CIekusik–Temanggung–Ba’asyir. Ada APa?

Bagikan artikel ini

Erwyn Kurniawan

Dalam rentang waktu yang singkat, kita disuguhkan aksi yang sungguh tak elok: aksi anarkisme terhadap jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Banten dan kerusuhan di Temanggung, Jawa Tengah. Dari berbagai berita yang saya baca, tersedia banyak kejanggalan dari kedua kasus di atas: massa yang terorganisir rapi, ada perekam yang tak terusik, dan lainnya.

Peneliti Setara Institute Ismail Hasani kepada okezone di Jakarta, Jumat (11/2/2011) mengatakan ada pola operasi dan pergerakan massa yang rapi sehingga dapat dipastikan dua kejadian tersebut bukan spontanitas, melainkan by design. Berdasarkan informasi yang didapat Setara, massa datang secara bersama-sama menggunakan bus. Mereka lantas di sebar di hampir setiap gang dalam rentang jarak 1-10 kilometer dari rumah Suparman di Cikeusik.

“Memang banyak kejanggalan, kami agak ragu ormas memiliki kemampuan sedahsyat itu karena yang punya, khususnya kerusuhan di Temanggung, hanya tiga institusi, yaitu Kepolisian, TNI atau BIN,” kata Ismail.

Dugaan tersebut berkelindan dengan kesimpulan yang ada di kepala saya. Sedari awal saya mencium aroma tak sedap dibalik kasus tersebut. Penuh keganjilan. Sarat keanehan. Padat kejanggalan. Saya mensinyalir ada hidden agenda yang diusung oleh kelompok tertentu untuk kesekian kalinya mendiskreditkan umat Islam. Saya kian kuat menduga demikian setelah engeh ternyata satu hari berselang, ada sidang perdana Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di PN Jakarta Selatan.

Cikeusik—Temanggung—Sidang Abu Bakar Ba’asyir adalah satu kesatuan; sebuah isu berkesinambungan; momentum berkelanjutan untuk membentuk opini publik. Bahwa Islam identik dengan kekerasan. Islam adalah agama anarkis. Islam idem ditto dengan teror. Islam = radikalisme. Dan agenda tersembunyi tersebut secara massif disuarakan oleh hampir seluruh media massa (cetak dan elektronik).

Konspirasi

Anda pernah menyaksikan film “Conspiracy Theory”, yang dibintangi Mel Gibson dan Julia Roberts. Film yang dirilis tahun 1997 itu menceritakan tentang seorang maniak teori konspirasi bernama Jerry Fletcher (Mel Gibson) yang bekerja sebagai sopir taksi.

Pria tampan berpenampilan cuek tapi terlihat cerdas tersebut memiliki kekasih bernama Alice Sutton (Julia Roberts) yang bekerja untuk pemerintah. Jerry yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah memiliki teori yang disebutnya Conspiracy Theory atas dugaan pembantaian yang dilakukan oleh beberapa tokoh politikus. Ternyata, tanpa diduga salah satu teori Jerry menjadi kenyataan.

Jerry pun diburu oleh sekelompok orang asing atas suruhan politikus yang terlibat dalam teori konspirasi tersebut. Bahkan Jerry harus dibunuh sebelum teori itu menjadi pusat perhatian masyarakat. Satu-satunya orang yang dapat dipercaya oleh Jerry adalah Alice, wanita yang dicintainya. Namun sayangnya Alice tidak tahu apa yang harus diperbuat karena semua mengandung misteri.

Konspirasi-konspirasi seperti yang digambarkan di dalam film Conspiracy Theory itu memang ada. Bagi orang yang tidak percaya selalu menganggap semua hanya olok-olok, mengada-ada, menyia-nyiakan waktu, kurang kerjaan, dan sebagainya. Goenawan Mohamad misalnya, menilai orang yang selalu berpikiran konspiratif sebaga “malas berpikir”.

Namun, bagi saya, percaya pada konspirasi merupakan “kerajinan berpikir”. Betapa tidak, untuk sampai pada kesimpulan konspirasi atau tidak, kita dituntut untuk rajin membaca berita dan mengolahnya; mengumpulkan data dan fakta; mencermati keganjilan-keganjilan, dan seterusnya. Hanya orang-orang yang “rajin berpikir” yang mau melakukan itu. Dan tak mungkin mereka yang “malas berpikir” melakoninya. Fenomena wikiLeaks yang menghebohkan baru-baru ini, mengkonfirmasi betapa konspirasi sangatlah mungkin terjadi. Ada “invisible hand” dibalik peristiwa-peristiwa yang terjadi. Begitu pula halnya dengan kasus Cikeusik—Temanggung—Abu Bakar Ba’asyir.

Pada titik ini, kita, sebagai umat Islam harus terus merapatkan barisan. Musuh-musuh kita akan terus menggunakan berbagai cara untuk mendiskreditkan Islam dan umatnya. Setelah terorisme, kini mereka memiliki senjata baru untuk melawan kita: Ahmadiyah. Senjata yang setiap saat bisa digunakan saat kita lengah dan terlena. Semoga tak terjadi. Amin. (erwynkurniawan/www.islamedia.web.id)

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com