Jihad, G-WOT dan Humanisme

Bagikan artikel ini

Agus Maftuh Abegebriel, Dubes LBBP RI untuk Arab Saudi

Dalam sebuah forum internasional ” Transnational Islamic Movements; Network, Structure and Threat Assessment”, saya berkesempatan bertemu dengan pakar-pakar peneliti dan pengamat gerakan Islam dari berbagai belahan dunia.

Mereka adalah Mateen Siddiqui, wakil presiden ISCA (The Islamic Supreme Council of America-al-Majlis Al-Islami al-Syar’i al-A’la Fi Amerika), sebuah lembaga yang didedikasikan ”Promoting tolerance and moderation in Islam”. Mateen ”tampil beda” di forum tersebut lengkap dengan ”tsaqafah” jenggot lebatnya dan kopyah putih yang menambah kewibawaannya sebagai pengamal thariqah dibawah mursyid Syeikh Muhammad Hisnam Kabbani. Hadir juga sang penulis buku ”Inside Al-Qaeda”, Dr. Rohan Gunaratna yang juga peneliti senior pada Center for Study of Terrorism and Political Violence di Universitas St. Andrews dan International Policy Institute for Terrorism, Israel. Pakar-pakar level internasional lainnya yang berkesempatan hadir adalah Prof. Dr. Greg Fealy dari ANU (Australian National University) Canberra, Prof. Dr. Zachary Abuza, seorang guru besar dari Simmons College Boston yang memiliki keahlian dalam penelitian ”Terrorist Fundraising” dan hadir juga intelektual dan mantan Duta Besar Pakistan untuk Srilanka Prof. Dr. Hussein Haqqani yang pada tahun 2005 meluncurkan buku berjudul ”Pakistan between Mosque and Military”.

Disela-sela Coffe Break, saya sempatkan untuk berbincang dengan Hussein Haqqani dengan memunculkan beberapa diskursus tentang politik Islam yang memang sangat urgen untuk dipertanyakan kepada beliau yang pernah menjadi Penasehat tiga Perdana Menteri Pakistan yaitu Ghulam Musthofa Jatoi, Nawas Syarif dan Benazir Bhutto. Dalam keyakinan saya–yang pernah mengadakan penelitian gerakan Islam Internasional–Hussein adalah orang yang sangat tahu dan saksi penting–meski bukan saksi kunci–dari sebuah perselingkuhan politik–agama yang didesain bersama oleh AS, Pakistan dan Saudi Arabia. Ketika Husein Haqqani menjadi penasehat PM Pakistan, terjadi mobilisasi mujahidin internasional di Peshawar yang menjadi embrio dari ”The Virtual University for Future Islamic Radicalism”. Saya pertanyakan kepada Husein–yang masa mudanya aktif sebagai anggota Jama’ate Islami-nya Maududi–tentang bagaimana sebenarnya desain Jenderal hamed Gull (Kepala Intelijen Pakistan-Interservice Intelligence, ISI) yang menginginkan sebuah ”International Islamic Front” untuk mengimbangi kekuatan NATO dan Pakta Warsawa. Hussein Haqqani, profesor di Universitas Boston, terlihat sangat kaget dengan pertanyaan tersebut terutama ketika saya menyebut nama Hameed Gull yang punya hubungan dekat dengan W.J.Casey (CIA). Jawaban Hussein hanya dengan ”bahasa tertawa” dan saya sudah cukup paham dengan jawaban bahasa tubuh tersebut. Hussein menyadari bahwa memang pernah terjadi sebuah even besar di Pakistan yang dampaknya sekarang mendiaspora ke seluruh kawasan benua.

Dalam penelitian saya yang tertuang dalam buku ”Negara Tuhan; The Thematic Encyclopaedia” memang mengarah pada kesimpulan bahwa ada keterlibatan operasi intelijen dalam skandal Peshawar dalam memobilisasi radikalisme internasional untuk melawan Uni Soviet, yaitu intelijen Saudi Arabia dengan komandan Pangeran Turki al-Faisal yang punya hubungan dekat dengan Usamah bin Laden, CIA yang dimonitori oleh William Joseph Casey dan juga MI-6 (Millitary Intelligence Sextion Six) Inggris dan ISI (Interservice Inteligence) Pakistan dibawah komando Jenderal Hameed Gull dan kemudian Jenderal Akhtar Abdurrahman.

Kutipan berbahasa Arab diawal kata pengantar ini merupakan ungkapan jujur dari Richard A. Clarke, sebagai ”orang dalam” gedung putih dengan jabatan penasehat US National Security. Clarke mengungkapkan kejujurannya dalam menanggapi ”terrible job”nya Bush dalam sebuah karya monumentalnya yang bertitelkan ”Against All Enemies; Inside America’s War on Terror” yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Arab dengan judul ”Fi Muwajahati Jami’i al-A’da; Min Dakhil Kharbi Amerika ala al-Irhab”. Dalam kutipan dimuka, Clarke membeberkan bagaimana operasi rahasia dalam pemerintahan Presiden Reagan, yang ketika itu CIA dikomandani oleh Casey, menggelontorkan berjuta-juta dollar untuk mendukung dan menumbuhsuburkan jejaring radikalisme militan internasional untuk mengakhiri sejarah ”the Red Peril” Uni Soviet. Clarke juga membuka rahasia bahwa pada tanggal 12 September 2001 sehari setelah tragedi WTC, dia dipanggil mendadak oleh Presiden Bush dan diperintahkan untuk mencari bukti keterlibatan Saddam Hussein dalam serangan tersebut. Namun Clarke dengan nyali besarnya menulis laporan resmi kepada Presiden Bush bahwa ”tidak ada bukti sama sekali yang mengarah pada keterkaitan Saddam Hussein dengan serangan WTC tersebut” dan laporan Clarke ini juga ditandatangani oleh CIA dan FBI. Akan tetapi laporan tersebut karena tidak sesuai dengan keinginan Bush dikembalikan lagi kepada Clarke dan diberi sebuah catatan yang berbunyi ” Please Update and Resubmit”.

Pasca 11/9, bermilyar-milyar huruf disusun dan bermilyar kata dirangkai untuk mendiskusikan tragedi kemanusiaan tersebut dan salah satunya adalah ”Againts All Enemies” tersebut. Dari sekian banyak karya, terdapat satu buku yang paling menohok jantung pertahanan Amerika yaitu sebuah tulisan mantan Menteri Teknologi Jerman Andreas von Bulow bertitelkan Die CIA und der 11 September yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan judul CIA and September 11. Von Bulow yang pernah menjadi kepala divisi intelijen di Komite Parlemen Jerman ini memaparkan secara gamblang tentang apa yang sebenarnya terjadi dibelakang layar tragedi WTC 11/9 tersebut. Buku yang lengkap memuat daftar nama para pembajak, crew dan penumpang pesawat tersebut menggiring kepada sebuah kesimpulan bahwa Amerika dan CIA-nya terlibat dalam terjadinya tragedi kemanusiaan tersebut.

Buku Von Bulow yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Arab dengan judul ”CIA wa Dauruha Fi Ahdas 11/9, Al-Irhab al-Duwali wa Daur Ajhihati al-Mukhabarat” juga memaparkan sebuah bukti perselingkuhan agama-politik yaitu keberadaan Usamah bin Laden yang pernah melaporkan kepada CIA bahwa pasukan militan multinasional dari 46 negara telah siap mengakhiri riwayat negara Uni Soviet. Dalam sub bab tersendiri, Von Bulow juga melayangkan kritik pedasnya kepada sang think-tank legendaris AS, Zbigniew Brzezinski yang mempunyai andil besar dalam memberikan masukan-masukan kepada pemerintah Amerika.

Zbigniew Brzezinski pada tahun 1997 pernah memunculkan buku penting yang merupakan panduan perselingkuhan As-Islam Fundamentalis berjudul ”The Grand Chess Board; American Primary and It’s Geostrategic Imperative” yang edisi Timur Tengahnya digarap oleh Amel al-Syarqy dengan judul ”Riq’ah al-Satranji al-Kubra; al- Usuliyyah al-Amerikiyyah wa Mutatallibatuha al-Jeostratejiyyah”. Buku Zbig ini menjadi buku wajib dan pegangan pokok bagi komunitas neokonservatif Amerika (al-Usuliyyah al-Amerikiyyah).

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com