Banyak tuduhan yang diarahkan bahwa merebaknya Coronavirus 2019 ini disebabkan ulah konspirasi Big Pharma agar bisa membuat dan atau memasarkan vaksin.
Tulisan kali ini tidak untuk membela Big Pharma. Namun agar para penganut konspirasi dapat mengevaluasi kembali secara teliti indikatornya sehingga memunculkan landasan penguat teorinya.
Dimaksud pula agar para pembuat teori bisa lebih jeli dalam mengamati dengan berdasar data dan fakta yang dikumpulkan untuk kasus yang ada.
Ini juga bukan berarti bahwa konspirasi ini tidak ada, asalkan dapat dibuktikan pada bangunan fakta dan data yang valid maka ini bisa diterima sebagai suatu kebenaran fakta. Sepanjang tidak ada data valid sebaliknya yang dapat membantah bangun teori yang dikemukakan. Mengapa demikian?
Mari kita bandingkan dengan wabah penyakit lain yang tengah merebak yang hampir bersamaan di dunia tahun 2019 lalu namun kalah pemberitaan dengan pneumonia coronavirus. Penyakit dimaksud adalah penyakit Poliomyelitis yang lazim disebut polio.
Polio adalah penyakit yang sangat menular, yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam.
Virus ini ditularkan oleh orang-ke-orang yang menyebar terutama melalui rute faecal-oral atau, namun jarang sekali, oleh fasilitas umum (misalnya, air atau makanan yang terkontaminasi) dan berkembang biak di usus.
Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada tungkai. Polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Pencegahan
Hingga hari ini tidak ada obat untuk obati polio, Penyakit ini hanya bisa dicegah melalui pemberian vaksin. Vaksin polio, diberikan beberapa kali, dapat melindungi anak seumur hidup.
Pencegahan yang dilakukan dengan cara vaksinasi global baik cara oral/tetes (OPV) ataupun disuntik (IPV). Hasilnya lebih dari 18 juta orang yang seharusnya lumpuh dapat berjalan hari ini.
Diperkirakan 1,5 juta kematian anak-anak telah dicegah, melalui administrasi vitamin A yang sistematis selama kegiatan imunisasi polio.
Pada tahun 1994, Wilayah WHO di Amerika disertifikasi bebas polio, diikuti oleh Wilayah Pasifik Barat WHO pada tahun 2000 dan Wilayah Eropa WHO pada Juni 2002.
Pada 27 Maret 2014, Wilayah Asia Tenggara WHO disertifikasi bebas polio, yang berarti bahwa penularan virus polio liar telah terputus di blok 11 negara ini yang membentang dari Indonesia ke India. Prestasi ini menandai lompatan ke depan yang signifikan dalam pemberantasan global, dengan 80% populasi dunia sekarang tinggal di daerah bebas polio bersertifikat.
Dalam proses pembuatan vaksinnya dan penggunaannya, maka vaksin polio yang ada di dunia saat ini, dibuat dalam dua bentuk vaksin dan digunakan melalui dua cara.
1. Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine)
Oral Poliovirus Vaccine (OPV) merupakan vaksin polio yang berisi virus polio yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated).
2. Vaksin Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine)
Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) merupakan vaksin polio suntik yang berisi virus polio yang sudah tidak aktif dan diberikan dalam bentuk suntikan di bahu atau paha dalam.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perlindungan lapisan usus terhadap virus polio sedikit lebih rendah daripada perlindungan yang didapat dari vaksin polio OPV, tapi perlindungan lapisan kerongkongan terhadap virus polio sama saja dengan vaksinasi polio OPV.
Vaksin polio tetes sebaiknya tidak diberikan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah seperti pada penderita HIV/AIDS, orang yang sedang menjalani kemoterapi dan lain-lain.
Khusus vaksin polio suntik, pemberiannya tidak boleh lewat suntikan intravena, hanya boleh lewat jalur intramuskular dan subkutan.
Fakta kunci yang dikemukakan WHO:
- Polio (poliomielitis) terutama menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.
- Satu dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan yang ireversibel. Di antara mereka yang lumpuh, 5% hingga 10% mati ketika otot-otot pernapasan mereka menjadi tidak bergerak.
- Kasus-kasus akibat virus polio liar telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari sekitar 350.000 kasus, menjadi 33 kasus yang dilaporkan pada tahun 2018.
- Selama satu anak tetap terinfeksi, anak-anak di semua negara berisiko tertular polio. Kegagalan untuk memberantas polio dari benteng yang tersisa ini dapat menghasilkan sebanyak 200.000 kasus baru setiap tahun, dalam 10 tahun, di seluruh dunia.
- Di sebagian besar negara, upaya global telah memperluas kapasitas untuk mengatasi penyakit menular lainnya dengan membangun sistem pengawasan dan imunisasi yang efektif.
Wabah Polio Muncul Kembali
Namun demikian, sejak kurun waktu 2018-2019 lalu virus polio mulai muncul lagi di Asia Tenggara, Pakistan, perbatasan India dan Afrika setelah hilang sejak tahun 1990 an. Berturut turut WHO melaporkan pertama kali polio dilaporkan di Papua Indonesia, kemudian Papua Nugini, Filipina dan Malaysia. Di saat yang hampir bersamaan Pakistan dan India juga melaporkan hal yang sama.
Selanjutnya penyakit polio dilaporkan empat negara Afrika, masing masing Kenya, Mozambik Kongo dan Nigeria.
Ditengarai bahwa selain virus polio dari sebab liar, sebagian dari penderita polio adalah akibat perubahan strain vaksin yang beradaptasi dengan tubuh yang telah diberi vaksin oral.
Indonesia Pembuat Vaksin Polio Oral Terbesar di dunia
Yang perlu diketahui bahwa saat ini Indonesia adalah pembuat vaksin polio oral terbesar di dunia. Vaksin polio oral ini diproduksi Indonesia melalui BUMN-nya PT BIO FARMA (Persero).
Bila mengikuti alur teori konspirasi bahwa wabah virus berkait dengan konspirasi, apakah kemudian para penganut teori ini akan serta merta akan mengatakan hal yang sama bahwa wabah virus polio terbaru yang merebak saat ini adalah konspirasi kesengajaan Big Pharma Indonesia? Atau ada pertarungan senyap di antara Big Pharma satu dengan lainnya?
Jawaban ku sederhana. Ulah gegabah, Ojo kesusu. Jangan terburu-buru sebelum ada data pendukung. Mengapa?
Kunci daripada itu adalah transparansi publik. Big Pharma tidak bisa dituduh sebagai pelaku konspirasi sepanjang mempertahankan transparansi. Sebagaimana direkomendasikan lembaga kesehatan international, baik standar baku mutu, kuantitas dan pelaporan distribusi termasuk pengawasannya secara ketat dan berkala.
Sebaliknya kekosongan informasi publik dan non transparansi menjadikan penguat bangunan teori konspirasi. Inilah yang membedakan secara nyata antara wabah coronavirus 2019 dengan wabah polio 2019.
Ketidaktransparansi Cina dalam Coronavirus untuk membuka data awal, perlakuan tak baik pada whistleblower, dan sikap mengaburkan sumber secara otomatis menjadi data pendukung bahwa Cina melakukan konspirasi.
Apalagi diketahui juga bahwa enam bulan sebelum kejadian yang diakui, Cina sudah lakukan persiapan tanggap darurat kesehatan nasional di dalam negeri. Sementara pada saat awal wabah terjadi di Wuhan, Cina, tanggapan yang dilakukan penguasa China berbeda sama sekali seperti yang dilatih terlebih dahulu.
Di sisi lain ada indikasi Cina ingin menjadi pemimpin kesehatan global ketika kemudian menggunakan penimbunan APD dari seluruh dunia, diplomasi topeng pada wabah sekaligus mempromosikan Program Health Silk Road-nya.
Bagaimana dengan berita adanya penanaman chip pada pengguna vaksin tertentu seperti yang dituduhkan? Dengan membandingkan kejadian pemberian chip pada hewan, maka bisa jadi ini suatu langkah untuk mendeteksi perjalanan dan persebaran virus di masa datang, agar bisa ditangkal sedini mungkin. Termasuk didalamnya deteksi atas potensi kegagalan atau keberhasilan dari para pengguna vaksin yang direkomendasikan.
Produsen Vaksin Polio Terbesar di Dunia
Bila dibandingkan dengan PT Bio Farma (Persero ) yang merupakan BUMN Indonesia satu satunya yang memproduksi vaksin polio maka kondisinya berbeda sama sekali.
Vaksin oral polio yang diproduksi Indonesia, dari segi teknisnya mengikuti standar kualitas kesehatan internasional yang diberlakukan secara ketat. Artinya semua pihak yang mencurigai dan punya wewenang bisa langsung melihat proses pembuatannya, Demikian pula kejelasan dan standar pengamanan saat distribusi nya
Dan Indonesia adalah penyedia kebutuhan vaksin polio untuk dua per tiga kebutuhan dunia, termasuk negara negara Islam yang tergabung dalam OKI. Vaksin Polio Oral Trivalen demikian nama produknya.
Secara jelas disebutkan sumber bahan bakunya yaitu ginjal monyet ekor panjang yang berada dalam atau dikondisikan pada kondisi tertentu dan dalam pengawasan agar mempehuhi standar kualitas.
Secara umum gambaran beberapa tahapan dalam proses pembuatan Vaksin Polio adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan media dengan pengambilan bibit vaksin terbaik, agar jumlahnya memenuhi kebutuhan pembuatan vaksin.
2. Inokulasi dan kultivasi. Penanaman virus/bakteri pada suhu yang sudah dimurnikan.
3. Proses memanen virus dan bakteri yang ditanam pd media dlm jumlah tertentu.
4. Inaktivasi yaitu melakukan pelemahan/inaktivasi virus atau bakteri.
5. Pemurnian virus /bakteri sudah tumbuh,proses ini untuk mengilangkan zat-zat yang tidak relevan dengan produk vaksin.
6. Formulasi. Memformulasi bulk vaksin yang telah dimurnikan dengan zat-zat tambahan
7. Produk Final. Melakukan pengisian vaksin ke dalam kemasan
8. Pemasangan label pada kemasan vaksin.
Kesemuanya dilakukan dengan standar ketat Internasional dan Pengawasan secara berkala, termasuk stok kadaluwarsa.
Sekali lagi sepanjang Big Pharma bisa mempertahankan transparansi maka tidak ada alasan sama sekali untuk menuduh Big Pharma tertentu melakukan konspirasi.
Bahkan munculnya wabah terbaru ditengarai karena perubahan strain virus akibat vaksinasi polio oral pun dapat dijelaskan bahwa kemungkinan itu akan terjadi, namun untuk spesifik orang kondisi tertentu dan tidak berlaku umum, termasuk tidak rutinnya pemberian aksin polio. Inilah sebabnya bisa dijelaskan secara gamblang mengapa kondisi ini bisa terjadi dan bagaimana mengantisipasinya.
Dalam perkembangan terbaru untuk meminimalisir dampak sekarang tengah pula dikembangkan Vaksin Polio suntik (IPV) sebagai alternative. Ini disebabkan dalam beberapa penelitian ilmiah di Italia, kombinasi dari vaksin oral dan suntik mempunyai efek pencegahan yang jauh lebih baik.
Sekian
Sumber bacaan:
Circulating vaccine-derived poliovirus type 1 – Indonesia
Polio outbreak in Papua New Guinea
https://www.who.int/…/…/27-february-2019-polio-indonesia/en/
https://www.who.int/…/…/papua-new-guinea-poliovirus-outbreak
https://www.afro.who.int/…/three-african-countries-halt-pol…
https://www.who.int/…/emergencies/polio-outbreak-in-malaysia
https://www.who.int/…/eme…/polio-outbreak-in-the-philippines
http://www.biofarma.co.id/bio-farma-ekspor-perdana-produk-…/
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/…/indonesia-papua-new-gu…/
https://ekonomi.bisnis.com/…/industri-vaksin-indonesia-jadi…
https://www.wartaekonomi.co.id/…/who-unicef-gandeng-bio-far…
https://republika.co.id/…/bio-farma-ekspor-vaksin-polio-34-…
https://www.wartaekonomi.co.id/…/ekspor-vaksin-indonesia-ke…
http://www.bumn.go.id/…/0-WHO-Sokong-Kemandirian-Vaksin-Neg…
https://parenting.orami.co.id/…/imunisasi-polio-tetes-dan-…/
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/polio/public/index.html
https://vaccine-safety-training.org/polio-vaccine-example.h…
https://in.vaccine-safety-training.org/polio-vaccine-exampl…
https://www.who.int/biologicals/areas/vaccines/polio/opv/en/
https://www.who.int/biologicals/areas/vaccines/polio/ipv/en/
https://www.historyofvaccines.org/timeline/polio
https://www.biofarma.co.id/…/AR_BIO_OJK_ARA_JUL24-final_-Ca…
https://www.beritasatu.com/…/indonesia-pemasok-vaksin-polio…
http://www.bumn.go.id/biofarma/berita/279
https://www.wartaekonomi.co.id/…/who-unicef-gandeng-bio-far…
Kajian Ginjal Monyet Ekor Panjang Sebagai Bahan Baku Vaksin Polio Oral Trivalen di PT Bio Farma (Persero) Bandung
https://repository.ipb.ac.id/…/73…/8/bab%201_%202002mah5.pdf
Eradikasi polio-dan-ipv inactivated polio
https://media.neliti.com/…/153857-ID-eradikasi-polio-dan-ip…
https://farmasetika.com/…/tahapan-proses-produksi-vaksin-d…/
https://kebijakankesehatanindonesia.net/…/2736-vaksin-polio…
https://www.infectioncontroltoday.com/…/anti-vaccine-conspi…
Adi Ketu, Pengiat Sosial Media dan Peminat Isu Global