Buku Petualangan Seorang Pendekar Jepang

Bagikan artikel ini

Pengarang : Travis Heerman

PADA tahun 1960-an dan 1970-an, komik mengalami masa kejayaan di Indonesia. Sejumlah komikus menghasilkan pelbagai cerita yang menarik minat masyarakat. Para pendekar dari dunia imajinasi pun menjadi panutan orang-orang di dunia nyata. Sosok mereka—sebut saja misalnya Si Buta dari Goa Hantu, Panji Tengkorak, Pendekar Bambu Kuning, Si Pitung, dan Jaka Sembung—menjadi legenda.

Ada sejumlah kesamaan antara Si Buta, Panji Tengkorak, dan lain-lain itu, yakni mereka jago silat (dengan senjata tongkat, pedang, bambu kuning, atau tangan kosong) dan memiliki sikap gagah berani (senang membela yang lemah). Mereka membasmi para penjahat dan melawan penguasa atau penjajah yang menyengsarakan rakyat. Karena itu, mereka adalah pahlawan, terutama bagi orang-orang tertindas.

Sosok ronin (atau roshi) di Jepang mirip dengan pendekar di Indonesia. Bedanya, ronin adalah sosok nyata dan tercatat dalam sejarah, sedangkan pendekar sosok mitos meskipun sejumlah nama selalu dikaitkan dengan daerah tertentu, misalnya Si Pitung di Jakarta utara dan Jaka Sembung di Cirebon.

Kemiripan dengan pendekar itulah yang saya rasakan ketika membaca novel Tales of the Ronin, Jiwa Samurai Tak Bertuan. Ronin memang sebutan untuk samurai yang kehilangan atau terpisah dari tuannya di zaman feodal Jepang (1185-1868). Samurai menjadi kehilangan tuannya akibat hak atas wilayah kekuasaan sang tuan dicabut oleh pemerintah. Samurai yang tidak lagi memiliki tuan tidak bisa lagi disebut sebagai samurai karena samurai adalah “pelayan” bagi sang tuan.

Dalam budaya populer, ronin didramatisasi sebagai samurai tak bertuan, hidup tak terikat pada tuan (daimyo) dan mengabdikan hidup dengan mengembara mencari jalan samurai yang sejati. Di zaman Jepang kuno, ronin berarti orang yang terdaftar (memiliki koseki) sebagai penduduk di suatu tempat, tapi hidup mengembara di wilayah lain sehingga dikenal juga dengan sebutan furo (pengembara). Kerap kali, ronin menjadi beban masyarakat karena miskin dan tanpa pekerjaan.

Tales of the Ronin adalah buku pertama dari Ronin Trilogy karya Travis Heerman, bercerita tentang ronin muda bernama Ken’ishi pada zaman kekuasaan Shogun Minamoto. Tak lama setelah “turun gunung”, ia langsung menemui persoalan pelik karena membunuh seorang samurai. Ia pun langsung menjadi buron.

Dalam pelariannya, Ken’ishi melihat Kazuko, putri seorang bangsawan, bersama pasukan samurainya yang sedang diserang oleh sekawanan bandit dan Hakamadare—sosok oni (semacam siluman jahat) yang telah menyebar teror. Ken’ishi berhasil membunuh Hakamadare dan menyelamatkan Kazuko, tetapi permasalahan menjadi semakin rumit. Keduanya saling jatuh cinta, tapi tidak mungkin seorang putri bangsawan menikah dengan seorang ronin. Dari situlah kisahnya dimulai.

Kisah menjadi makin menarik karena melibatkan juga kedatangan pasukan Mongol di bawah Kubilai Khan, yang berencana menginvasi Jepang. Buku ini menjadi contoh tipikal kisah kepahlawanan yang penuh dengan intrik, pembalasan dendam, serta cinta dan pengkhianatan.

Hanya saja, paduan dengan fantasi—misalnya kemampuan Ken’ishi bicara dengan segala jenis binatang dan kemunculan makhluk sejenis siluman—bagi saya agak mengganggu karena bisa merusak sebuah bangunan fiksi sejarah yang apik.

Travis Heerman lahir dan dibesarkan di Nebraska, AS. Ia menulis novel pertamanya pada usia 14. Ia lulus dari University of Nebraska sebagai insinyur listrik, tapi kemudian memilih menjadi penulis lepas. Selama beberapa tahun tinggal di Jepang, ia mempelajari sejarah dan budaya setempat. Jadi, meskipun ia berasal dari AS, rasa Jepangnya sangat terasa di buku ini.

Edisi Indonesia buku ini sebenarnya mengalir lancar dan enak dibaca, tapi sayang masih mengandung kekurangan dalam penyuntingan. Cukup banyak salah huruf, keliru bentuk kata, dan kurang tepat memilih kata. Entah mengapa pula, di sampulnya nama Travis Heerman tidak tercantum. (*)

Informasi Penting tentang Buku

Judul Buku: Tales of the Ronin, Jiwa Samurai Tak Bertuan
Pengarang: Travis Heerman
Penerjemah: Fatmawati Djafri
Penerbit: Pustaka Bahtera
Cetakan: Juli 2010
Tebal: 500 halaman
Harga: Rp 69.800

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com