Bobby Adhityo Rizaldi, Anggota Komisi I DPR-RI
Apabila terjadi pecah perang di Semenanjung Korea antara Amerika Serikat versus Korea Utara, maka Indonesia akan terkena dampak. Setidaknya ada dua jenis dampak. Pertama secara fisik berupa radiasi yang terpapar hingga ke Indonesia. Kawasan Semenanjung Korea hanya 2.200 kilometer dari Papua dan 4.700 kilometer dari Jakarta. Kalau terkena radiasi, maka perang di Semenanjung Korea tersebut bisa menimbulkan mutasi genetik.
Sayangnya, Indonesia masih memiliki peralatan untuk mendeteksi radiasi dalam jumlah minim. Sejauh ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) baru mengoperasikan alat pendeteksi radiasi CTBT di enam lokasi.
Dampak kedua, secara ekonomi akan terjadi persoalan dalam hal penjualan LNG ke Korea Selatan, Jepang dan Republik Rakyat China (RRC).
Namun demikian, kedua dampak yang saya gambarkan dengan asumsi jika terjadi perang terbuka antara AS versus Korut. Sampai sejauh ini saya berkeyakinan bahwa antara Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un hanya sekadar perang mulut. Yang tidak diikuti dengan gestrure diplomasi yang mengarah pada persiapan menuju perang.
Apalagi beberapa fakta menunjukkan bahwa kalau dilihat dari segi keunggulan militer antara kedua negara, AS jelas jauh lebih unggul. Bahkan perbandingan kekuatan militer antara AS dan Cina sekalipun, angkatan bersenjata AS masih jauh lebih unggul.