Bergabungnya Indonesia Dalam BRICS Sejalan Dengan Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)

(Presentasi Di depan Focus Group Discussion membahas tentang Bergabungnya Indonesia Dalam BRICS: Peluang dan Tantangan). Diselengarakan oleh Indonesia Consulting Group (ICG), di Jakarta, Februari 2024.

Saya sepakat dengan para narasumber maupun panel para pakar dalam forum ini. Bahwa meski BRICS merupakan blok kerja sama ekonomi dan perdagangan, namun BRICS juga punya potensi menjadi aliansi politik dan militer juga. Mengingat fakta semakin memanasnya konflik global dua adikuasa AS vs Cina.

Maka itu untuk menjadi dasar pertimbangan Indonesia gabung BRICS, para pengambil keputusan dan para pemangku kepentingan kebijakan luar neger perlu mensyaratkan dua hal :

1. Mengaktualisasikan dan Merevitalisasikan Politik Luar Negeri Bebas Aktif secara imajinatif merespons tantangan dan pergeseran tren global yang berlangsung saat ini.

2. Menjadikan Geopolitik sebagai input proses pengambilan keputusan strategis bidang kebijakan luar negeri. Sehingga kebijakan luar negeri RI benar benar bertumpu pada pengenalan secara komprehensif dan mendalam atas kondisi dan kekuatan geografis negeri kita sendiri. Baik lokasi geografisnya, kondisi fisik lingkungannya mana yang daerah-daerah berbasis pertanian, mana yang daerah pesisir lepas pantai, dan pegunungan. Lalu mampu mengenali keunggulan sumberdaya alam apa saja di masing-masing daerah. Dan yang tak kurang penting, mampu mengenali peta kekuatan sumberdaya manusianya.

Karena setiap daerah berbeda-beda sesuai karakter kolektif masyarakatnya yang dibentuk oleh kondisi fisik lingkungannya itu. Selain mengenali kondisi dan kekuatan geografi kita, komponen lain dari geopolitik adalah mengetahui dan memahami secara strategis konstelasi geografi dunia internasional tidak saja dalam politik dan ekonomi global, melainkan juga tren perubahan perkembangan sosial budaya.

Bahkan kerap tren inilah yang menyebabkan peristiwa tak terduga dan tak bisa diprediksi sebelumnya.

Jadi menurut hemat saya, pentingnya telaah geopolitik sebagai input untuk memutuskan bergabungnya Indonesia dengan otomatis akan sejalan dengan Politik Luar Negeri Bebas Aktif. Yang berarti mengutamakan Kepentingan Nasional RI.

Succes Story para founding fathers pencetus solidaritas Asia-Afrika yang menjelma menjadi Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 dan Gerakan Nonblok Beograd 1961 hendaknya menjadi sumber inspirasi sekaligus pedoman dalam merespons tantangan global dewasa ini.

Sehingga bergabungnya Indonesia ke BRICS benar benar akan menjadi momentum Indonesia kembali jadi pemain sentral di arena global maupun regional.

Dengan demikian bergabungnya Indonesia sebagai anggota baru BRICS justru akan semakin meningkatkan pamornya di kalangan negara-negara ASEAN yang notabene merupakan negara-negara yang sekawasan dengan Indonesia, Asia Tenggara.

Bahkan dengan bergabungnya Indonesia pada 2024 sebagai negara pertama di ASEAN, Indonesia berpotensi memainkan kekuatan penyeimbang di tengah menajamnya konflik global di pelbagai kawasan antara AS dan Uni Eropa vs Cina dan Rusia.

Bukankah India yang notabene merupakan anggota Common Wealth negara-negara eks koloni Inggris dan bergabung dalam persekutuan militer empat negara/QUAD juga bergabung dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO) dan BRICS yang diprakarsai Cina dan Rusia?

Pada intinya, Politik Luar Negeri Bebas-Aktif itu bukan neither nor. Bukan tidak ke sini atau ke sana. Bebas Aktif itu either or artinya bisa ke sini juga bisa ke sana namun atas dasar skema dan strategi nasional kita sendiri.

Maka itu politik luar negeri Bebas-Aktif itu sebagai gerakan ia pro aktif. Sebagai kebijakan ia konstruktif. Sebagai gerakan ia tahu apa kondisi dan konstelasi global yang dihadapi saat ini sehingga punya visi dan misi. Sebagai kebijakan strategis bidang luar negeri yang konstruktif berarti akan dengan sendirinya mampu menggambarkan secara imajinatif seperti apa peran unik dan khas Indonesia di arena global maupun regiona sesuai kekuatan geografi kita baik kondisi geografis sosialnya maupun kondisi geografis alamiahnya. Tak terkecuali dalam menetapkan peran aktif kita dalam BRICS pada 2024 mendatang.

Disusun oleh Tim Redaksi The Global Review

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com