Bocoran Wikileaks Tentang Anatomi Pemerintahan SBY, Penyesatan Informasi ala Dokumen Gilchrist?

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Wikileaks merilis bocoran terbaru kawat-kawat berita dari pos Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Isinya menyangkut pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kedua dan prediksi persaingan kepemimpinan nasional tahun 2014.  Yang harus kita cermati, ini bocoran sesungguhnya, atau jangan jangan sebuah dis-Informasi yang sengaja disebarluaskan dengan menerapkan model bocoran ala Dokumen Gilchrist pada 1964-1965.

Sebab jika kita membaca modus operandi dari Bocoran Wikileaks ini, sepertinya sangat mirip dengan ketika Inggris secara terencana menyebarkan Dokumen Gilchrist.

Inilah yang terungkap ketika Wikileaks membocorkan dokumen kawat-kawat berita bertanggal 23 Oktober 2009 terkait anatomi pemerintahan Presiden SBY. Dokumen itu berisi penilaian Duta Besar AS, Cameron Hume, tentang susunan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II.

Duta Besar Hume, megirimkan berita ke Washington, bahwa ada sejumlah anggota kabinet pemerintahan SBY yang dapat menjadi sekutu potensial AS. Mereka menempati pos-pos kementerian yang strategis.

Untuk pos kementerian ekonomi, ada nama-nama seperti Sri Mulyani Indrawati yang menjabat Menteri Keuangan, Mari Elka Pangestu pada pos Menteri Perdagangan, kemudian MS Hidayat yang mengisi pos Menteri Perindustrian. Ketiga nama ini dalam penilaian Hume, disambut baik oleh para pebisnis.

Tidak ketinggalan, nama Hatta Rajasa juga dilaporkan. Ketua Umum PAN yang menjabat Menteri Koordinator Perekonomian ini disebutkan sebagai sekutu kuat SBY walau dianggap tidak punya jejak rekam untuk reformasi ekonomi.

Dipilihnya Menteri Kesehatan yang baru, Dr Endang Rahayu Sedyaningsih, sangat sesuai dengan keinginan AS. Hume menyebutnya sebagai pertanda baik. Menteri Kesehatan yang baru, dikatakan dekat dengan USAID.

Pos kementerian lain yang disebut, adalah lingkungan hidup. Menteri Lingkungan Hidup yang berasal dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Kalimantan Selatan ini disebut sebagai ‘akademisi yang dihormati’.

Kementerian Politik Hukum dan Keamanan sebagai bidang penting pemerintahan, juga ditempati nama yang disukai AS. Laporan Kedubes AS menyebut Djoko Suyanto yang merupakan alumni pelatihan di Nellis Air Force Base sebagai sebagai tokoh kunci yang harus dipegang.

Purnomo Yusgiantoro, yang menjabat Menteri Pertahanan dalam kabinet Indonesia Bersatu II, juga mendapat apresiasi positif dari AS. Dilaporkan dalam kawat berita Dubes Cameron, bahwa Purnomo telah bekerja dengan Pemerintah AS dahulu untuk masalah kontraterorisme, energi dan lainnya.

Menteri yang paling penting disebut dalam pemerintahan kedua SBY ini, adalah Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa. Kedutaan Besar AS Jakarta meminta Washington memberi perlakuan khusus agar Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menelepon Marty dan memberi ucapan selamat.

Menilai sejumlah menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid II tersebut, Kedutaan Besar Amerika Serikat memberikan kesimpulan yang optimistis. Hal ini terlihat dari judul kawat berita yang dilaporkan ke Washington, “Sekutu yang menjanjikan untuk kemitraan komprehensif dalam kabinet baru Indonesia”.

Kalau melihat komposisi kabinet yang dinilai positif oleh AS, maka Hatta Rajasa, Menko Ekonomi, Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan, merupakan orang orang dekat mantan Menko Ekonomi Ginandjar Kartasasmita. Sedangkan Menko Polkam Joko Suyantol, karena afiliasinya dengan Korps TNI Angkatan Udara, maka masih dalam orbit pengaruh dan kendali Klan Kartasasmita.

Adapun Marie Pangestu, wajar dinilai pro Amerika, karena afiliasi politiknya dengan CSIS dan kubu Prasetya Mulya. Sebuah klan bisnis Cina yang menginduk pada Liem Sioe Liong, Sofyan/Yusuf Wanandi/JIMBARAN GRUP, serta mantan Panglima TNI Jenderal Benny Murdani yang pernah dibina CIA.

Yang menarik di balik bocoran Wikileaks tersebut adalah, apa yang sedang dan hendak digarap oleh para operator-operator CIA di Indonesia sepanjang tahun 2012 ini?

Dalam diskusi terbatas di Global Future Institute, Arief Pranoto punya satu teori yang cukup menarik. Bahwa sebagaimana peristiwa di Jalur Sutra (Tunisia, Yaman, Mesir dll) bocoran Wikileaks bisa bermakna dan mengisyaratkan bahwa sedang digarap “agenda khusus” untuk negara yang ditaburi bocoran.

Ini permulaan, baru sebatas jab-jab ringan! Kita tunggu saja, apakah ada long hook, atau upper cut seperti “Musim Semi Arab” yang membuat Ben Ali, Abdullah dan Mobarak lengser?

Masuk akal juga. Karena dari beberapa informasi yang berhasil diserap Global Future Institute dari sumber-sumber kalangan media massa, Presiden Barrack Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton akan berusaha memberi dukungan penuh terhadap berbagai elemen masyarakat yang bermaksud melengserkan SBY.

Bisa jadi, bocoran Wikileaks, seperti halnya dengan bocoran Dokumen Gilchrist pada 1964 yang seakan merupakan bocoran dari surat-menyurat antara Dubes AS dan Dubes Inggris, pada perkembangannya telah mengentalkan adanya pembelahan antara para perwira militer Pro Amerika dan para Perwira yang seakan berhaluan Komunis.

Padahal, bocoran Dokumen Gilchrist tersebut sejatinya merupakan Dis-informasi yang sengaja disebar-luaskan, yang bertujuan mengkristalkan polarisasi antara kelompok pro Amerika versus kelompok pro komunis. Yang kemudian berhasil memprovokasi PKI untuk bergerak mendahului Angkatan Darat. Sehingga akhirnya terjebak dalam perangkap CIA, yang tujuan sebenarnya justru untuk menggulingkan Presiden Sukarno.

Apakah modus operandi pada 1965 tersebut akan coba diterapkan kembali dengan tujuan yang kurang lebih sama? Kita tunggu pagelaran selanjutnya.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com