Masuknya nelayan Cina di wilayah Natuna bukan sekedar mencari ikan, Namun juga memetakan kondisi lapangan seputaran Natuna. Bukan tak mungkin akan ada pemusatan kekuatan besar Cina di seputaran wilayah itu di masa depan dan memperpanjang klaim mereka dari hanya seputaran wilayah Kepulauan Parcele.
Yang publik jarang ketahui adalah bahwa nelayan Cina bukanlah nelayan pada umumnya. Nelayan Cina adalah tentara laut (milisi maritim) yang menyamarkan atribut kemiliterannya. Mereka berlatih bersama dengan militer resmi Cina termasuk menggunakan senjata api dan menggunakan pola pola komando militer untuk menguasai wilayah laut.
Pelatihan militer para nelayan dapat dilihat di Tanmen Hainan Cina. Juga dapat dilihat bagaimana pembentukan dan pengembangan milisi maritim di Kota Sansha, kota terbaru Tiongkok yang terletak di Pulau Woody salah satu dari pulau pulau buatan yang dibuat diatas terumbu karang Kepulauan Paracel Laut Cina Selatan. Bahkan Kota Sansha saat ini adalah pembela garis depan sejati dari klaim maritim Tiongkok di Laut Cina Selatan(LCS) dan Laut Cina Timur (LCT).
Atribut kemilitran mereka tidak terlihat nyata namun dapat dilihat pada perubahan struktur komando tahun 2018, Nelayan Cina adalah bagian tak terpisahkan dari Angkatan Bersenjata Cina untuk menerapkan strategi kubis (cabbage strategy) di wilayah Laut Cina Selatan dan Timur. Anda dapat mudah melihatnya bila bersedia memperhatikan struktur komando Angkatan Laut Kedua Cina.
Struktur Komando Nelayan Cina tidak lagi berada di bawah China Marine Surveillance (CMS) seperti pada masa pembentukannya terdahulu namun kini berada di bawah komando PLA (People Liberations Army). Ketika nelayan Cina meninggalkan tugas seseorang sebagai anggota Milisi Maritim maka dapat mengakibatkan hukuman atau dalam beberapa kasus penuntutan pidana, menurut Undang Undang Layanan Milter. Tiongkok, yang menetapkan aturan yang mengatur layanan tugas militer aktif, Polisi Bersenjata Rakyat, dan cadangan.
https://www.maritime-executive.com/…/chinas-uniformed-navy-…
Maka itu sudah selayaknya Indonesia tak perlu ragu menerapkan hukum perang bagi semua tindakan nelayan Cina sebagai tindakan permusuhan antarnegara. Mengapa Cina menegaskan kepentingannya dan menolak kalim Indonesia di Natuna?
Ini tak lepas dari kepentingan negara Cina yang diwakili BUMN nya PetroChina untuk mengelola Blok migas East Natuna.yang sudah diserahkan Exxon Mobile ke Pertamina. Dengan mempermainkan kedaulatan Indonesia di Natuna dimaksud sekaligus meningkatkan nilai tawar geopolitik dan geoekonominya.
Alangkah beruntungnya Cina bila bisa menegaskan wilayahnya meliputi Laut Seputaran Natuna dalam bentuk klaim ZEE. Artinya Cina memungkinkan untuk menambang sumber migas di wilyahnya sendiri tanpa mengganggu wilayah Indonesia.
Jadi kepentingan bukan hanya ikan tetapi juga sumur sumur migas di dalam laut seputaran Natuna. Itu juga alasan ada menteri yang keluarkan statement urusan Natuna jangan dibesar besarkan karena akan mengganggu investasi. Pertanyaanku untuk menteri itu: investasi atau invasi ?
Padahal bila Natuna tidak disikapi secara tegas maka kasus Scarborough Soal – LCS di Filiphina yang sekarang didominasi Cina atau kasus Oil Rig Standoff – LCS di lepas pantai Vietnam akan terulang di Natuna. Apakah Indonesia akan biarkan akal maling bin culas Cina dan bersikap baik atas tindakan permusuhan nyata ini? Anda Garuda atau Boneka Panda?
Sekian
Sumber foto:
1.Liputan 6
2.CIMSEC
Adi Ketu, Pengiat Sosial Media