Bagaimana Membaca Pelajaran Teori Konspirasi Malaikat dan Iblis

Bagikan artikel ini

Novel ini mengisahkan betapa suatu konspirasi menjadi hal penting dilakukan oleh pihak-pihak tertentu pada setiap kondisi mapan. Kondisi mapan dimanapun dianggap selalu mengundang pertanyaan lebih banyak bagi Kaum dan atau Orang yang berambisi untuk menduduki posisi tertentu serta mencari atau keinginan mencapai jabatan tertentu atau kepentingan tertentu.

Novel setebal 780 (tujuh ratus delapan puluh) halaman ini diberi judul: Angels and Demons, yang membuatnya menjadi best seller, sebuah visi pembuka tabir misteri Vatikan sebagai latar persoalan yang tengah ditelusuri. Angels And Demons yang secara harfiah dapat dimaknai Para Malaikat dan Para Iblis.

Berbagai modus yang dideskripsikan sebagai alur cerita dalam Novel ini, terkait peranan seseorang dalam penelitian partisipatif yang intensif dan empatik. Begitu kompleks penggalian dimensi persoalan aspek-aspek kehidupan dalam memperkaya kesatuan khasanah kehidupan manusia dalam menjalani peranannya masing-masing atau secara kolektif di dunia ini. Sehingga Dan Brown mampu menjangkau segi-segi tertentu tentang persoalan Ilmuan Fisika, Ahli Sejarah, Agamawan, Insan Pers, Pimpinan Agama, Anggota Milisi, Militer, dan berbagai skema kerja yang bersifat klandestin (’bawah tanah’), baik sifatnya langsung atau tidak langsung (eksplisit atau implisit).

Sepertinya Novel ini dapat menggugah logika dan imajinasi para Pembaca dalam mengikuti alur cerita yang dituangkannya. Pembaca akan terasa tersentuh dan terbawa melayang dalam peristiwa-peristiwa unik yang dipaparkannya.

Produk Konspirasi Sebagai Prolog

Ternyata setiap konspirasi selalu saja akan mendatangkan banyak korban. Korban jiwa dan harta-benda dan martabat, harga diri, dan moral. Pengorbanan tersebut merupakan bentuk antitesa dari perlawanan konpirasi dengan anti-konspirasi yang harus dibayar tunai.

Dua hal dalam pertempuran konspirasi nantinya yang hanya akan membuahkan kekuatan, yakni pihak yang kalah dan pihak mana yang akan keluar sebagai pemenang.

Dalam kisah yang dirajut kedalam Novel ini ternyata memberikan inspirasi tersendiri dari Pengarangnya untuk mengedepankan tentang transparansi suatu konstruksi nilai-nilai yang sudah tidak populer dan begitu banyak ditinggalkan atau dianggap sepele oleh masyarakat (publik). Hal ini agar terhindari dari berbagai agenda terselubung yang tidak diketahui oleh kebanyakan individu maupun elemen masyarakat.

Tanpa terkecuali Gereja Vatikan yang menjadi simbol pemersatu bagi Kaum Katolik dari seluruh penjuru dunia.

Dan Brown kembali mencoba menggugah, dan membuka isolasi ini dengan mengetengahkan Novelnya dengan judul: Angel And Demons tersebut. Ternyata telah mampu memancing selera fiksi segenap Pembaca di berbagai belahan dunia.

Begitu lugas dalam alur yang meliuk, dan mampu menukil berbagai segi-segi sensitif dalam operasi terselubung dalam kerangka konspirasi tingkat tinggi. Meski dalam racikan narasi sastra yang apik dengan alur cerita dan penempatan momentum kejadian-kejadian atau peristiwa yang persisi serta menyentak imajinasi untuk meloncat pada titik-titik kehidupan yang sensitif, layaknya kehidupan riil itu sedang terjadi dalam pertemuan dua kutub peradaban yang berbeda tetapi sekaligus dapat menyatu dalam satu tujuan.

Dalam cerita yang mengangkat sosok tokoh Langdon sebagai seorang Ahli Sejarah pada Harvard University di Amerika Serikat. Telah membuktikan Keilmuan Sejarah yang ditekuninya bertahun-tahun, sehingga Langdon pun menjadi Dosen pada Universitas Harvard pada Bidang Mata Kuliah Sejarah. Fokus utamanya adalah pengetahuan yang luas serta mendalam tentang Simbol. Sehingga julukan yang diterimannya juga sebagai seorang Ahli Simbologi.

Sebagai Ahli Simbologi yang mumpuni telah menghantarkannya untuk mencintai bidang Sejarah (The History) dalam kronik riwayat atas berbagai peristiwa dunia yang memakai Simbol-simbol tertentu. Berbagai Simbol telah menjadi kajiannya yang serius dalam terkait runtutan kronik sejarah dari Simbol tersebut dan mampu mengerti tentang Ontologi Simbol, sehingga ia dapat membaca akhir dari tujuan Simbol dan nilai-nilai supremasi tentang suatu simbol.

Bahkan, hampir berbagai Simbol yang dapat dipecahkan teka-tekinya, serta makna apa yang terkandung pada Simbol tersebut. Termasuk aspek simbolik soal-soal keagamaan, sosial, budaya, dan intelijen. Termasuk juga berbagai gerakan yang terhimpun untuk suatu masa tertentu dalam memperjuangankan misi tertentu.

Potensi Akal Budi dan Gangguan Emosi Kejiwaan

Langdon pada masa awal usiannya pernah mengalamai kejadian yang membuat dirinya traumatik, terutama klustorphobia. Klustorphobia yang dideritannya ternyata berawal dari kejadian ketika ia terjatuh kedalam sebuah Sumur Tua di suatu tempat rekreasi alam.

Peristiwa tersebut terjadi ketika bersama keuarganya dalam suatu acara liburan yang memilih lokasi di alam terbuka. Ternyata Langdon kecil, waktu itu, – mengalami peristiwa tragis ketika terkurung dan tidak mampu berbuat apa-apa setelah 6 (enam) jam. Sehingga ada regu Penolong yang kemudian mengangkatnya dari Sumur Tua tersebut.

Kemudian setelah menginjak dewasa, dan menjadi seorang profesional namun demikian tetap saja pengalaman pahit tersebut menjadi traumatik yang berkepanjangan, bahkan terkadang menghalanginya untuk mampu menjalani profesinya dalam melakukan interaksi kehidupan tertentu.

Langdon merupakan potret Sejarawan yang jenius dan terbukti mampu meraih Prediket Ahli Sejarah dalam usia yang relatif muda. Karakter yang begitu melekat dengan ilmu yang digelutinya telah menjadikannya tumbuh-kembang sebagai sosok individu yang dingin terhadap lingkungan, termasuk dengan Wanita. Tentunya sudah pantas didampingi oleh seorang wanita tetapi ternyata sulit baginya.

Meskipun kemudian, dalam mengisi waktu senggang Langdon menekuni olah raga polo air, berenang, dan membaca.

Dalam kilas pandang yang lain ternyata ada seorang pakar teknologi yang kemudian menghantarkannya untuk menjadi seorang ahli, dan akhirnya menobatkannya menjadi Pimpinan Tertinggii pada Lembaga Penelitian Nuklir Eropa yang disebut CERN. Lembaga CERN ini telah memperkerjakan sekitar 300 (tiga ratus) lebih Sarjana dari berbagai disiplin ilmu, utamanya ilmu Fisika. Orang ini kemudian dikenal dengan nama Maximilian Kohler. Seorang Pakar Ilmu Fisika yang cacat dan lumpuh, yang sehari-harinya hanya berada di atas kursi roda.

Maximilian Kohler merupakan sosok yang juga mengalami persoalan traumatik masa kecil (masa lalu) yang cukup berat. Dia lahir dari keluarga yang menganut agama Katolik yang taat. Dan, suatu ketika pernah jatuh sakit deman panas yang membuatnya harus didatangi oleh seorang Tabib (Pengobat) dari kalangan Agamawan yang mendo’akan bagi kesembuhannya. Tetapi, anehnya tidak kunjung juga sembuh, sehingga kehidupannya hanya tetap dijalani hanya dengan berbaring di tempat tidur.

Sampai pada suatu ketika ada seseorang yang tidak dikenal, telah mampu menyembuhkan penyakitnya dengan menyuntiknya beberapa cairan obat, dan tidak lama kemudian kondisi Maximilian Kohler baik kembali. Meskipun membawa kesan yang traumatik dengan dasar pemikiran yang mengatakan: ‘bahwa doa saja tidaklah cukup’.

Bahwa, kata seorang Pendo’a yang mengatakan kepada orang tuannya, ‘mengapa tidak sembuh, – karena do’anya kurang banyak’. Padahal dengan dorongan obat-obatan tertentu yang disuntikan ke tubuhnya, sehingga dalam waktu yang relatif singkat dapat menyembuhkan dari penyakit yang dideritanya. Makaitu, menimbulkan sikap traumatik serta apriori terhadap doa-doa dari para Pendeta dan atau Biarawan, Rohaniawan, dan seterusnya, sehingga ia hanya mempercayai teknologi yang mampu merubah segalanya.

Dengan mendalami bidang Ilmu Fisika, maka ia dapat menjawab persoalan alamiah ini dengan sederetan Rumus dan dengan memperlihatkan Spesimen Temuan yang mampu memberikan kepastian bagi manusia yang menderita penyakit tertentu serta menjawab suatu kebuntuan dan mitos yang dikembangkan lewat Gereja yang dianggap tidak pernah terbukti.

Hal ini sepertinya merogoh keadaan dimana Gereja juga dianggap selalu menghalangi kemajuan peradaban manusia. Melalui orang yang tercerahkan dengan ilmu pengetahuan maka mampu memberikan solusi yang nyata atau lebih konkret.

Gereja pernah mempertontonkan keteledoran serta kedangkalan pemahaman, sehingga mereka telah membunuh Galio-galilie, dan berbagai misteri tentang Manusia Jenus yang sesungguhnya mampu membawa peradaban tertinggi yang pernah hadir di muka bumi, antara lain, seperti: Rapael, Michael Angelo, Bernini, Leonardo D Vinci, dan seterusnya.

Masa Lampau yang Terpaut dengan Masa Kini untuk Masa Datang

Persoalan kilas-balik sejarah yang sudah terbenam sekian ratus tahun lamanya, dimana Gereja ikut membuhuh Galileo. Padahal Galileo merupakan contoh seorang anak manusia yang tercerahkan dengan penemuan teleskopnya, sehingga mampu merubah keyakinan yang lama dari Geosentris ke Heliosentris.

Bahwa, kata Galileo, dunia ini bulat yang menatnag pemahaman Gereja, yang mana selama ini telah menyatakan dunia ini pipih seperti piring dan bertepi, sebagai pusat tata surya. Dengan temuan tersebut, sepertinya ‘Gereja’ telah dipojokan. Maka itu, Galileo harus dikorbankan (dihilangkan) agar tidak lebih banyak Pengikut Gereja yang meyakininya.

Selanjutnya, sisa pemahaman Gereja juga terjadi ketika Martin Luther King menjadikan Agama Kristen Protestan, karena ada keyakinan yang tidak dapat diterima secara logis pada Geraja dengan keberadaan Surat Pengapusan Dosa.

Dalam konteks itulah sepetinya prahara itu ingin dibuka kembali dengan suatu Simbol Perlawanan kepada Gereja, yakni: Iluminati. Ilmuninati merupaan ‘gerakan bawah tanah’ yang memberikan perlawanan terhadap Gereja karena tidak mampu menerima kebenaran Ilmu Pengetahuan. Bukankah pngetahuan Matematika, Fisika, Biologi, dan lain sebagainya telah berkembang pesat. Termasuk Teori Darwin sebagai potret ketidaksenangan Pihak Gereja dalam mempercayai asal-muasal kejadian manusia (genesis-genetika).

CERN sebagai Pusat Penelitian Fisika Nuklir telah melahirkan berbagai Penemuan yang mendukung kemajuan peradaban di berbagai bidang. Salah seorang Ahli yang mengabdikan dirinya di tempat itu adalah Leonardo Vetra dengan seorang Anak Pungutnya yang kemudian diberi nama Vitoria Vetra.

Leonardo Vetra merupakan seorang ilmuan yang jenius, dan begitu juga anaknya Vitoria yang dipungut dari sebuah panti yatim-piatu, tetapi Leonardo yang sebelumnya juga seorang Pendeta yang menyukainya karena kepintaran Vitoria, – sebagai anak kecil yang terkagum dengan Penciptaan Alam Semesta.

Kemudian Leonardo Vetra membawa Anak ini ke Laboratotium pada Lembaga CERN sebagai Asistennya. Leonardo Vetra telah mengembangkan suatu Teori yang diinspirasi dari Teori The Big Bang (Ledakan Besar) yang menciptakan Tata Surya.

Kemudian dikembangkan dalam bentuk Teori Partikel. Pengamatannya yang mendalam tetang tingkah-laku Partikel telah mewujudkan suatu proyeknya secara diam-diam (rahasia). Inpirasinya sangat manusiawi, yakni sebagai upaya memberikan pertimbangan atas kondisi bumi yang telah tercemar begitu berat (parah) oleh berbagai limbah industri, kimia, dan bahkan nuklir. Upaya itu melalui teknologi yang ia berinama Anti Materi. Dengan teknologi Anti Materi ini, diharapkan mampu menjadi alat pembangkit listerik bertenaga seratus-kali kekuatan Nuklir, – yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup karena tidak nyampah (apalagi sampah radioaktif dan beracun).

Teknologi ini tentu akan aman untuk menghasilkan listerik dalam kapasitas jutaan Wats. Sebutan Volt menjadi populer bagi mereka, bukan lagi sekadar ukuran meter, dan lain sebagainya.

Melalui aktivitas atau kegiatan yang selalu fokus di Laboratorum Bawah Tanah, pada Lembaga CERN, Swiss, maka kemudian Leonardo Vetra telah berhasil mengembangkan proyek tersebut. Sehingga akhirnya Maximilian Kohler menginginkan adanya Fatwa dari Gereja tentang Teknologi Anti Materi. Teknologi yang memiliki kekuatan yang mampu menandingi diatas 100 (seratus) kali kekuatan nuklir – dapat menghancurkan sebuah pulau dalam radius sekian Mils.

Bagai gayung bersambut dengan kehadiran komponen Gereja yang bernama Camerlengo yang juga selaku Ketua Rumah Tangga Gereja Vatikan yang selalu melayani kebutuhan Paus, – dan terbersit adanya agenda Vatikan sebagai Kota Suci Kaum Kristen Katolik dari seluruh dunia yang akan menghadiri berbagai misa suci gereja seketika Pemilihan Paus.

Kemudian Camerlengo terlibat dalam sebuah diskusi yang menajam dengan alasan, bahwa penemuan ini akan mengasilkan perlawanan yang dianggap berbahaya bagi manusia di planet ini. Gereja tidak akan mentolerir dimana teknolgi tidak lagi mempertimbangkan moral, etik, dan nilai-nilai agama. Begitu beratnya argumentasi perdebatan itu. Sepertinya, Camerlengo dihadapkan pada dinding tebal suatu resistensi Pihak Gereja terkait Penemuan Teknologi baru tersebut.

Tidak lama kemudian ternyata ada seorang Hasassin atau julukan bagi seseorang sebagai pembunuh bayaran atau sewaan untuk menghabisi Leonardo Vetra sebagai Penemu Teknologi Anti Materi. Lantas, Teknologi Anti Materi tersebut berhasil diperoleh dan diselundupkan ke Vatikan oleh Hasasin.

Penyeludupan Anti Materi ini terkait dengan suatu muslihat Atas Nama Anti Perkembangan Saintek dengan pertimbangan Gereja. Adalah Camerlengo seorang Pendeta yang menjadi pelayan Paus atau Pengurus Rumah Tangga Vatikan. Dengan menghembuskan isu Anti Materi dan Pertentangan Gereja dengan Ilmu Pengetahuan masih terjadi semenjak Galileo hingga sampai kapan pun.

Penyeludupan itu sampai pada skenario puncak yang telah direncanakan pada saat agenda pemilihan Paus di Vatikan. Dimana seluruh mata dunia terbelalak ke Vatican City – maka sekaligus akan dimunculkan ‘Seorang Pahlawan’ yang mampu secara kesatria menundukan keangkaraan melalui Penemuan Senjata Pemusnah Umat Manusia oleh Leonardo Vetra. Padahal Leonardo Vetra telah menjadi Target Hasasinasi sebelumnya.

Leonardo Vetra merupakan sosok yang hanya akan dijadikan sebagai trigger dalam perlawanan atas kepentingan tertentu untuk menguasai Gereja. Utamanya bertujuan untuk meraih kekuasaan di Vatikan.

Ada 4 (empat) Kardinal yang telah lolos seleksi sebagai calon pengganti Paus, tetapi rupanya keempat orang itu telah dijadikan korban dengan memakai pembunuh bayaran.

Seorang pembunuh bayaran yang berkulit hitam dan besar, berbahasa Timur Tengah, meskipun akhirnya meninggal setelah perkelahian terjadi dengan Langdon dan Vitoria ketika terjebak di dalam ruang persembunyian Iluminati di sekitar Vatikan.

Novel ini sepertinya ingin membuka mata dunia untuk melihat secara jelas dan transparan segala pojok dan protokler yang ada di Vatikan. Dan, termasuk bagaimana pertentangan Moral yang terjadi secara internal Gereja terkait dengan perkembangan peradaban. Begitu pula selubung-selubung kejahatan demi kekuasaan di gereja, misalnya oleh sosok Camerlengo adalah bentuk pertentangan, bahwa Iblis (Kejahatan) akan kalah yang benar akan selalu benar (menang). Bahwa, peradaban Vatikan menurut idenya tetap dipertahankan. Bisa jadi ini yang dimaksudkan oleh Dan Brown, sebagai Pengarang Novel ini!

Betapa Iluninati sebagai kelompok yang telah lama dimusnahakan dan terkubur dengan eksistensi gereja yang menaklukan perlawanan dan terjadinya peran salib, dan lain sebagainya. Iluminati telah terkubur lama, lantas mengapa bisa mulai muncul. Adalah cara membangkitkan sentimen terhadap ketidaksukaan Gereja atas peran Ilmu Pengtetahuan yang selalu dapat mengalahkan perkembangan pemahaman konservatif yang ada di Vatikan.

Setelah terbunuhnya empat Kardinal yang preferite, maka pembunuhan ini akan dilanjutkan dengan mengacaukan prosesi pemilihan Paus yang berujung kepada satu titik Camerlengo. Padahal setelah dilakukan penelitian menurut pengalaman dan pemahaman terhadap berbagai manuskrip sejarah, bahwa Sri Paus telah dibunuh bukan karena stroke tetapi karena Aspirin yang diberikan dalam dosis yang berlebihan, sehingga menderita karena pecahnya pembuluh darah di otak yang membuat lidahnya hitam, – sesaat Langdon dan Vitoria menyaksikan jenazah yang diawetkan di pemakanaman Paus pada tempat yang sangat isolatif di Vatikan.

Ternyata kemudian Kohler datang pada suatu ketika telah ditetnukan setelah dramatis pembunuhan berangsung denga meninggalnya si pembunuh, Olivetti pimpinan Garda Swiss, komando dipimpin oleh Kapten Roches dan letnan Cartrand. Kemudian ketika kedatangan Kohler ke Vatikan tidak disambut antusias, tetapi malah dikawal ketat, namun akhirnya tetap bisa memenmbus ruang tempat Camerlengo dengan perapian di ruang yang biasa dipakai oleh Paus.

Ditengah prosesi pemilihan Calon Paus yang masih belum selesai. Sebagai The Great Elector adalah Kardinal Moertati. Kemudian terjadi insiden pertengkaran karena kedatangan Kohler dengan Camerlengo. Tetapi, pertengkaran tersebut berakhir pada kematian Kohler karena ditembak oleh Letnan Cartrand yang sebelumnya juga menghabisi pimpinannya sendiri yakni Kapten Roches setelah Camerlengo mencap dada dengan Stempel Iluminati setelah keluar dari tempat perapian yang dihantamkan kedadanya, sehingga menimbulkan luka-bakar dan membara. Sementara suara gaduh itu sempat direkamm semuanya oleh Kohler dengan Kamera kecilnya, dan menjelang detik kematianya diserahkan kepada Langdon dengan Wasiat agar kamera ini disiarkan ke Pers (Media Massa).

Lantas, Roches ditembak oleh Cartrand karena perintah Camerlengo karena telah menuduh Roches Iluminatus. Kemudian drama lainnya juga terjadi ketika ketika sebuah ’Sandi Peta’ terus menjadi teka-teki yang akan dipecahkan oleh Langdon seorang pakar Simbologi yang berpacu dengan waktu dalam hitung mundur terhadap kemungkinan meledaknya Antimateri.

Dalam kepanikan itu, tidak satupun yang mengira dari mana serta siapa – skenario besar ini bermula. Bahkan, Camerlengo tetap dihormati bagaikan Dewa Penyelamat terhadap Vatikan yang tengah diguncang isu peledakan yang dahsyat dengan Teknologi Anti Materi.

Tidak banyak tahu tentang peristiwa itu. Namun demikian, Wartawan dari berbagai penjuru dunia telah meliput serta sekaligus melayangkan beberapa adegan-adegan dalam Drama Pembunuhan Kardidal, sampai dengan proses Pencarian Anti Materi yang dilakukan oleh Camerlengo. Bahkan, sebelumnya Camerlengo seolah mengalami shock atau seperti kerasukan, lantas mendengar Firman Tuhan, yang sekaligus dijawabnya beberapa kali dalam keadaan shock. Berikutnya, sambil berlari menuju ruang yang paling sangat rahasia (necrevio) di bawah tanah yang diiringi oleh Pers, Langdon, dan Vitoria yang tetap mencegah Camerlengo untuk melakukan itu, tetapi Camerlengo pun berkata: ’demi Gereja Vatikan dan Pesan Tuhan yang diterima sampai akhir yang mengejutkan, hingga anti materi yang meresahkan tersebut bisa ditemukan dan dibawa langsung sendiri oleh Camerlengo (Sang Pahlawan/Pemenang)’.

Kemudian, Camerlengo berlari menuju sebuah Helikopter yang pernah membawa Kohler dari Bandara menuju Vatikan. Dan, Petugas yang berjaga diatas Helikopter disuruh mundur oleh Camerlengo, maka Dia sendiri yang menerbangkan Helikopter tersebut.

Ketika Camerlengo melakukan itu, sesaat setelah Langdon ikut melompat naik keatas Helikopter, dan memegang Antimateri tersebut. Dan, perasaan langsung bercampur-aduk ketika cahaya lampu gemerlap menghiasasi Kota Vatikan, dan sorot Kamera Wartawan yang tidak pernah henti dan membanjiri peliputan acara pelantikan Paus di Vatikan.

Sampai dengan ketinggian tertentu hingga pesawat (helikopter) tidak lagi dapat dilihat oleh Mata Kepala Manusia dan Kamera para Wartawan, maka ketika diatas ketinggi tertentu, dan setelah Helikopter diprogram sedemikian rupa yang membuatnya dapat bergerak terus naik dan naik secara otomatis.

Lantas, Camerelngo mengambil Kotak yang berada diatas Kokpit Helikopter, yang mana sepertinya telah disiapkan dan memasukan Anti Materi itu tersebut kedalam Kota. Dan, Camerlengo tanpa berkata banyak, hanya sempat berkata kepada Langdon, ’seharusnya Anda tidak ikut dalam peristiwa ini’.

Lantas, waktu sekejap, kemudian, Camerlengo dengan sigapnya membuka pintu dan langsung melompat ke luar pesawat.

Sementara itu, Langdon yang juga seorang takut dengan ketinggian, kemudian mengambil Terpal dalam hitungan detik yang tidak mungkin lagi – menyelamatkan diri dalam kepanikan dengan mengambil sebuah Terpal di bagian depan pesawat maka berbekal Terpal itu – kemudian, dengan kepasrahan yang tinggi kepada yang maha kuasa dan karena niat yang suci, lalu melompat pada ketinggian ribuan kaki. Dan, sesaat terjadi ledakan Ant Materi di udara bebas, begitu terasa olehnya hingga membuat suhu panas tiba-tiba – peristiwa yang terjadi begitu cepat dari atas gravitasi – juga telah membawanya cepat jatuh kebawah. Dan akhirnya terjatuh ke Sungai Tiber yang tidak berapa jauh dari Rumah Sakit Jiwa.

Dari peristiwa ini ternyata Langson selamat dari maut. Dan, sebelumnya, Camerlengo seperti tengah berada di atas kubah Gereja Vatikan yang mana orang memandangnya seperti pahlwan yang tidak disangka dan dapat melepaskan Vatikan dari krisis berbahaya. Setelah diperintahkan oleh Mortati, bahwa dia harus dimandikan diganti pakaiannya serta diberikan zat morpin anti sakit.

Kemudian berjalan ke arah para Kardinal yang tengah dalam prosesi pemilihan sang Paus. Maka itu, Kardinal tersebut terkagum-kagum dengan kehadiran Camerlengo bagaikan sosok dewa. Dan, sebagian berpikir, mungkinkah Dia yang akan menggantikan Paus?

Sepertinya tidak ada yang akan menolak seandainya Camerlengo yang ikut sebagai peserta pemilihan Calon Paus.

Seketika itu, Camerlenggo masih dalam pengaruh Morfin, tetapi masih dapat mengutarakan kalimat-kalimat aklamasi bagaikan sosok dewa: ’…hari ini telah disaksikan oleh dunia suatu peristiwa dimana Tuhan telah memperlihatkan, bahwa tidak ada dan tidak boleh Iblis berada di Vatikan, dan ditegaskannya hanya melalui dirinya maka Vatikan dapat diselamatkan! Bagaimana mungkin dengan peranan para Kardinal yang sudah tua-tua serta tidak berdaya akan mampu memimpin Vatikan, dan sudah pernahkan kita mengorbankan nyawa untuk kepentingan umat manusia, relakah atau sudahkah terbukti adanya kerelaan kita dalam mempersembahkan nyawa bagi kebaikan orang banyak.

Bahkan, Camerlengo juga menyinggung tentang kelakukan Paus yang pernah kawin, termasuk Biarawati, Pendeta, dan lain sebagainya Dalam kekaguman terhadap dirinya, Camerlengo mengungkapkan tentang kematian Paus, dan memang dia sendiri yang membunuhnya karena Paus dinilai sudah tidak taat perintah Tuhan, sebab, telah berani kawin dengan Biarawati dengan melahirkan anak.

Sementara dalam Kitab Perjanjian tidak seperti itu. Melihat peristiwa yang menegangkan itu, sontak sejenak para Kardnal terdiam dan kemudian Mortati sebagai The Great Elector secara kritis tetap mengatakan, bahwa sesungguhnya Sri Paus itu orang yang sangat dihargai, baik, dan berwibawa. Akantetapi, pernyataan Mortati begitu cepat disela oleh Camerlengo, ’bahwa Paus telah melahirkan Putra.

Maka itu, seiring dengan suasana yang begitu panik dan mencekam, – seraya dan sertamerta Mortati mengatakan, bahwa Anak itu adalah dirimu sendiri (Camerlengo). Mendengar ucapan dari Mortati, lantas membuat Camerlengo jatuh pingsan, dan akhirnya berlari sambil menahan rasa malunya yang tak tertahankan lagi, sehingga akhirnya membakar diri dengan minyak lampu yang selalu hidup di Vatikan yang berakhir menjadi Abu. Abu itu, lantas dimasukan ke salah-satu Guci yang mana oleh Mortati, setelah peristiwa itu – menaruh Abu tersebut di dalam Jubah Sri Paus yang telah Wafat tersebut. Sepintas pandang orang tidak mudah melihatnya.

Akhirnya babak dramatis berlalu dengan haru-biru, sehingga Mortati secara aklamasi terpilih menjadi Paus, walaupun secara tidak resmi Camerlengo menjadi Paus beberapa menit saja.

Dan, sekilas soal Vitoria yang juga seorang Pesenam Yoga dan hobi meneliti Biota Laut. Masa kecil banyak bertanya soal hukum alam, utamanya terkait ilmu fisika, bahkan pernah mempertanyakan kenapa hujan jatuh ke bumi, pada saat ia bermain pada waktu hujan.

Sedangkan, Leonardo Vetra seorang Pendeta sekaligus Guru Ilmu Fisika memberikan jawaban, sehingga akhirnya Vitoria menjadi anak pungut Leonardo Vetra karena kecerdasanya itu.

Disisi lain, Langdon selanjutnya memecahkan berbagai teka-teki tentang skenario Ilmunitati dalam menutupi niat jahat dari Camrlengo terhadap Vatikan. Sebuah babak baru dimana Gereja telah salah langkah karena pernah membuhnuh manusia yang tercerahkan (para Ilmuan).

Padahal dengan Ilmuniati menjadi Simbol Perlawanan Orang Yang Tercerahkan Terhadap Pihak Gereja, dalam hal ini. Secara kebetulan sentimen itu sangat dibutuhkan oleh Camrlengo yang berkeinginan sekali menguasai Vatikan. Ternyata Rencana Busuk (Terselubung) itupun berakhir dengan peristiwa yang sangat tragis.

Bahkan, perpustakaan yang tersembunyi sekalipun berhasil diakses oleh seorang asing yang merupakan pakar tentang Iluminati. Lantas, dibiarkan mengobrak-abrik isi perpustakaan di Vatikan, sehingga menemukan berbagai Naskah Asli Kuno yang masih menjadi perdebatan jutaan manusia yang ingin tahu tentang Misteri Peradaban dan Eksistensi Gereja serta segi Keagamaan lainnya di seantero dunia.

Kebenaran Akan Menang, Kebatilan Akan Hancur

Meskipun berbeda dalam tingkat penghayatan dan pendalaman tentang kandungan intisari pesan yang disampaikan dalam Novel: Angel dan Demons, karangan Dan Brown, namun kehadirannya telah mampu mengungkap misteri dialektika kehidupan dengan kekuatan penelusuran, riset, intuisi, dan penguasaan makna tentang nilai kearifan dalam kehidupan manusia yang penuh logika serta imajinatif.

Meskipun jutaan orang di berbagai penjuru dunia telah mencoba menggali dan menapaki setiap sudut ungkapan peristiwa demi peristiwa serta membuka berbagai kunci rahasia kehidupan yang penuh misteri masa depan. Bagi manusia hal itu dianggap sebagai misteri karena keterbatasan pemahaman rasio dan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dicapai hingga detik ini masih terbatas dan tidak sempurna.

Namun, melalui tulisannya Dan Brown di dalam Novel tersebut banyak hal yang dapat dijadikan kerangka pelajaran dan analisis tentang makna pergerakan peradaban manusia dalam skema konspirasi untuk mencapai tananan tertentu. Maka itu, segala perbuatan manusia hanya sebagai bentuk kreasi yang pada akhirnya akan menyadari bahwa kebenaran Tuhan jugalah yang terbantahkan dan yang sesungguhnya sebagai pencipta harmoni alam semesta. Sedangkan manusia dengan segala peradaban yang ditemukannya dan dikreasikannya hanya bersifat temporer dan bahkan hanya menuju kehampaan tanpa akhir yang cenderung catastrophic (kehancuran).

Ternyata begitu kontrasnya preskripsi ilmu dan catatan kesejarahan (historical records) dalam mengungkap segala sesuatu kebenaran yang meskipun dengan kekuatan pisau imajinatif. Karena pada akhirnya imajinasi tersebut kalau tidak terkendali akan memakan kesadaran manusia itu sendiri sebagai makhluk yang benar-benar terbatas, dan tidak kekal/abadi.

Preskripsi tentang perkembangan sejarah manusia dengan segala peradaban yang berpadu dengan pamahaman maupun nuansa wawasan yang sangat luas tentang relegius, teknologi, konflik, intuisi, linguistik/semantik, dan berbagai perpaduan ilmu pengetahuan.

Semua itu menjadi elemen penting untuk membuka sejuta tabir misteri kehidupan, peradaban, dan penelusuran misteri alam semesta dengan segala keterbatasannya. Teori Konspirasi Versus Kemapanan Betapa konspirasi menjadi hal yang paling dipilih dan dibutuhkan oleh pihak-pihak yang secara progresif memperjuangkan suatu tujuan dan motif yang anti kemapanan. Karena menurut anggapannya bahwa setiap kondisi yang mapan maka akan sangat sulit untuk menentukan reposisi pada setiap jenjang perubahan dengan segala peluang dan tantangan yang akan dituntaskan untuk suatu tujuan yang diinginkan. Kondisi mapan dinilai terlalu banyak menuai pertanyaan atau bahkan mengundang pertanyaan lebih banyak bagi kaum dan atau orang yang berambisi untuk menduduki posisi dalam suatu tatanan kehidupan tertentu attau mencapai kepentingan tertentu.

Setiap konspirasi selalu saja akan mendatangkan banyak korban. Korban jiwa dan harta benda serta martabat, harga diri maupun moral. Pengorbanan tersebut merupakan bentuk antitesa dari perlawanan konspirasi terhadap anti-konspirasi. Pertempuran kekuatan tersebut nantinya akan membuahkan atau melahirkan kekuatan baru sebagai pemenang (the winner).

Persoalannya adalah bagaimana tingkah-laku dan kemampuan intelektual yang bekerja untuk suatu tujuan dalam konspirasi tersebut. Meskipun digerakan dengan preskripsi ilmu sejarah, tentunya juga ditopang oleh teknologi mutakhir. Teknologi yang ternyata dapat merubah peta politik dunia. Teknologi yang berorientasi bagi kepentingan perang, teknologi industri, teknologi konstruksi, kimia, elektrikal, kinetik, dan seterusnya. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tanpa dikelola dengan tatanan hukum yang baik akan berpeluang menjadi konstruksi nilai yang diinginkan. Apakah yang diinginkan suatu tujuan sepihak dan tujuan lainnya yang bersifat hegemonik.

Dalam kisah kehidupan dan peradaban yang cukup panjang dan berliku ini telah terajut dalam suatu kombinasi estetika perjuangan manusia dalam meraih ornamentik peradaban yang menginspirasi dan regenerasi dari waktu ke waktu. Maka itu, terhadap penekanan atas konstruksi nilai yang berfungsi sebagai bentuk pengaturan hukum oleh masyarakat. Tak terkecuali, menurut hukum menjadi simbol pemersatu bagi manusia dalam mengembangkan peradaban dalam tujuan berkelompok, suku, beragama, berbangsa, dan bernegara.

Hukum mestinya dapat membuka isolasi manusia dengan kemampuannya yang menggugah dan menggelitik rasionalitas segenap entitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Alur perubahan peta politik dan penempatan momentum politik tepat pada titik-titik sensitif emosional kehidupan yang konkret. Sehingga dipertemukannya peradaban yang berbeda ke dalam satu kesatuan sebagai tujuan yang sesungguhnya.

Keampuhan preskripsi keilmuan sejarah telah membuktikan dalam setiap perubahan sejarah dalam etape pembangunan suatu negara. Sejarah menjadi suatu kronik yang terjadi sebagai rentetan perubahan yang saling kait-mengkait. Sehingga dari dasar pemikiran ini juga maka suatu fenomena sosial-politik merupakan sebuah konstruksi yang dinamis. Keyakinan itu yang mungkin dijadikan dasar logika berfikir bagi pihak yang cenderung bersikap konspiratif.

Sejarah suatu bangsa menjadi kumpulan peristiwa, bahasa, simbol, konstruksi, dan karakteristik tertentu yang membentuk kronik riwayat serta berbagai peristiwa yang dialami oleh suatu bangsa. Maka itu, mungkin yang juga pernah diungkapkan oleh Sang Proklamator Indonesia, Bung Karno: jangan lupakan sejarah.

Berbagai simbol kebangsaan telah menjadi runtutan kronik sejarah. Sehingga berdasarkan simbol tersebut, maka diharapkan akan ada kemampuan pengertian tentang ontologi tentang konstruksi sejarah sebagai bangsa. Simbol yang dapat mengarahkan kesadaran sikap pandang warga bangsa agar dapat membaca tujuan akhir dari Simbol kebangsaan tersebut, dan supremasi suatu Simbol. Berbagai Simbol, termasuk soal keagamaan, sosial, budaya, ekonomi, dan hankam yang kemudian mempengaruhi tingkat pemahaman tentang berbagai dinamika kemanusiaan yang terhimpun untuk suatu masa/kurun waktu tertentu.

Emosionalitas Versus Rasionalitas

Terkadang yang cukup berbahaya adalah ketika dalam skema kepemimpinan telahterkontaminasi oleh kondisi traumatik-psikis, sehingga berpengaruh besar dalam perjalanan kepemimpinan tersebut. Sejarawan yang jenius, selalu dibutuhkan dalam setiap proses pembangunan suatu bangsa. Pertarungan psikologis dalam politik berbangsa dan bernegara telah menimbulkan perubahan dalam melahirkan berbagai peradaban apalagi traumatik psikologis yang mewarnai keputusan dan kebijakan (decisions and policies).

Padahal menurutnya, melalui orang yang tercerahkan dengan ilmu pengetahuan dapat melakukan perubahan yang menjanjikan. Terkadang hal itu juga seringkali terjadi melalui proses pelibatan elemen bawah tanah yang tidak tahu juntrungnya. Seperti bangkitnya pergerakan masa lalu yang masih menghantui masyarakat. Kekuatan simbolik itu biasanya efektif untuk mencari popularitas gerakan yang baru menuju pencapaian agenda kelompoknya.

Lantas dikembangkan dengan isu kemiskinan, kelangkaan pangan dan energi, bencana alam yang dahsyat, SARA, teknologi tinggi yang menjadi temuan, harapan masyarakat, jingo nasionalisme, dan lain sebagainya. Dan, terjadinya pertentangan moral, ekonomi, sosial, politik, pertahanan, dan keamanan, karena perkembangan peradaban yang membungkus kepentingan tertentu dalam mencapai hegemoni maka kejahatan terselubung seringkali menjadi pilihan yang dinilai efektif.

Atasnama suatu kelompok yang telah lama dimusnahkan dan terkubur dalam bingkai sejarah, kemudian mulai muncul kembali? Adalah cara membangkitkan sentimen terhadap ketidaksukaan padahal untuk menyikapi ini maka pencerahan dan pengetahuan masyarakat akan dapat mengalahkan perkembangan pemahaman konservatif yang dibangun tersebut.

Setelah berbagai proses faith accomply, pembusukan, kontra, pembunuhan karakter, dan lain sebagainya, maka akan dilanjutkan dengan mengacaukan proses suksesi atau tatanan kepemimpinan pada suatu negara. Padahal, teka-teki itu dapat dijawab dengan berbagai fakta sejarah yang digali dengan pisau analisis sejarah.

Peranan media massa yang ikut menentukan perjalanan suatu suksesi kepemimpinan tetap mendapat andil selain dari sejarawan juga yang tidak kalah pentingnya adalah wartawan atau dunia pers. Dengan membangkitkan suatu agenda setting dalam wacana, analisis, yang tertuang dalam bentuk brain washing. Sehingga ada yang menjadi penyelamat dan atau sebagai pahlawan dan ada yang dikerdilkan atau dilemahkan dan bahkan ditiadakan.

Perjalanan kehidupan nasional juga sebagai gambaran dari dialektika rohaniah/psikologis, maka itu peradaban suatu bangsa adalah gambaran dari kondisi psikologis dari warga bangsa tersebut. Sejarah seringkali berputar-balik, orang-orang yang berfikiran cerdas seringkali terbuang dari arena peradaban berbangsa dan bernegara, alam selalu berubah sesuai ketentuan sang pencipta, para pemimpin datang dan pergi, serta karya manusia terkadang mulai usang, dan ada yang bertumbuh silih-berganti.

Baiknya suatu bangsa tentunya ditentukan oleh baiknya kondisi psikologis bangsa. Bahwa betapa sebuah konspirasi menjadi sangat berbahaya dalam mencapai suatu tujuan. Apalagi tujuan tersebut dikehendaki oleh pihak yang berkarakter traumatik-psikologis. Traumatik sesungguhnya masih dapat dihilangkan dengan melepaskan daya kepemilikan hidup hanya atas dasar niat yang ikhlas dan kerelaan hati.

Preskripsi sejarah (historical prescription) dapat membantu untuk mencapai pencerahan peradaban, manakala segenap ’catatan itu’ harus secara terbuka dimaknai sebagai nilai-nilai luhur yang di dalamnya terkandung pesan konstruktif yang harus dilanjutkan oleh generasi berikutnya demi kemajuan dan kesejahteraan negeri secara jujur, kapabel, transparan, terbuka, tanpa intrik-intrik sepihak, tanpa konspirasi, realistis bukan mimpi personal tetapi mimpi kolektif sebagai anak negeri, menjawab kebutuhan publik ketimbang ambisi pribadi serta kelompok, bijaksana, dan bertanggungjawab. Bersama kita bisa sebagai bangsa dan negara!!!

*Adv. Undrizon, SH., MH, Advokat/Konsultan Hukum pada Undrizon, SH., MH., And Associates Law Office, Jakarta.

**Sumber: Novel berjudul Malaikat dan Iblis (Angels And Demons), karya: Dan Brown. 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com