Ancaman Penyebaran Paham Radikal Era Globalisasi

Bagikan artikel ini

Almira Fadillah, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gunadharma Jakarta

Perkembangan kelompok radikal dalam menyebarkan pahamnya telah mengalami pergeseran, mengingat pada era globalisasi kelompok terkait justru memanfaatkan teknologi serta alat komunikasi untuk kepentingannya dalam menyebarkan ideologi. Tujuan kelompok radikal memanfaatkan media massa, antara lain penyebaran pesan atas rasa takut, ancaman, ideologi, perekrutan dan mengembangkan sel-sel terornya secara luas.

Sebelumnya kelompok radikal cenderung melakukan pergerakan yang bersifat tertutup, yakni melalui kajian ataupun perekrutan jamaat secara langsung tetapi saat ini telah merambah dunia maya, baik media sosial ataupun website yang sengaja dapat diakses oleh masyarakat, dalam rangka menggalang masyarakat luas untuk mengikuti faham maupun mendukung tindakan mereka, melalui berbagai kajian yang membahas isu agama dan isu nasional, diiringi postingan kegiatan kelompok tersebut.

Saat ini, negara Indonesia dinilai masih rentan dalam mengahadapi penyebaran paham radikal dalam era globalisasi, mengingat munculnya pergerakan “Lone Wolf” yang akhir-akhir ini kerap dilakukan oleh oknum tertentu. Secara umum tindakan “Lone Wolf” sendiri dilakukan oleh pelaku yang tidak terlatih dan terinspirasi dari pergerakan kelompok radikal yang menyebarkan ajaran maupun aktivitasya melalui internet serta jejaring sosial.

Penyebaran paham Radikal

Paham Radikalisme yang terjadi di masyarakat saat ini semakin terbuka, bahkan sudah semakin mudah tersebar. Terlebih lagi dengan adanya kasus Negara Islam Irak dan Syam/Syiria (ISIS) yang pahamnya juga mulai tersebar ke negara ASEAN, yakni di Malaysia, Singapura dan Thailand. Salah satu faktor penyebab tersebarnya paham tersebut juga melalui internet yang telah berkembang. Melalui jejaring internet, penyebaran paham radikalisme disebarluaskan, akibatnya banyak masyarakat yang mengetahui paham radikal hingga masuk ke dalamnya.

Secara umum ISIS sendiri merupakan gerakan ekstremis lain yang mengatasnamakan Islam. Hal ini menyebabkan terbentuknya citra “kekerasan” terhadap Islam. Bisa dikatakan masyarakat yang ikut mendukung maupun mewujudkan visi global ISIS merupakan orang-orang yang tidak mengerti geopolitik Arab, khususnya Irak dan Suriah. Sebagian besar orang-orang tersebut tergalang oleh paham maupun tindakan yang dipublikasikan kelompok terkait melalui internet.

Dalam penyebarannya, kelompok radikal tersebut cenderung memanfaatkan isu kemanusiaan di Timur Tengah, disertai penerjemahan ayat-ayat suci Al-Qur’an tanpa pemahaman yang lebih mendalam untuk menggalang emosi masyarakat luas agar terlibat dalam kegiatan “Jihad” yang meliputi tindakan teror, perang maupun tindakan mendukung lainnya demi terciptanya Khilafah Islamiyah dan penerapan Daulah Islamiyah.

ISIS di Indonesia

Terkait dengan hal ini pergerakan kelompok radikal maupun kelompok ekstrimis di Indonesia, seperti ISIS cenderung memanfaatkan jejaring sosial dan sejumlah situs. Mengingat Indoensia merupakan negara dengan muslim terbanyak di dunia, keberadaan ISIS dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal itu, bertentangan dengan ideologi Pancasila dan semangat ukhuwah Islamiyah yang selama ini menjadi ciri khas beragama masyarakat Indonesia yang dipandang bersifat toleran dan inklusif.

Saat ini ISIS menggunakan media sosial untuk menarik perhatian anak-anak muda, hal ini diunjukkan dengan adanya video cuplikan film Flames of War, yang dikemas secara profesional dengan gaya film laga Hollywood, pada tahun lalu. Selain itu ISIS juga sering mengunggah video-video pembunuhan para sandera mereka. Sebelumnya, melalui media sosial YouTube, Santoso yang disebut memimpin jaringan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur menyampaikan dukungan terhadap pimpinan ISIS Abu Bakar Al Bahgdadi di Indonesia. Pada perkembangannya sejumlah orang Indonesia yang mengaku berada di wilayah kekuasaan ISIS, Irak serta Suriah, dan mengajak masyarakat untuk ikut ‘berjihad’ bersama ISIS di negara tersebut. Hal tersebut terjadi karena pengaruh kelompok Santoso telah ini menjangkau sejumlah daerah antara lain Solo, Medan, Makassar, dan Bima.

Tantangan dan Solusi

Melihat dinamika pergerakan kelompok radikal saat ini tentunya dapat memberikan dampak ataupun pengruh negatif bagi generasi muda, mengingat seharusnya generasi muda dan masyarakat harus lebih fokus dalam mendukung maupun berpartisiapasi dalam program-program pemerintah untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.

Terkait dengan pergerakan dan penyebaran faham radikal saat ini merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dan dilihat secara kritis, mengingat masuknya faham radikalisme secara mendasar tidaklah berkaitan dengan agama atau khususnya Islam,melainkan kepentingan terhadap politik dan ekonomi dalam suatu negara. Oleh karena itu perlu terciptanya kebudayaan untuk menangani penyebaran radikalisme ini, khususnya di ASEAN. Selain itu, dibutuhkan pula interaksi yang erat antar negara ASEAN untuk menangani penyebaran paham radikalisme ini.

Disisi lain masalah penyebaran paham radikal melalui media sosial maupun internet telah menyebabkan munculnya aksi dukungan maupun aksi teror seperti “Lone Wolf”, hal ini tentunya telah memberikan dampak nyata terhadap stabilitas keamanan maupun politik. Dalam masalah ini kelompok terkait tentunya merasa diuntungkan karena upaya mereka memberikan dampak turunan melalui aksi-aksi dukungan yang dilakukan oleh masyarakat, yang nantinya tidak menutup kemungkinan akan memebentuk embrio-embrio baru kelompok teror ataupun kelompok radikal baru.

Menyikapi hal ini tentunya kita masyarakat Indonesia harus ikut mendukung upaya pemerintah dalam mengontrol  internet maupun media sosial melalui pemblokiran terhadap situs yang menyebarkan nilai-nilai radikal, terutama yang bersifat mendukung aksi teror. Hal ini dilakukan untuk mendukung peningkatan stabilitas keamanan negara, yang beberapakali telah dihebohkan dengan aktivitas teror seperti bom Solo dan bom Sarinah, Jakarta yang terjadi beberapa waktu lalu. Selain itu diharapkan agar pemerintah dan seluruh stake holders agar ikut terlibat memerangi masalah teror dan penyebaran faham radikal saat ini, melalui peraturan atau hukum yang mengatur secara rinci tentang media massa dan internet serta organisasi.

Sekiranya kita seluruh masyarakat Indonesia harus melihat berbagai upaya deradikalisasi secara bijak dan tidak mudah terprovokator oleh isu-isu kemanusiaan yang ditujukan untuk memberikan peluang bagi kelompok radikal terus berkembang di Indoensia. Mari kita selamatkan negara Indonesia dari ancaman terorisme dan wujudkan negara yang memiliki sikap toleransi maupun empati.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com