Tingginambut, Yambu, dan Mewuluk itu dinyatakan dengan membaca ikrar kesetiaan yang dibacakan Boni Telenggen seusai upacara peringatan HUT RI ke 71 yang dipimpin Bupati Puncak Jaya Hanock Ibo di Mulia.

Ikrar kesetiaan diantaranya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah RI karena mereka sudah menikmati pembangunan bersama masyarakat lainnya, dan mengajak seluruh saudara yang masih berada dihutan dan berteriak “merdeka” seperti kelompok Tingginambut, Yambi dan Mewuluk turun dan bergabung dengan pemerintah RI.

Para mantan anggota TPN/OPM juga mendesak kelompok-kelompok lainnya unuk berhenti berteriak merdeka karena mereka sudah merdeka 71 tahun bersama Indonesia, sehingga sekarang waktunya bekerja dan anak-anak belajar. Selain mengucapkan ikrar kesetiaan kepada NKRI, para mantan TPM OPM juga membentangkan spanduk bertulis “Saya NKRI” sambil membawa bendera Merah Putih.
Bupati Puncak Jaya Hanock Ibo seusai mendengar pembacaan ikrar kepada wartawan mengatakan, Pemda siap membantu para mantan TPN OPM sesuai kemampuan mereka. Ada beberapa mantan OPM ang kini jadi pengusaha kayu dengan menggunakan mesin pemotong kayu atau chainsaw bantuan pemda. “Mari kita bangun Puncak Jaya bersama sama sehingga masyarakat dapat menikmati hasil pembangunan, ” harap Bupati Hanock Ibo.
Sebelumnya, 10 anggota Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) menyerahkan diri ke Polda Papua. Anak buah Goliat Tabuni mengaku sudah bosan berjuang, tapi minim hasil. “Kami secara ikhlas bergabung menjadi warga Indonesia. Kami sudah bosan berjuang, hasil yang kami capai tidak ada dan kami malah menderita,” kata salah satu anggota OPM, Terinus Enumbi yang merupakan orang kepercayaan Goliat Tabuni. Dia menjabat sebagai komandan peleton.
Selain Terinus, ada juga nama Melodi Wonda yang akan menyerahkan diri. Melodi merupakan komandan penyerangan kelompok Goliat Tabuni. Dibawah ini adalah nama-nama 10 anggota OPM yang menyerahkan diri: Terianus Enumbi (Danton TON/OPM Tingginambut), Yandu Enumbi (anggota), Telak Kogoya  (anggota), Tendison Enumbi (anggota), Paindin Enumbi (anggota), Yalingga Enumbi (anggota), Berengup Enumbi (anggota), Kopinggup Enumbi (anggota), Lend Enumbi (anggota) dan Tendiron Enumbi (anggota).
Pada Maret 2015 lalu, Goliat Tabuni dan 23 pengikutnya juga menyerahkan diri. Goliath Tabuni selama ini dikenal sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN)-Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermarkas di Tingginambut Puncak Jaya, Papua. Dia dilantik menjadi Panglima Tinggi TPN-OPM dengan pangkat jenderal pada tanggal 11 Desember 2012.
Jangan malu untuk menyerah
Langkah yang diambil para anggota TPN/OPM untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi, Indonesia adalah langkah yang patut diapresiasi dan layak diikuti oleh para anggota TPN/OPM lainnya yang masih berpikiran akan mampu memerdekakan Papua dari Indonesia, walaupun hampir dapat dipastikan hal tersebut hanyalah “omong kosong” saja.
Langkah menyerah anggota TPN/OPM patut diapresiasi, karena hal tersebut mencerminkan beberapa hal antara lain : pertama, anggota TPN/OPM yang menyerah menyakini bahwa perjuangan mereka adalah salah dan tidak mungkin  berhasil, apalagi dalam beberapa hari terakhir sudah banyak tokoh adat di Papua yang meminta agar para pengacau keamanan di Papua ditindak tegas bahkan diusir dari Papua.
Kedua, langkah menyerah tersebut adalah langkah yang masuk akal, karena walaupun TPN/OPM melakukan strategi gerilya, namun mereka tetaplah bukan tandingan atau lawan sepadan buat TNI dan Polri.
Ketiga, langkah menyerah tersebut mencerminkan para TPN/OPM menyadari bahwa selama ini mereka hanya menjadi korban dari “para petualang politik” di Papua yang bersifat tidak nasionalis.
Keempat, anggota TPN/OPM semakin menyadari bahwa pembangunan di Papua jauh telah berkembang pesat, sehingga mereka akan merasa rugi akan terus memberontak, namun disisi yang lain masa depan anak dan istrinya tidak jelas atau terlunta-lunta. Oleh karena itu, langkah tersebut menceminkan para TPN/OPM yang menyerah adalah kepala keluarga yang mencintai keluarganya.
Kelima, dengan mereka menyerah, maka anggota TPN/OPM tersebut dapat berpartisipasi mengisi jalannya pembangunan di Papua, apalagi sudah dijanjikan akan dibantu oleh kepala daerahnya.
Keenam, dengan semakin banyaknya anggota TPN/OPM yang menyerah, maka situasi dan kondisi di Papua akan semakin aman sehingga akan menjadi tempat yang menarik untuk menanam investasi, apalagi Papua banyak memiliki potensi yang dapat menggoda investor masuk ke Papua. Dengan investasi masuk, maka terbuka lapangan pekerjaan, sehingga dapat mengurangi pengangguran termasuk mengurangi angka kriminalitas.
Ketujuh, anggota TPN/OPM yang belum menyerah, jangan malu untuk menyerah karena hal tersebut merupakan bukti kecerdasan spiritual dan emosional mereka yang semakin baik dan dewasa, karena menyadari bahwa tindakannya salah, menyadari bahwa mereka hanya ditipu oleh organisasi ilegal dan tidak nasionalis di Papua dan memahami bahwa integrasi Papua ke Indonesia adalah anugerah Tuhan YME.
Oleh karena, seluruh masyarakat Indonesia pantas berbangga terhadap para TPN/OPM yang menyerah tersebut, karena hal itu adalah hadiah terindah bagi kemerdekaan Indonesia. Selamat kembali ke ibu pertiwi.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com