Fusi Informasi Intelijen untuk Memberantas Terorisme

Bagikan artikel ini
Stanislaus Riyanta, Analis keamanan dan terorisme, alumnus program pascasarjana S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, tinggal di Jakarta.
Kerjasama internasional sistematis yang melibatkan banyak pihak diperlukan untuk mencegah dan menangani terorisme. Salah satu kerjasama yang diperlukan adalah adanya kerjasama fusi informasi hasil kegiatan intelijen. Informasi-informasi hasil kegiatan intelijen seperti informasi transaksi keuangan, peta jaringan kelompok radikal, dan data percakapan kelompok radikal menjadi bahan yang sangat penting untuk melakukan pencegahan dan penanganan terorisme.
Kerjasama intelijen internasional tentu akan terbentur pada hambatan sifat intelijen yang rahasia dan dijalankan secara tertutup. Namun dengan komitmen dan kesepakatan yang kuat, seharusnya dapat menjadi penghantar bagi pihak-pihak yang bekerjasama untuk saling percaya dan menghargai kode etik intelijen. Tujuan utama untuk mencegah, menangani, dan memberantas terorisme harus diletakkan pada kepentingan tertinggi dibanding kepentingan sektoral lainnya.
Dalam kegiatan Konferensi Internasional Antiterorisme di Bali (8-11 Agustus 2016), menjadi arah yang baik menuju kerjasama intelijen international yang lebih sistematis dan produktif guna memberantas terorisme. Rusia sebagai salah satu peserta menghimbau agar negara peserta konferensi ini bergabung dan menggunakan basis data yang dimilik FSB (Badan Keamanan Federal Rusia) untuk penanganan terorisme. Saat ini diketahui bahwa ada  29 negara dan organisasi internasional, termasuk PBB, telah bergabung dalam pusat data milik FSB. Basis data terkait terorisme yang dimiliki FSB terdiri dari data-data pelaku bom bunuh diri dan gerakan kelompoknya.
Fusi informasi terkait terorisme bisa juga diwujudkan oleh lembaga internasional yang netral sesuai kesepakatan negara peserta. Dengan lembaga netral yang tidak merujuk ke negara tertentu akan meningkatkan kepercayaan negara-negara peserta untuk bergabung dan menggunakan informasi terkait terorisme tersebut. Lembaga internasional seperti PBB sangat tepat untuk menginisiasi sebuah fusi informasi terkait terorisme tersebut.
Kerjasama intelijen internasional terutama dalam fusi informasi akan membuat langkah pencegahan dan penanganan lebih efektif. Aktivitas kelompok radikal pelaku teror di sebuah negara adalah data yang sangat penting bagi negara lain mengingat jaringan terorisme bersifat global dan lintas negara. Beberapa informasi penting yang perlu dijadikan satu (fusi informasi) untuk menjadi data bersama banyak negara untuk penanganan terorisme adalah sebagai berikut:
Transaksi Keuangan
Metode follow the money sangat efektif untuk mengurai suatu tindak kejahatan, termasuk terorisme. Arah aliran uang menunjukkan pelaku dan arah kegiatan. Uang adalah modal utama bagi kelompok terorisme untuk melakukan aksinya. Lembaga yang mempunyai kewenangan dan kompetensi untuk mengetahui transaksi keuangan di Indonesia adalah PPATK. Atas dasar hal tersebut maka peran PPATK sangat vital dalam mencegah terorisme, terutama untuk mengetahui arah transaksi uang.
Data PPATK menyebutkan ada aliran dana dari luar negeri sebelum terjadi aksi teror di Indonesia, seperti pada aksi teror Thamrin. Hal ini mengindikasikan bahwa aksi teror di Indonesia dibiayai oleh jaringan lintas negara. Selain itu adanya aliran dana dari negara lain menunjukkan bahwa pelaku teror di Indonesia dikendalikan atau terkait dengan kelompok radikal internasional.
Tanpa adanya uang aksi teror akan sulit dilakukan. Data keuangan dari PPATK sangat efektif untuk pencegahan aksi teror. Adanya kiriman uang menunjukkan akan ada aksi dari kelompok tersebut, termasuk aksi teror. Jika aliran dana yang diduga untuk membiayai aktifitas kelompok radikal bisa ditahan maka aksi teror dapat dicegah. Data transaksi keuangan kelompok radikal jika digabungkan antar negara menjadi sangat bermanfaat bagi pencegahan aksi teror.
Konsekuensi dari fusi informasi transaksi keuangan kelompok teror maka kelompok tersebut akan melakukan pengelabuhan dengan transaksi keuangan secara kontan/manual, dan atau mencari sumber-sumber dana di tingkat lokal untuk menjalankan aksinya seperti melalui perampokan. Tidak menutup kemungkinan adanya modus baru narkoterorisme, yaitu kejahatan pengedaran narkotika untuk membiayai terorisme.
Jaringan Kelompok Radikal
Jaringan kelompok radikal di setiap negara berbeda-beda, bahkan dalam satu negara sering kali terdapat banyak kelompok. Namun gerakan dari kelompok-kelompok tersebut dapat diprediksi dari arah ideologinya. Kelompok-kelompok radikal dari berbagai tempat (negara) akan mudah untuk bersatu jika mempunyai ideologi yang sama. Contoh kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS. Banyak kelompok radikal di berbagai negara yang menyatakan setia dengan ISIS seperti Boko Haram di Negeria, MIT di Indonesia.
Adanya kepentingan persamaan ideologis tersebut menjadi daya pemersatu kelompok-kelompok radikal dari berbagai tempat dan negara. Daya pemersatu tersebut memudahkan kelompok-kelompok tersebut untuk saling bekerjasama. Bentuk kerjasamanya bermacam-macam seperti kerjasama pelatihan, sumber daya manusia, logistik, senjata, keuangan dan lainnya. Jika masing-masing negara mempunyai data terkait kelompok radikal dan disatukan dan diintegrasikan dengan data kelompok radikal dari negara lain, maka akan terpetakan jaringan besar kelompok radikal.
Data Komunikasi
Kelompok radikal dalam menjalankan aktifitasnya berkembang mengikuti kemajuan teknologi. Aplikasi untuk menjalin komunikasi dilakukan dengan bantuan teknologi untuk menembus batas jarak dan waktu. Internet menjadi katalisator kelompok radikal untuk menjalankan aksi teror. Bahkan internet menjadi alat yang efektif untuk perekrutan, propaganda, dan transfer pengetahuan teknis seperti pembuatan bom.
Data-data komunikasi yang dilakukan melalui internet jika bisa disadap dan dkumpulkan akan sangat membantu pemberantasan terorisme. Jika masing-masing negara melakukan penyadapan komunikasi kelompok radikal di masing-masing wilayahnya dan informasi tersebut digabungkan dengan komunikasi yang dilakukan oleh negara lain maka akan terbaca suatu gerakan/aksi global terorisme.
Kesimpulan
Pada akhirnya intelijen tidak bisa bekerja sendirian. Kerjasama antar negara dalam suatu fusi informasi penting untuk dilakukan dalam memberantas terorisme. Aksi-aksi terorisme yang terjadi lintas negara harus diberantas dengan kerjasama lintas negara, termasuk yang paling penting adalah kerjasama intelijen.
Fusi informasi intelijen internasional tentu akan sulit dilakukan jika tidak ada kepercayaan dan manfaat bagi negara persertanya. Untuk mengantisipasi tersebut perlu dibuat lembaga internasional yang menggabungkan dan menangani informasi terkait terorisme. Kepentingan besar untuk melawan aksi terorisme secara global sangat penting diwujudkan, namun menjaga kepercayaan antar negara terkait aktifitas intelijen juga mutlak dilakukan.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com