Amnesti Internasional dalam sebuah pernyataan menjelang sidang Jenewa menuntut penghentian penjualan senjata ke Arab Saudi. Lembaga itu menjelaskan, senjata-senjata tersebut akan digunakan untuk melakukan atau mempermudah kejahatan perang serta berbagai macam pelanggaran HAM. Pada tahun 2015, lebih dari 25 miliar USD senjata telah dijual ke Arab Saudi.
Anna McDonald, ketua lembaga kontrol senjata Oxfam International dalam hal ini mengatakan, “Sejumlah pemerintah seperti Inggris dan Perancis, mempersenjatai Arab Saudi dengan berbagai jenis senjata paling mematikan di dunia, sedang memperlemah komitmen yang ditegakkan untuk mengurangi penderitaan umat manusia, dan ini benar-benar sangat menjijikkan.”
Di belahan dunia Eropa, nyawa ribuan pengungsi dan para pencari suaka yang terjebak di perbatasan Eropa, sedang terancam akibat aksi sepihak dan tidak adil sejumlah engara Eropa. Mereka adalah korban dari perang yang disulut oleh pihak Eropa sendiri.
Di Timur Tengah, rezim Zionis yang mendukung dan pelaksana utama pembentukan kelompok-kelompok teror di wilayah ini, setiap hari semakin meningkatkan kejahatannya terhadap bangsa Palestina. Padahal semua masyarakat dunia mengetahui bahwa Israel adalah pelanggar terbesar HAM, namun lembaga-lembaga pengklaim pendukung HAM Barat tidak melakukan apapun untuk menghentikan kejahatan Israel.
Sementara itu, dengan menggunakan berbagai senjata termasuk senjata nuklir, Amerika Serikat sedang berusaha menciptakan zona aman bagi rezim kriminal dan penjajah Israel. Bahkan Washington tidak pernah absen dalam mendukung politik buas rezim Tel Aviv.
Di sisi lain, negara-negara pengklaim pembela HAM itu sendiri berbohong dan menuding Iran melanggar HAM, dan bahkan menetapkan pelapor khusus HAM untuk Republik Islam. Mereka menyatakan khawatir terhadap vonis mati para penyelundup narkoba yang menjadi ancaman besar bagi masyarakat.
Pada saat yang sama, rapor HAM Amerika Serikat dan Eropa dipenuhi dengan berbagai perilaku rasialis dan anti kemanusiaan, termasuk di penjara Guantanamo, penjara Abu Ghuraib, dan berbagai kejahatan di penjara-penjara rahasia di Eropa, atau perilaku diskriminatif terhadap warga pribumi Kanada.
Rapor hitam tersebut menunjukkan bahwa klaim HAM di Barat hanya manipulasi dan politik lisptik dengan mengangkat slogan-slogan indah dan bernilai seperti kebebasan, demokrasi, dukungan terhadap bangsa-bangsa. Namun pada hakikatnya tidak berisi dan hanya bersifat pengelabuhan opini publik. Jelas bahwa Barat menggunakan HAM sebagai alat. HAM akan dijunjung tinggi jika kepentingan mereka terjamin, dan HAM akan diabaikan ketika kepentingan mereka terancam.
Selama dualisme tersebut ada, kontradiksi dalam masalah HAM dan terorisme tidak akan berakhir serta komitmen dan tanggung jawab nyata Dewan HAM PBB juga akan terlupakan.
Sumber: indonesian.irib.ir
Facebook Comments