Amerika Ayah Angkat Teroris Sedunia

Bagikan artikel ini

Sjamsoeir Arfie, Kontributor The Global Review, wartawan senior

Seorang penggemar Facebook, Wahyu Chandra, menulis di dindingnya bahwa Amerika Serikat itu pentolannya teroris. Saya pun beri komentar, Amerika bersama Israel pernah mengaduk-ngaduk dunia, kata mereka untuk mencari Abu Nidal, pimpinan puncak PFLP (Partai Front Pembebasan Palestina), yang berhaluan kiri, salah satu kelompok dalam PLO  (Organisasi Pembebasan Palestina).

Nyatanya Nidal tidak sembunyi di Kutub melainkan tinggal di jantung USA, New York, dilindungi atau tidak Nidal dapat menikmati hidup di bumi Paman Sam, sebab sama-sama seagama, Kristen.

Saya lalu membentangkan peta dunia di atas meja makan, mengamati kelima benua, lalu bergumam:

“Dalam banyak hal, termasuk membentuk kelompok teroris, Amerika Serikat nampaknya berada di barisan terdepan.”

Selama sekitar 300 tahun pemerintah Inggris berperang melawan gerilyawan, yang oleh London disebut teroris, bernama IRA (Tentara Republik Irlandia). Senjata, dana dan bantuan lain mengalir dari Amerika, tentu bukan atas nama Gedung Putih, sebab Amerika bersahabat dengan Inggris. Warga Amerika sebagiannya merupakan imigran asal Irlandia, termasuk kakek nenek mantan Presiden Ronald Reagan.

Dalam hal ini berlaku perintah pimpinan teratas pada Agen James Bond, seperti yang ada dalam film James Bond 007, “ Anda bertugas atas perintah Negara, tetapi kalau tertangkap atau ketahuan musuh negara tak bertanggung jawab.”

Dari Inggris kita meloncat ke utara benua Asia. Sejak tahun 1978 cengkeraman Uni Sovyet semakin kuat di Afghanistan, hal ini membuat pusing petinggi Gedung Putih. Dana milyaran dollar digelontor lewat pemerintah Pakistan, yang menunjuk badan Intelijen Negara itu  jadi pelatih pejuang Mujahiddin.

Waktu Sovyet kalah dan melihat pimpinan-pimpinan kelompok Mujahiddin menjelma jadi Raja-raja Perang yang susah dikendalikan, bersama Pakistan dan Badan Intelijennya, Amerika membidani pembentukan kelompok Taliban. Pelatihan anggota Taliban dilakukan di Pakistan. Dan setelah menang, Taliban jalan sendiri, kemudian melindungi Osama bin Laden, pimpinan Al Qaida, kelompok teroris yang paling dicari Amerika.

Washington pun jadi Ayah Angkat kelompok perlawanan yang bermarkas di utara, salah satunya pasukan pimpinan Rasjid Dostum, eks. Jenderal pasukan komunis pro Sovyet yang membelot.

Kini Amerika mulai meriang mengamati ulah pemerintah Afghanistan pimpinan Presiden Hamid Kharzai. Belum lama ini hampir selusin Agen CIA diledakkan pakai bom oleh seorang tentara Afghanistan, 7 orang diantaranya meninggal di tempat, pelaku dituduh sebagai anggota Taliban yang menyelusup jadi tentara pemerintah.

Suatu saat mungkin Washington membentuk pasukan gerilyawan (baca teroris) untuk menggusur pemerintah Presiden Hamid Karzai.
Osama bin Laden, yang dilindungi Taliban, dulu rekanan perusahaan milik keluarga George Bush (George Bush dan George W.Bush, ayah dan anak yang pernah jadi Presiden Amerika, mereka punya perusahaan, salah satunya perusahaan perminyakan).

Muhammad bin Laden ayahnya Osama teman bisnis pemerintah Amerika dalam membangun Kerajaan Arab Saudi.

Dari Afghanistan kita terbang ke Sri Langka. Tak lama setelah pemerintah Sri Langka berhasil mengalahkan pemberontak LTTE (Macam Tamil Eelam), terungkap, pada awal perang gerilya, tentara pemerintah Sri Langka, yang didominan Suku Sinhala, penganut Budha, dan gerilyawan Tamil di Sri Langka Utara, pemeluk Hindu. Mereka didatangkan pemerintah Amerika ke pusat latihan militer Amerika di bumi Amerika. Mereka dilatih taktik perang gerilya dan strategi  menundukkannya. Ada kalanya kedua pihak bermusuhan di medan perang itu dilatih di tempat sama.

Dari Asia Tengah kita meloncat ke Asia Barat, setelah pemerintah Republik Islam Iran berdiri, yang menggilas Kerajaan Iran pimpinan Muhammad Shah Reza Pahlevi, beonya Washington, dana milyaran dollar mengalir dari Gedung Putih ke Baghdad. Presiden Irak Saddam Husein diprovokasi untuk melancarkan perang melawan Iran. Amerika mengirim bantuan pangan, dollar dan senjata untuk cadangan perang selama sepuluh tahun. Perang Irak- Iran tidak seperti yang diharapkan Amerika.

Sungguh pun Iran sedang lemah, keadaan dalam negeri belum stabil, mereka berhasil mengusir serangan Irak keluar perbatasan Iran.
Bantuan yang dikirim Amerika dipakai Saddam Hussein untuk berfoya-foya, antara lain mendirikan Istana Mewah, dan biaya perang menyerang Kuwait, salah sebuah sekutu Amerika di Timur Tengah.

Presiden George Bush berang besar pada Saddam Hussein, Irak digempur, tapi Saddam berhasil bertahan. Presiden George W. Bush, yang mengganti ayahnya sangat geram, ia balas dendam, lalu mengempur Irak, dengan tuduhan, kemudian tak terbukti, bahwa Saddam salah satu sponsor teroris dunia, antaranya Al Qaida. Pasukan Amerika kemudian berhasil menangkap Saddam Hussein, yang hidupnya berakhir di tiang gantungan.

Dari Irak kita meloncat ke benua Afrika. Media massa Amerika pernah mengungkapkan, dua orang agen CIA atau lebih merupakan penasehat keamanan Presiden Libia, Kolonel Muammar Qadafi, yang dituduh Washington termasuk menyandang dana kelompok teroris. Dalam hal agen CIA ini pun nampaknya berlaku perintah seperti pada film James Bond 007, “Anda bertugas atas perintah negara, tetapi kalau tertangkap atau ketahuan musuh negara tak bertanggung jawab.”

Dari Libia kita terbang ke benua Amerika. Pada waktu terjadi perang dingin antara Amerika Serikat lawan Uni Sovyet, Washington sangat marah melihat kelompok kiri Sandinista berhasil memerintah di negara El Salvador. Amerika lalu membidani pembentukan kesatuan teroris, gerilyawan Contra. Dalam masalah mendukung terorisme ini Presiden Amerika Ronald Reagan pernah tersangkut kasus Iran-Contra Gate. Dalam sebuah Pemilu Sandinista pimpinan Daniel Ortega sempat kalah. Kini Ortega bersama partainya kembali berkuasa.

Atas nama memerangi penyelundup obat bius di beberapa negara Amerika Latin, antaranya Bolivia, pemerintah Amerika membiaya pembentukan pasukan bayangan. Pasukan liar itu kini betul-betul liar, jadi kelompok teroris di negara mereka.
Masih di Amerika Latin, Presiden Hugo Saves dari Venezula, saat ini menjadi salah seorang musuh utama Washington di benua

Amerika, setelah Fidel Castro dari Kuba. Amerika pernah mensponsori beberapa perwira militer untuk menjatuhkan Saves, usaha itu hanya bertahan sebentar, Saves kembali berkuasa, dan menuduh Washington lebih teroris dari teroris mana pun di dunia.

Indonesia pun tak lepas dari kelompok teroris bentukan Amerika. Antara tahun 1957-1959 pada masa PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) menguasai Provinsi Sumatera Tengah ( Provinsi Sumatera Barat, Jambi dan Riau). Saat langit di kampung kami, Malalak, Sumatera Barat, bersih, di langit kerap melintas pesawat udara, terbang rendah, sehingga terlihat jelas pintu pesawat itu bersama kerdipan lampunya, kata pasukan PRRI, itu adalah pesawat militer Amerika B 29, mereka menurunkan secara gelap persenjataan untuk kaum pemberontak.

Terungkap, pada era pemberontak PRRI/Permesta, seorang agen CIA, Allan Pope menerbangkan pesawat tempur masuk wilayah Indonesia, membom sebuah pasar di Ambon. Pesawat itu jatuh ditembak militer Indonesia.

Amrozi Cs, tersangka peledakan bom di Bali, dan telah menjalani hukuman mati, selama dalam penjara mengungkapkan, daya ledak dari bom yang mereka pasang berdasar perhitungan tak begitu kuat, dia berpendapat ada pihak asing, dalam hal ini badan intelijen Amerika CIA ikut membonceng.

5 Juni 2005 BIN (Badan Intelijen Negara ) bersama Polri menangkap Al Farouk alias Omar Abdur Rahman, seorang warga Negara Mesir di Bogor, berdasar bukti ia anggota Islam Jama’ah yang berafiliasi dengan Al Qaida, ia ditugaskan di Indonesia, Dalam kurang seminggu pihak Amerika langsung memintanya, kemudian dibawa ke Afghanistan, lalu ke Mesir. kini tak tahu jejaknya, kuat dugaan Farouk agen CIA yang diselusupkan ke tubuh Islam Jama’ah/Al Qaida. Seperti agen rahasia lainnya, nama, identitas dan kewargaan negara asli Al Farouk tak diketahui, menurut isterinya Farouk asli Indonesia, asal Ambon. Namun juga diinformasikan dia warga negara Mesir, Jerman, Kuwait Dll.

Hambali pentolan Islam Jama’ah yang berafiliasi dengan Al Qaida dicurigai sebagai agen CIA, setelah ia ditangkap polisi Muangthai Hambali langsung diminta pemerintah Amerika, dia ditahan dipenjara Guantanamo, Kuba. Hingga kini pihak Deplu R.I dan Polri tak kunjung diberi izin Amerika buat menemuinya.

Cara-cara yang dipakai Amerika meminta yang diduga agen CIA, yang diselusupkan ke tubuh Islam Jama’ah/ Al-Qaida yang tertangkap di Bogor, juga dalam hal meminta Hambali, sangat mirip dengan langkah CIA membebaskan agen mereka dari sekapan negara lain.

Ah, tulisan ini tak usah dilanjutkan, nanti teman-teman saya yang sangat pro Amerika berang besar. Saya tak mengada-ada. Penasaran, coba pergi ke perpustakaan, baca surat kabar, majalah atau buku yang mengungkap semua peristiwa di negara yang saya tulis di atas, kalau saya bohong berarti pemberitaan yang saya baca dusta.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com