Pemerintah Cina membuka kembali pintu bagi media asing untuk meliput aktivitas di kamp pendidikan dan pelatihan kejuruan di Daerah Otonomi Xinjiang.
Enam media asing dari Mesir, Turki, Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, dan Sri Lanka mendapatkan kesempatan untuk melakukan peliputan di kamp vokasi di Kota Kashgar yang pesertanya mayoritas dari kalangan etnis minoritas Uighur tersebut.
Sebelumnya, Antara bersama lima kantor berita asing lainnya dari Asia dan Eropa juga mengunjungi tiga kamp vokasi di Kota Kashgar dan Kota Hotan serta bertemu dengan tokoh masyarakat dan keagamaan setempat, sebelum mendapatkan kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Gubernur Xinjiang, Shohrat Zakir, belum lama ini.
Semua media asing tersebut juga mengunjungi gedung pameran dan museum konflik berdarah Xinjiang di Kota Urumqi serta beberapa masjid dan lembaga pendidikan Islam.
Mereka juga berkesempatan mendatangi pabrik garmen di sekitar kamp vokasi yang diproyeksikan menampung para lulusan kamp.
“Xinjiang bukan daerah tertutup. Siapa saja boleh datang,” kata Deputi Direktur Pusat Media Internasional Kementerian Luar Negeri Cina, Liu Chang, kepada Antara di Urumqi, belum lama ini.
Aktivis HAM PBB dan Barat serta senator Amerika Serikat menyoroti keberadaan kamp vokasi karena ada dugaan pelanggaran HAM dalam upaya deradikalisasi dan de-ekstremisasi terhadap etnis Uighur yang mayoritas Muslim itu.
Namun Cina membantah dengan menyatakan kamp yang mengajarkan keterampilan, undang-undang dasar, dan bahasa nasional itu sebagai upaya untuk mendidik dan melatih etnis minoritas Uighur agar siap menghadapi dunia kerja dan bangkit dari kemiskinan.