Isu Coronavirus: Dari Rekayasa Agen Biologi menuju Pengendalian Ruang Hidup (Bagian III)

Bagikan artikel ini

Di bagian pertama diungkap bahwa Cina sengaja menggunakan strategi perang tidak biasa alias mau keluar dari pakem perang pada umumnya, dengan menciptakan dan sekaligus berusaha mengendalikan wilayah perangnya sendiri, yang memungkinkan dimenangkannya dengan memperhitungkan kekuatan dan kelemahan Cina secara global.

Di bagian dua diungkap persiapan domestik Cina sedemikian rupa yang membuktikan bahwa pelepasan Coronavirus bukanlah tanpa persiapan.  Sementara di bagian tiga ini diungkap bahwa untuk melancarkan tujuan operasinya maka Cina juga harus mengerahkan sumber daya internasionalnya sebagai pelindung dan penunjang sukses.

Membuka Kotak Pandora

Sebelum melangkah lebih jauh apakah sahabat memperhatikan perubahan narasi Cina atas fakta Coronavirus yang terjadi saat awal dan narasi terkini?

Pada awalnya Cina mati-matian mengatakan bahwa sumbernya adalah alami. Sejumlah ahli dikerahkan untuk memperkuat narasi ini, bahkan dimuat di media kesehatan terhormat dunia. Semua media yang mengatakan bahwa virus ini buatan, secara massif dikatakan sebagai berita palsu, non ilmiah mengada ada.untuk menutupi kejadian awal di Wuhan. Betul?

Namun coba sahabat perhatikan ketika makin banyak narasi virus buatan Cina ini menguat antara lain:

  1. Tuduhan AS yang memprovokasi dan menyerang Cina dengan pernyataan bahwa ini bioweapon Cina. Dan secara terbuka Mike Pompey mengatakan Virus Cina yang memancing kemarahan otoritas tertinggi Cina sendiri.
  2. Penelitian sebaliknya baik di India dan di Cina sendiri yang mengatakan ada sisipan yang mengarah ketidakmungkinan virus ini terjadi secara alami.
  3. Upaya Cina sendiri yang berusaha untuk menjadi pemimpin dunia dalam bidang pemberantasan coronavirus ini.

Maka secara tiba-tiba Cina menyalahkan AS tanpa dasar yang jelas, dengan mengatakan bahwa virus ini adalah senjata biologi yang sengaja dilepaskan AS saat pertandingan persahabatan militer dunia ke 7 bulan Oktober 2019 di Wuhan. Artikel ini bahkan dimuat dipublikasikan di situs web resmi militer China – Xilu yang mengatakan bahwa coronavirus Wuhan adalah buatan manusia.

Di sisi lain Cina mengajak negara dunia bersatu padu untuk melawan pandemic ini. Bukankah perubahan narasi resmi Cina bahwa virus ini alami, yang dipertahankan sedemikian rupa dengan bantuan para ahli pembela Cina menjadi gugur, ketika Cina menuduh AS atau negara manapun?

Dengan narasi “senjata biologi” artinya Cina pun mengakui bahwa Coronavirus Wuhan ini adalah virus hasil rekayasa agen biologi alias virus buatan manusia , terlepas dari siapapun yang merekayasa agen biologi ini. Kotak Pandora sudah terbuka dengan sendirinya?

Asal usul virus menjadi jelas. bahwa asal virus bukanlah karena alami yang merebak dari pasar hewan Wuhan. Tak ada lagi dasar untuk katakan bahwa virus ini alami, bila secara resmi Cina sendiri sudah mengakuinya, walau diungkapkan dengan kalimat dan bahasa yang lain.

Saya tidak akan bahas bagaimana reaksi ahli virology yang katakan ini terjadi alami lagi, karena mungkin akan mempermalukan mereka, karena ini berarti disadari atau tidak, mereka bagian dari konspirasi.

Di titik perubahan narasi ini maka persiapan tanggap darurat domestik yang dilakukan secara massif sebelum “pelepasan” virus ini yang telah diungkap di bagain terdahulu artikel ini menemukan kesesuaian tujuan yang tadinya hendak ditutup rapat.

Narasi ini juga sekaligus membuka fakta mengapa kerahasiaan harus dijaga sedemikian rupa sehingga sampel awal yang ditemukan harus dihancurkan oleh otoritas kesehatan Wuhan, mengancam dan menahan orang-orang yang terlibat di dalam penelitian, mengancamnya untuk tidak membuka luas atau meneruskan penelitian.

Membuka Rahasia Sikap Pembelaan WHO ke Cina

Hal lain yang menarik dalam kasus Coronavirus 2019 ini adalah sikap WHO yang seakan melindungi Cina. WHO sebagai lembaga pemandu kesehatan dunia diharapkan berpegang nilai-nilainya yang “mencerminkan prinsip-prinsip hak asasi manusia, universalitas, dan kesetaraan.”

Dengan mengutip konstitusi WHO sendiri yang mengatakan , “Kesehatan semua orang adalah dasar untuk pencapaian perdamaian dan keamanan dan tergantung pada kerja sama penuh individu dan Negara. Tetapi apa yang dilakukan WHO di kasus Coronvairus ini?

Pada 14 Januari, WHO seakan menjadi bagian propaganda Cina dengan mengatakan bahwa “penyelidikan awal” oleh otoritas Cina tidak menemukan bukti penularan virus corona dari manusia ke manusia.

Dengan tegas WHO mengatakan pada konferensi pers di Jenewa pada Januari. “At this time, there is no evidence of human-to-human transmission outside China,” Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, the W.H.O.’s director general, said at a news conference in Geneva. “That doesn’t mean it won’t happen.”

“Make no mistake,” he added. “This is an emergency in China, but it has not yet become a global health emergency. It may yet become one.”

Faktanya beberapa hari kemudian, laporan WHO sendiri juga yang juga melaporkan penularan dari manusia ke manusia secara “terbatas”, dan tetap meremehkan temuan tersebut sebagai tipikal penyakit pernapasan.

Fakta selanjutnya , WHO menolak menyebut wabah di Cina itu sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada 22 Januari.

Bersamaan dengan itu ada kasus yang dikonfirmasi di Taiwan, Australia, Jepang, Thailand, dan Korea Selatan. Pengumuman WHO baru muncul pada tanggal 12 Maret, dimana WHO mengatakan keadaan darurat dan melanjutkan untuk menyatakan pandemic internasional.

Salah satu hal terburuk yang dilakukan Cina adalah menyegel provinsi Hubei dari seluruh negeri, sementara penerbangan terus dilakukan di seluruh dunia. Apakah WHO mengkhawatirkan hal itu? Tidak

Seperti yang ditulis oleh headline di Reuters pada awal Februari, “Kepala WHO mengatakan larangan bepergian tidak perlu untuk mengalahkan virus Cina.”

Di saat mengeluarkan peringatan keras terhadap pembatasan perjalanan, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengeluarkan pujian bahwa “jika bukan karena Cina, jumlah kasus di luar Cina akan jauh lebih tinggi.”

Pada saat itu, seorang pejabat Cina dengan keras menolak pembatasan perjalanan dan mengingatkan semua orang bahwa “semua tindakan ini sangat bertentangan dengan rekomendasi oleh WHO.”

Tedros memuji pejabat Cina atas “transparansi yang telah mereka tunjukkan. Tim ahli WHO memuji tanggapan Cina setelah kunjungan pertengahan Februari ini ke Wuhan, berkontribusi pada alur cerita Cina bahwa ia berhasil menahan laju virus di mana semua orang telah gagal.

Sikap melindungi Cina demikian ini menjadikan marah banyak pihak, mengingat korban yang terus bertambah dari hari ke hari di seluruh dunia.

Disesalkan oleh banyak pihak karena bila WHO bersikap profesional sebagai alarm dan pemandu kesehatan dunia dengan memberikan peringatan dini dan dilakukan lebih awal, maka kemungkinan dunia akan siap lebih cepat mnghadapi pandemi dan waspada persebaran virus di negaranya masing-masing.

Pertanyaan ini kemudian mengarah pada ada apa antara Direktur WHO dan Cina?

Hal ini bisa dijawab dengan mengurai hubungan WHO China dan latar belakang terpilihnya Dr. Tedros. Selama sepuluh tahun terakhir hubungan WHO dan Cina mengalami masa-masa menguntungkan Cina dengan terpilihnya Dr. Margaret Chan alias Fung Fu-chun, seorang dokter berkebangsaan Cina Kanada, bekas kepala kesehatan di Hongkong dan sebagai Direktur WHO. Dr. Chan menjabat dua periode hingga selesai masa tugasnya 2017.

Di masanya atas nama penguatan kerjasama WHO-Cina , gelontoran dana negara dunia untuk WHO dipakai untuk pengembangan berbagai penelitian dan program bidang kesehatan, baik laboratorium lembaga penelitian dan Universitas di Cina. Termasuk di dalamnya mensukseskan Kebijakan Beijing “One China” yang menekan eksistensi dan pengaruh Taiwan di mata internasional.

Siapa Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus?

Dia bekerja sama erat dengan Cina, Clinton Foundation dan Bill and Melinda Gates Foundation selama masa jabatannya sebagai menteri kesehatan Ethiopia.

Dengan bantuan dan pengaruh uang Cina di seluruh negara Afrika, Tedros maju tahun 2017 sebagai Direktur Jenderal WHO, mewakili Uni Afrika. Tedros memenangkan pemilihan meskipun dituduh secara luas bahwa ia menutupi tiga epidemi kolera yang berbeda sebagai menteri kesehatan di Ethiopia.

Dr. Tedros, Direktur Jenderal WHO sebenarnya bukanlah seorang dokter medis, tetapi memiliki gelar PhD di bidang kesehatan masyarakat. Hanya beberapa bulan setelah mengambil alih di WHO, Tedros membuat keptusan kontroversial. Dia menunjuk mantan diktator Zimbabwe Robert Mugabe, seorang pelanggar hak asasi manusia yang terkenal untuk menjadi duta kesehatan WHO dan akhirnya putusan ditarik kembali setelah dunia internasional menolaknya.

Upaya untuk menunjuk seseorang yang seburuk Mugabe adalah upaya untuk membayar kembali Cina karena membuatnya terpilih.

“Para diplomat mengatakan penunjukan Mugabe adalah imbalan politik dari Tedros Adhanom Ghebreyesus – direktur jenderal Afrika pertama WHO – ke Cina, sekutu lama Mugabe, dan sekitar 50 negara Afrika yang membantu mengamankan pemilihan Tedros di tahun sebelumnya,” tulis kolumnis Sunday Times Rebecca Myers pada Oktober 2017.

“Para diplomat Cina telah berkampanye keras untuk Ethiopia, menggunakan pengaruh keuangan Beijing dan anggaran bantuan pangan untuk membangun dukungan baginya di antara negara-negara berkembang,” tambahnya.

Hubungan seperti ini membuat segalanya menjadi lebih jelas. Tak heran (jika) Tedros telah menirukan propaganda Cina sejak awal.

Sebagai catatan, bukti penggunaan lembaga dunia semacam WHO untuk memenangkan kepentingan Cina dan memanipulasi kondisi untuk melindunginya menjadi salah satu sumberdaya perang tak terbatas Cina untuk kendalikan dunia. Pertanyaannya, apakah kita semua tengah mencari kambing hitam dan menyalahkan pihak tertentu atas pandemik ini? Tidak, Namun kita juga tak boleh membiarkan para pelaku sejati, yang memang selayaknya untuk menerima semua penghinaan.

Bersambung…

Adi Ketu, Pengiat Sosial Media dan Peminat Isu Internasional

Baca artikel sebelumnya:
Isu Coronavirus: Dari Agen Biologi Menuju Pengendalian Ruang Hidup (Bagian II)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com