Rusman, Peneliti Senior Global Future Institute (GFI)
Halimah Yacob saat ini menjadi sorotan publik, baik dalam maupun luar Singapura. Halimah terpilih menjadi presiden wanita pertama Singapura Senin (11/9/2017), setelah dia menjadi satu-satunya bakal calon presiden yang lolos oleh Komite Pemilihan Presiden. Lantas, siapa sebenarnya sosok presiden Singapura ke delapan ini?
Halimah bin Tacob yang lahir di Singapura pada 23 Agustus 1954 ini adalah seorang politikus Singapura. Halimah terakhir dari ayah keturunan India dan ibu keturunan Melayu.
Dalam dunia politik di Singapura, isteri dari Mohammed Abdullah Alhabshee ini memulai karier politik sebagai seorang anggota partai pemerintah yakni Partai Aksi Rakyat (PAP). Sejak Januari 2013 Halimah menjabat Ketua Parlemen Singapura ke 9. Karena ingin maju sebagai kandidat dalam pemilihan presiden, ia akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari jabatan ketua dan dari keanggotaan PAP.
Ibu lima anak ini menjadi orang ketiga yang menjadi ketua Parlemen dari ras minoritas secara berturut-turut pasca kepemimpinan Abdullah Tarmugi (politisi yang terlahir dari ayah Jawa dan ibu Tionghoa) dan Michael Palmer. Sebelumnya ia adalah Anggota Parlemen mewakili Perwakilan Konstituensi Kelompok Jurong antara 2001 dan 2015, dan Perwakilan Konstituensi Kelompok Marsiling-Yew Tee antara 2015 dan 2017.
Menyisihkan Dua Kandidat
Menjadi calon presiden di Singapura terbilang tidak mudah. Setidaknya ada segudang kriteria yang sangat ketat yang harus dipenuhi. Satu diantaranya adalah pernah menjabat sejumlah posisi penting politik selama sekurang-kurangnya 3 tahun. Untuk syarat ini, Halimah lolos dari syarat yang ditetapkan Komite Pemilihan Presiden.
Sementara untuk bakal calon dari kalangan swasta harus memiliki shareholders equity sekurang-kurangnya 500 juta dollar Singapura.
Inilah syarat yang gagal dipenuhi Farid dan Salleh karena shareholders equity perusahaan yang mereka pimpin tidak mencapai angka yang disyaratkan.
Gagalnya dua kandidat tersebut dipastikan Halimah menjadi satu-satunya bakal capres yang lolos. Sehingga dapat dipastikan Halimah menang dengan walkover di hari nominasi yang digelar pada Rabu (13/9/2017). Walaupun Pilpres Singapura dijadwalkan akan digelar pada Sabtu (23/9/2017) dipastikan tidak perlu diselenggarakan lagi.
Pentingnya Posisi Presiden
Walaupun posisi Presiden Singapura adalah seremonial namun jauh lebih kuat dari presiden seremonial di negara lain. Presiden Singapura mempunyai hak veto terhadap simpanan keuangan negara dan anggaran negara, penunjukan pejabat publik seperti Ketua Mahkamah Agung (MA), Jaksa Agung, Panglima Angkatan Bersenjata dan Kepala Staf Tiga Angkatan. Selain itu, Presiden juga dapat memveto Rancangan Undang-Undang (RUU) yang diajukan parlemen.
Seperti diketahui, bukan sekali ini pelaksanaan pilpres Singapura berlangsung walkover. Pada pilpres 1999 dan 2005 juga dimenangkan mantan Duta Besar Singapura untuk AS, SR Nathan tanpa kontes.
Halimah dijadwalkan dilantik pada Rabu (13/9/2017) malam ini. Banyak kalangan memprediksi haluan kebijakan negara akan sama dengan apa yang dilakukan presiden sebelumnya, utamanya terkait politik luar negeri Singapura. Akankah terjadi pergeseran geopolitik, minimal di tingkat Asia?
Sebuah pertanyaan yang membutuhkan analisis mendalam. Dan munculnya sosok wanita menjadi presiden pertama Singapura layak ditelisik lebih mendalam oleh para analis geopolitik. Soal pertarungannya di pilpres Singapura dan akhirnya terpilih menjadi presiden Singapura ke 8, mungkin tidak begitu penting.
Apapun perjalanan karier Halimah baru dimulai. Selama enam tahun kedepan, Halimah Yacob akan memimpin negara kecil yang menjadi pusat keuangan terdepan ketiga di dunia ini. Selamat untuk Halimah Yacob.