Afghanistan: Negara Yang Hancur-Lebur Gara-Gara Perdagangan Narkoba (Bagian IV)

Bagikan artikel ini

Peter Dale Scott, mantan diplomat Kanada, dan guru besar Sastra Inggris di Universitas California, Berkeley. Dale Scott juga dikenal sebagai penyair, penulis dan peneliti. Bukunya yang terbaru bertajuk War Cosnpiracy: JFK, 9/11, and Deep Politics of War.

Uang hasil perdagangan narkoba ini, ternyata digunakan untuk mengamankan dunia perbankan Amerika dan Eropa dari hantaman krisis keuangan global. Selain itu, 80 persen hasil keuntungan perdagangan barang haram ini sepenuhnya dimanfaatkan negara-negara pengguna komoditas haram ini.

Perdagangan Narkoba: Buah Dari Campur Tangan Amerika

Sekadar informasi, sejak berakhirnya Perang Dunia II, sudah jadi rahasia umum bahwa para agen CIA telah menggunakan dan mendayagunakan para pedagang narkoba sebagai aset mereka dalam menjalankan berbagai operasi terselubungnya di beberapa negara di berbagai kawasan dunia.

Akibat parah yang ditimbulkan gara-gara CIA menggunakan jaringan pengedar narkoba sekaligus melindungi mereka dari jeratan penegak hukum, bisa dilihat dengan jelas melalui adanya keterkaitan langsung antara meningkatnya  produksi dan arus perdagangan narkoba dengan campur tangan Amerika di suatu negara. Artinya, ketika Amerika melancarkan intervensi ke sebuah negara atau kawasan tertentu, maka ketika itu pula produksi dan arus perdagangan narkoba semakin meningkat.

Begitu juga ketika intervensi Amerika ke sebuah negara atau kawasan menurun, prodoksi dan arus perdagangan narkoba pun menurun.

Sebagai misal, begitu Amerika campur tangan di Afghanistan pada 1979 dengan mendukung berbagai kelompok Islam radikal yang melawan Uni Soviet, produksi obat bius (Opium) di Afghanistan pun semakin meningkat secara drastis.

Pola yang sama juga berulang ketika pada 2001 Amerika di bawah kepresidenan Goerge W. Bush memutuskan menyerbu Afghanistan untuk menumpas Kelompok radikal Taliban dan Al-Qaeda. Pada 1999, penanaman opium di negara ini memerlukan lahan sekitar 91.000 hektar. Ini terjadi karena semasa kekuasaan Taliban di Afghanistan, ternyata produksi opium berhasil dikurangi hingga mencapai 8000 di tahun 2001.

Namun pada 2001 bersamaan  dengan serbuan Amerika ke Afghanistan menyusul pemboman gedung WTC dan Pentagon, produksi opium meningkat secara drastis mencapai 165.000 pada 2006. Dan 193.000 pada tahun 2007. Kalaupun pada 2008 mengalami penurunan sehingga hanya mencapai 157.000, itupun lebih dikarenakan over-produksi,sehingga tidak terserap oleh pasar.

Tak seorangpun harus terkejut dengan peningkatan drastis dari produksi dan arus perdagangan narkoba ini. Ketika Amerika melancarkan campur tangannya baik secara militer maupun politis, maka peningkatan produksi dan arus perdagangan narkoba tersebut meningkat drastis.

Mari kita simak beberapa catatan berikut ini. Pada 1950, berkat campur tangan CIA di Birma, negara ini mengalami peningkatan produksi narkoba dari 40 ton pada 1939 menjadi 600 ton pada 1970.

Di Thailand, meningkat dari 7 ton di tahun 1939 menjadi 200 ton pada tahun 1968. Di Laos, hal serupa juga terjadi. Dari 15 ton di tahun 1939 meningkat menjadi 50 ton pada tahun 1973.

Kasus paling dramits terjadi di Kolombia, ketika Amerika Latin, ketika Amerika Campur tangan melalui keterlibatan militer Amerika di negara ini sejak 1980-an, dengan dalih perang memberantas perdagangan narkoba.

Pada konferensi internasional di tahun 1990, saya memprediksi bahwa campur tangan Amerika dengan dalih perang memberantas narkoba ini, justru akan terjadi peningkatan produksi dan arus perdagangan obat narkoba. Bukanna malah semakin berkurang.

Fakta yang muncul kemudian, justru membuat saya terkejut dengan jumlah peningkatannya yang cukup drastis. Produksi kokain meningkat tiga kali lipat antara 1991 dan 1999, yaitu dari 3,8  menjadi 12,3  ribu. Sedangkan dalam penanamn ganja, meningkat drastis dari 13 ribu menjadi 75 ribu hektar.

Karena itu saya berani berkesimpulan, intevensi dan keterlibatan Amerika baik militer ataupun politik pada suatu negara, justru merupakan bagian dari masalah dibandingkan pemecahan masalah.

Sudah menjadi kesepakatan umum di Washington bahwa produksi narkoba merupakan sumber masalah pokok yang harus dihadapi Amerika di Afghanistan saat ini. Bahkan Richard Hallbrooke, utusan khusus Presiden obama ke Pakistan dan Afghanistan, menulis pada 2008 bahwa perdagangan narkoba merupakan akar persoalan yang harus dihadapi Amerika di Afghanistan. Sehingga memberantas dan memutus mata-rantai perdaganan narkoba tersebut merupakan masalah yang cukup esensial. Kalau tidak, maka semua ini akan gagal total.

Ada benarnya juga, karena sebagaimana sejarah membuktikan, perdagangan narkoba ternyata telah mempertahankan kelangsungan hidup berbagai kelompok radikal Islam atau yang dikenal sebagai kelompok Jihad Salafi. Bukan kelompok Jihad Salafi yang mempertahankan kelangsungan hidup perdagangan narkoba.

Masalahnya adalah, kita tidak bisa dan mustahil untuk mengandalkan pemberantasan narkoba kepada pemerintahan Amerika saat ini.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com