Critical Review Terhadap Film Dokumenter Insight Papua

Bagikan artikel ini

Otjih Sewandarijatun dan Linda Rahmawati, 

Secara tidak sengaja, penulis menonton film dokumenter bertajuk “Insight Papua” yang ditayangkan pada 14 September 2013 pukul 14.05 – 14.30 Wib disalah satu televisi swasta nasional dengan host bernama Yohana Margaretha. Kemungkinan besar, tayangan Insight Papua ini disiarkan pada hari Sabtu siang tersebut, namun akan lebih baik jika tayangan tersebut disiarkan setiap pukul 04.00 Wib (mengingat di Papua sudah pukul 06.00 Wib, karena audience yang dituju dari pembuatan film ini tampaknya masyarakat Papua, sehingga penayangan pagi hari agar lebih efektif dibandingkan penayangan pada saat siang hari yang notabene di Papua sudah pukul 4 sore tersebut).

Program dokumenter Insight Papua yang ditayangkan pada 14 September 2013 tersebut, memuat tiga isu yakni: pertama, pengembangan pendidikan pelajar berprestasi asal Papua.  Ilustrasi tentang persoalan ketertinggalan pembangunan pendidikan di Papua dan adanya program peningkatan pendidikan untuk pelajar Papua yang diinisiasi oleh Prof.Yohanes Surya dari Yayasan Sure Indonesia, bertempat di Tangerang dan menggunakan metode Gasing (gampang dan mengasyikan) untuk belajar fisika dan matematika.  Para pelajar ini diseleksi dan dikirim oleh pemerintah daerah di Papua guna persiapan untuk mengikuti olimpiade fisika.  Para pelajar Papua juga telah menunjukan prestasinya dalam ajang Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School dengan mempersembahkan 4 medali emas (Kristian Murib/Wamena, Merlin Kogoya/Tolikara, Kohoin Marandey/Sorong Selatan, Ayu Rogi/Waropen), 5 medali perak (Syors Srefle/Sorong Selatan, Natalisa Dori/Waropen, Nikolaus Taote/Mimika, Emon Wakerwa/Tolikara) dan 3 medali perunggu (Alex Wanimbo/Leni Jaya, Boni Logo/Wamena, Ester Aifufu/Sorong Selatan).

Kedua, putra asli Papua berkiprah sebagai tokoh nasional dalam pemerintahan dengan jabatan Menteri Lingkungan Hidup. Ilustrasi tentang kekayaan alam Papua dan masalah pembangunan, terutama lingkungan hidup di Papua, serta kiprah Prof. Balthasar Kambuaya, sosok akademisi yang telah diakui peranan dan kemampuannya pada level nasional dan menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. Prof. Balthasar Kambuaya memiliki visi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia serta pengembangan sumber daya manusia Papua agar disegani, dihormati dan dihargai karena Brain Power. Menurutnya, Papua kaya akan sumber daya alam, tetapi terbelakang, karena itu pendidikan merupakan faktor penting untuk memajukan masyarakat Papua.Pada waktu menjabat sebagai Rektor Uncen, pernah menjalin kerjasama dengan para bupati di Papua untuk memberi kesempatan pada sarjana lulusan Uncen agar ketika kembali ke wilayah masing-masing dapat disertakan dalam membangun daerahnya, terutama sektor pendidikan.

Ketiga, seni sebagai sarana mengungkapkan jatidiri Papua dan politik sebagai cara memperjuangkan pembangunan Papua. Ilustrasi tentang keragaman budaya dan kiprah putra asli Papua, Edo Kondologit untuk mengangkat jatidiri masyarakat Papua melalui kesenian, terutama lagu-lagu. Edo Kondologit juga melihat bahwa persoalan Papua adalah kemiskinan dan ketertinggalan, karena itu sebagai putra asli Papua dirinya merasa perlu untuk memperjuangkan kemajuan Papua baik melalui kesenian maupun terjun ke dunia politik dengan aktif di salah satu partai politik dan menjadi calon legislatif daerah pemilihan Papua.

Evaluasi

Ekspose terhadap keberhasilan putra-putri asli Papua dalam mencapai prestasi di berbagai bidang dan menjadi tokoh ditingkat nasional dapat meningkatkan motivasi dan optimisme masyarakat Papua dalam memajukan SDM dan mengikis inferior kompleks yang uncul akibat persoalan kesenjangan pembangunan.

Ekspose terhadap keberhasilan pelajar asli Papua dalam mencapai prestasi pada olimpiade matematika dan fisika dapat memberi kesan bahwa masyarakat Papua memiliki SDM yang berkualitas dan sejajar dengan lainnya.Ilmu sains terutama matematika dan fisika selama ini diidentikan dengan ilmu yang hanya dapat dimengerti oleh pelajar-pelajar dari kota-kota besar dan status sosial ekonomi yang maju.  Karena itu, pelibatan putra-putri asli Papua dalam program peningkatan pendidikan terutama sains dan prestasi yang telah mereka raih menunjukan bahwa pelajar-pelajar Papua memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan yang memadai dan berhasil menunjukan kualitasnya.

Ekspose atas munculnya sosok Prof. Balthasar Kambuaya, cendekiawan Papua dan sekaligus Menteri Lingkungan Hidup menunjukan bahwa putra asli Papua telah diakui eksistensi dan peranannya dalam berbagai bidang penting, terutama pemerintahan. Hal ini membantah pandangan bahwa Papua seringkali terpinggirkan dalam politik dan pemerintahan.

Ekspose atas kiprah Edo Kondologit sebagai artis dan politisi asal Papua yang berupaya memajukan jatidiri dan pembangunan Papua melalui seni dan perjuangan politik memberi kesan bahwa seni budaya Papua telah mendapat tempat dan diakui sebagai bagian kebudayaan nasional. Selain itu, kiprah Edo Kondologit sebagai putra Papua yang berjuang memajukan Papua melalui politik menunjukan jalur politik dapat menjadi sarana bagi masyarakat Papua untuk memperjuangkan kemajuan pembangunan bagi wilayahnya.

Ekspose prestasi dan keberhasilan tokoh-tokoh asal Papua yang disertai dengan ilustrasi persoalan-persoalan pembangunan Papua seperti kemiskinan dan keterbelakangan di satu sisi dapat membuka kesadaran bahwa ada tanggungjawab bersama masyarakat Papua untuk memajukan daerahnya, tetapi di sisi lain dapat menjadi ironi pembangunan yang mengaffirmasi adanya anggapan bahwa selama ini Papua idak mendapat perhatian dan mengalami diskriminasi pembangunan.

Ekspose keberhasilan putra-putri Papua seringkali dikaitkan dengan berbagai akses dan fasilitas yang didapat dari wilayah yang berada di luar Papua dapat mengaffirmasi adanya pandangan bahwa ada kesenjangan antara Papua dan wilayah lainnya. Isi tayangan yang beragam isu dapat menimbulkan bias interpretasi bagi pemirsa. Tidak fokusnya isu akan mendorong pemirsa memberikan respon yang beragam sesuai dengan field of reference dan term of reference masing-masing.

Saran

Perluuntuk lebih mengekspose capaian-capaian kemajuan pembangunan yang justru berada di wilayah Papua itu sendiri untuk menunjukan bahwa pembangunan Papua berjalan pesat dan tidak tertinggal dengan daerah lain.

Isi tayangan per episode perlu untuk difokuskan pada satu isu, semisal tentang pendidikan, infrastruktur, atau lainnya guna menghindari adanya bias interpretasi.Isu-isu itu dapat dikaitkan dengan aspek-aspek pembangunan yang muaranya adalah membangkitkan nasionalisme dan integrasi masyarakat Papua sebagai bagian dari NKRI.Fokus isu penting untuk membentuk frame bagi persepsi pemirsa dalam memandang persoalan Papua.

*) Penulis adalah Peneliti di Pusat Studi Lingkungan Strategis (PusLingstra), Jakarta dan Associated Researcher di Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com