Hendrajit, Peneliti Senior Global Future Institute (GFI)
Dalam rangka seminar terbatas yang akan diselenggarakan oleh Global Future Institute (GFI) pada pertengahan Agustus mendatang membahas fungsi terselubung laboratorium-laboratorium ilmiah di bidang kesehatan sebagai markas operasi intelijen AS untuk pembuatan senjata biologis. Untuk itu kami hadirkan kembali tulisan lama tepatnya pada Juli 2014. Untuk menghangatkan dan menyegarkan ingatan kita kembali mengenai fungsi ganda keberadaan laboratorium ilmiah kesehatan yang seringkali jadi kedok untuk operasi intelijen menyusul terbongkarnya Proyek NAMRU-2 AS di Indonesia pada 2008 lalu. Berikut ini adalah bagian pertama dari seri tiga tulisan yang menyorot proyek militer berkedok proyek riset, maupun laboratorium-laboratorium seperti NAMRU-2 AS yang beroperasi di Indonesia maupun laboratorium lainnya namun sejenis NAMRU yang beroperasi di Indonesia maupun di beberapa negara ASEAN lainnya.
Beberapa waktu lalu, terbetik kabar Militer Amerika Serikat mengirim bakteri anthrax yang masih hidup ke lembaga-lembaga riset negaranya, dalam hal ini ke lembaga yang ada di 9 negara bagian Amerika, termasuk California dan Maryland, dan juga lembaga militer di pangkalan Amerika di Osan, Korea Selatan.
Pihak militer AS di Pentagon mengatakan sejauh ini sampel anthrax di lembaga riset pangkalan Osan itu digunakan untuk menjalankan eksperimen penetralan racun. “Bakteri anthrax itu dibenarkan masih hidup saat melakukan eksperimen, dan telah dibuang sesuai aturan,” seperti yang dilansir laman KBS, Korsel.
Namun demkian peristiwa ini tetap saja cukup mengkhawatirkan, apalagi ada beberapa media Amerika yang mengabarkan bahwa setidaknya sudah ada empat orang yang meninggal dunia akibat infeksi bakteri anthrax tersebut. Simpang-siurnya kebenaran informasi terkait berapa jumlah korban jiwa yang tewas akibat pengiriman sampel anthrax ke lembaga riset militer di 9 negara bagian AS maupun lembaga riset militer yang berada di pangkalan militer AS di Osan, Korea Selatan, disebabkan oleh kenyataan bahwa beberapa proyek penelitian mengenai bakteri Anthrax dilakukan secara tertutup dan rahasia.
Di bebeerapa laboratorium militer, yang diyakini beberapa pakar, sampel bakteri anthrax tersebut digunakan sebagai tes uji kelayakan untuk pembuatan dan penggunaan senjata biologis. Sehingga tak ada satupun informasi yang bisa diuji validitasnya.
Besar kemungkinan, jumlah korban jiwa yang tewas lebih dari empat orang. Mencuatnya berita seputar pengiriman sampel bakteri Anthrax yang masih hidup ke lembaga-lembaga riset militer di 9 negara bagian AS maupun di Korea Selatan, menurut saya saya sangat penting untuk disoroot. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata AS yang selama ini berusaha mengontrol proyek-proyek persenjataan bio-terorisme di beberapa negara, termasuk Indonesia, ternyata gagal untuk mengontrol laboratorium-laboratorium di negaranya sendiri.
Beberapa tulisan saya terdahulu, khususnya terkait NAMRU-2 AS, membuktikan bahwa Pentagon telah melakukan beberapa penelitian di bidang bakteri Anthrax yang amat berbahaya bagi karena ketika bakteri tersebut menyebar secara tidak terkendali ke lingkungan sekitar, hal itu bisa membahayakan nyawa manusia. Sehingga pihak berwenang di Pentaton kemudian memprakarsai beberapa proyek penelitian militer berkedok penelitian kesehatan di beberapa negara kawasan ASEAN seperti Indonesia, Filipina, dan Kamboja.
Dasar pertimbangannya setidaknya ada dua:
1. Menghindari bahaya dari proyek ini di dalam negeri AS. 2. Dengan adanya laboratoruum militer berkedok penelitian kesehatan, pihak berwenang di AS bisa mengelak dari tanggungjawab ketika terjadi kasus seperti pengiriman sampel bakteri Anthrax ke 9 negara bagian maupun ke pangkalan militer AS di Osan, Korea Selatan. Anthrax Berhubungan Erat Dengan Proyek Militer Departemen Pertahanan AS Mari kita kilas balik sejenak. Pada 1988, pemerintahan George Herbert Walker Bush mengirim 19 kontainer bakteri Anthrax ke Irak.
Tipe Anthrax ini(digunakan untuk tujuan militer) diciptakan oleh American Type Culture Collection Company yang berlokasi di dekat Fort Detrick, M, wilayah laboratorium kuman perang Angkatan Darat AS berkeamanan yang tinggi. Begitupula perusahaan-perusahaan Inggris juga mengirimkan agen-agen kimia dan biologi yang mematikan kepada pihak militer Irak.
Tujuan dari pengiriman ini adalah untuk menyediakan senjata kimia dan biologi bagi Saddam Hussein, agar dapat digunakan untuk membunuh ratusan atau bahkan jutaan laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Barang tentu, sebagai kompensasi dari perjanjian pengiriman ini, badan intelijen CIA dan ilmuwan-ilmuwan AS diperkenangkan untuk memperoleh data mengenai efek dari bahan-bahan tersebut.
Sebagian di antaranya (diduga) telah disebarkan pada suku Kurdi di Irak Utara. Selain untuk tujuan militer, Anthrax juga seringkali dikaitkan dengan sebuah bisnis kotor. Jerry D Gray, dalam bukunya berjudul Deadly Mist, Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia, menulis bahwa warga Ameria secara rutin dimanfaatkan sebagai objek di laboratorium (dijangkiti suatu virus dan membuat mereka jadi sakit). Ini dilakukan agar obat-obatan yang berbahaya atau yang tidak bermanfaat yang diproduksi oleh produsen-produsen obat dapat terjual. Tentunya produsen-produsen tersebut berhubungan dengan Departemen Pertahanan (Pentagon) maupun pemerintahan yang bertahta di Gedung Putih. Dulu dan sekarang.
Tanpa menghiraukan gelombang protes besar dari Kongres pada 1994, pada 1997 Pentagon memerintahkan agar semua laki-laki dan perempuan yang ada dalam daftar divaksin anti-anthrax, menggunakan vaksin eksperimen yang akan dijual oleh Bio-Port. Singkat cerita, tujuan utama dari injeksi Anthrax ini adalah agar perusahaan-perusahaan “besar” dapat menghasilkan uang. Pertama-tama mereka berusaha untuk mendapatkan kontrak sah dari pemerintah untuk memproduksi dan menggunakan valsin eksperimen tersebut terhadap tentara AS.
Dan kemudian, jika para personel militer AS tersebut menjadi sakit karena efek samping yang timbul, Bayer dan Bio Port menghasilkan uang lagi dengan cara menyediakan obat- tambahan yang amat mahal untuk mengobati personel militer AS yang sebelumnya sehat dan segar-bugar itu.
Bio Port memiliki kaitan langsung dengan Bayer AG, Saudi(termasuk Faud El-Hibri), keluarga Bush, keluarga Osama bin Laden, dan Admiral William Vrowe. Pemimpin Dewan Penasehat pemerintahan Ronald Reagan dan George HW Bush, Admiral Crowe memilii 13 persen dari Bio Port Corporation dan duduk dalam Board of Director. Sekadar informasi, keluarga besar Bush sangat dekat dengan Bayer. BioPort, di Lansing, Michigan, adalah satu-satunya perusahaan di Amerika yang memegang lisensi (monopoli) pembuatan vaksin Anthrax.
Mereka mendapatkan lisensi tersebut setelah membeli Michigan Biologic Products Institute, dari pemerintah Michigan pada 1998. Michigan Biologic Products Institute selama ini menjual vaksin Anthrax ke Departemen Pertahanan AS (Pentagon). Pada 30 Agustus 2000 dan 1 September 2000, Bio Port dipaksa untuk menarik tiga produknya, termasuk vaksin Anthrax karena salah mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada labelnya. Vaksin Anhtrax-nya menjadi penyebab tewasnya serang karyawannya, Richard Dunn. Ia meninggal pada Juli 2000, setelah menerima injeksi sebanyak 11 kali.
Usaha untuk menutupi kasus ini dilakukan dan kematiannya dilaporkan sebagai penyakit jantung. Kebenaran akhirnya terungkap, setelah adanya otopsi yang independen. Namun sepak-terjang BioPort tetap berlanjut. Tanpa memperhatikan kejadian masa lalu yang kurang peduli pada keselamatan manusia,
Pentagon masih tetap memberikan kontrak ekslusif pada BioPort, dan menunjuk BioPort sebagai produsen satu-satunya obat-obatan Anthrax (yang belum diuji). Menurut informasi yang berhasil diolah oleh Tim Riset Global Future Institute, pemerintah AS telah mengeluarkan dana lebih dari 130 juta dolar AS bagi pelayanan BioPort. BioPort, bersama-sama Bayer, Battelle, dan perusahaan-perusahaan lain, melakukan riset perang biologi dan menjalin hubungan dengan pejabat-pejabat intelijen Amerika dan Departemen Pertahanan.
Lebih mengerikan lagi, BioPort diduga melakukan program-program bio warfare di Fort Detrick dan Army Dugway Proving Ground di gurun Utah, yang pada akhirnya menghasilkan senjata Anthrax. Selama September dan Oktober 2001, menyusul terjadinya pemboman gedung World Trade Center, warga Amerika diserang dengan rangkaian serangan biologi, yang melibatkan dilepaskannya “senjata Anthrax”. Anthrax yang digunakan untuk penyerangan ini ternyata terkait erat kepada BioPort, Battelle, Fort Detrick, dan Dugway. Mereka semua memiliki mata-rantai hubungan dengan pemerintah AS.