Hubungan Cina dengan Korut Tidak Lagi Sedekat ‘Bibir dan Gigi’

Bagikan artikel ini

Sudarto Murtaufiq, Peneliti senior Global Future Institute

Ketika Kim Jong Un mewarisi kekuasaan di Korea Utara pada akhir tahun 2011, presiden Cina Hu Jintao secara terang-terangan mendukung penguasa muda yang belum teruji itu. Pihaknya juga memperkirakan adanya kerjasama yang lebih kuat antara kedua negara.

Dua tahun kemudian, Kim memerintahkan eksekusi pamannya Jang Song Thaek pada 12 Desember 2013 silam. Kiprah Jang Song Thaek bahkan telah dilenyapkan dalam segala dokumen dan dokumenter.

Dalam pernyataan publik pertamanya terkait eksekusi Jang, Kim Jong-un menyebut tentang “penghapusan kotoran faksionalis”.

Dalam pesan Tahun Baru Kim Jong-un yang disiarkan secara nasional, ia menegaskan bahwa ‘tindakan tegas’ itu telah memperkuat kesatuan negara 100 kali lipat.

Sejak peristiwa itu, hubungan antara kedua negara itu memburuk sedemikian tajam sehingga para diplomat dan pakar khawatir Beijing akan seperti Washington yang menjadi target kemarahan Korea Utara.

Sementara Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya – dan banyak warga di Cina – percaya bahwa Beijing harus berbuat lebih banyak untuk mengendalikan Pyongyang, percepatan kemampuan nuklir dan rudal Korea Utara bertepatan dengan perhitungan total diplomasi tingkat tinggi di antara keduanya.

Pandangan bahwa Cina yang berkuasa memegang kendali diplomatik atas Korea Utara salah besar, kata Jin Canrong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin di Beijing.

“Tidak pernah ada hubungan bawahan antara kedua belah pihak. Tidak pernah. Terutama setelah berakhirnya Perang Dingin, Korea Utara jatuh ke dalam situasi yang sulit dan tidak dapat memperoleh cukup bantuan dari Cina, jadi mereka bertekad untuk menolong diri mereka sendiri.”

Kelaparan yang terjadi di pertengahan 1990-an yang menelan dua ratus ribu sampai tiga juta orang Korea Utara adalah titik balik bagi perekonomian Korea, yang memaksa perdagangan swasta pada negara yang terpusat. Hal itu memungkinkan Korea Utara mendapat kebebasan dari bantuan dari luar dan memberikan kepercayaan pada ideologi “Juche” yang resmi tentang kemandirian.

“Juche” adalah ideologi kemandirian Korea Utara, yang merupakan gabungan dari Marxisme dan nasionalisme kuat, yang diajarkan pendiri negara itu, Kim Il-sung, kakek pemimpin Korea Utara sekarang.

Kim Il-sung mengajarkan kepada rakyatnya untuk menancapkan dalam alam sadar mereka akan pentingnya ultranasionalisme dan self-reliance atau kemandirian. Dengan demikian, maka wajar ketika hampir seluruh penduduk Korea Utara begitu yang loyal pada negara dan pemimpin mereka. Loyalitas ini sampai tercermin pada dimasukkannya hari lahir Kim Il Sung dan Kim Jong Il sebagai hari libur nasional.

Dari kredo Juche inilah, Korut mengembangkan teknolohi nuklirnya sendiri dan bahkan mampu memberikan ancaman serius, terutama kepada Amerika Serikat menyusul serangkaian uji coba peluru kendali antar benua oleh Pyongyang belum lama ini, yang dapat terbang hingga sekitar 10.000 kilometer dan diperkirakan menjangkau beberapa bagian dari daratan utama Amerika Serikat.

Bahkan, baru-baru ini Korut berhasil mendapat kemajuan dalam pengembangan bom hidrogen yang akan dimuat dalam ICBM, demikian menurut laporan KCNA, kantor berita resmi Korut.

“Bom-H, yang kekuatan peledaknya dapat disesuaikan dari puluhan hingga ratusan kilo ton, merupakan senjata termonuklir bersifat multifungsi dengan kekuatan perusak yang hebat, meskipun diledakkan bahkan di tempat yang tinggi untuk serangan EMP (Electromagnetic Pulse) super kuat guna menyerang sesuai dengan sasaran strategis,” kata KCNA.

“Semua komponen bom H merupakan buatan dalam negeri dan semua prosesnya… dilakukan atas dasar Juche, sehingga memungkinkan negara untuk menghasilkan senjata nuklir yang kuat sebanyak yang diinginkan,” kata KCNA mengutip pernyataan Jong-un.

Dengan demikian, teranglah sudah bagaimana Juche menjadi entitas hidup dan selalu mengilhami dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah Korut.

Melihat fakta di atas, maka Korut seolah tidak ambil pusing andaikan Cina, yang selama ini menjadi mitra dagang utamanya, memutus hubungan kerjasamanya. Mengingat sejak dulu, hubungan kedua negara tidak sedekat antara bibir dan gigi.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com