Warisan Buya Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Bagikan artikel ini

Beberapa minggu yang lalu kami membersihkan lemari buku dan memilih buku-buku yang akan disumbangkan ke perpustakaan di kampung kami,

Ada beberapa buku karangan Buya Hamka dan saya kembali membaca novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ini

Dari hasil membaca dengan lebih teliti, saya bisa simpulkan bahwa buku ini mempunyai pesan yang sangat penting, apalagi Buya Hamka adalah tokoh ulama besar kita, maka pastinya beliau menyisipkan pesan yang bermanfaat,

Maka bisa saya lihat bahwa cinta Zainudin dan Hayati adalah bentuk cinta murni yang berasal dari Tuhan, yang tumbuh dalam hati yang bersih, sebagaimana cinta yang murni maka ia akan berhadapan dengan dua musuh bebuyutannya;

Yang pertama adalah Tradisi,

yaitu tradisi yang tidak berakar pada ajaran agama, maka tradisi ini hanya mengikuti nafsu dan ego saja, Zainudin dan Hayati adalah dua anak manusia yang harusnya dilindungi oleh hukum adat yang berjalan sesuai dengan agama, tapi justru mereka dipisahkan oleh tradisi yang entah diciptakan dari mana.

Seperti bid’ah yang merupakan inovasi, kita sampai hari ini sering dihadapkan dengan kebiasaan yang disebut sebagai “tradisi” yang kalau kita tidak mengikutinya maka kita akan dicemooh dan dijauhi oleh semua orang, sering kita dengar : “nanti gak enak sama orang” atau “apa kata orang kalau kita tidak melakukannya?”

Yang kedua adalah Kebaratan, Kebebasan dan Modernisasi.

Cinta Zainudin dan Hayati adalah cinta yang berdasarkan pada keimanan, dan lawannya adalah kebodohan yang dikemas dengan label “modern, maju, barat dan bebas”

Padahal label itu hanya untuk menutupi kebodohan dan keprimitifan ajaran modern yang berasal dari barat, mereka berkata pada Hayati : nanti kamu akan dikurung dirumah saja sampai berdebu, pikiranmu akan tertutup seperti kearab-araban, hidup seperti itu tidak akan bahagia dan tidak akan maju.

Ketika sudah terkena serangan pemikiran Barat itu maka justru yang didapati oleh Zainudin dan Hayati adalah kehancuran dan ketidakbahagiaan.

Saya pikir bahwa novel ini adalah masterpiece dari Buya Hamka, karena kehalusan tata bahasanya dan kisah cinta Zainudin dan Hayati yang dikemas indah seperti kisah cinta Romeo dan Juliet,

Tapi bukan Buya Hamka kalau tidak menyisipkan pesan penting yang masih relevan sampai hari ini,

Yaitu kesucian dan kemurnian hati yang tulus akan selalu berhadapan dengan musuh bebuyutannya yaitu tradisi dan liberalisme.

Inilah warisan dari Buya Hamka untuk kita, selain buku-bukunya dan Tafsir Al Azhar yang sangat indah dan dalam maknanya seluas samudra.

Akhirnya dari semua buku-buku kepunyaan Papa, semua koleksi Buya Hamka yang masih kami simpan di rumah.

Susan Devy, Peminat Sosial-Budaya

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com