Jokowi dan Media Massa

Bagikan artikel ini

Toni Sudibyo, peneliti di Forum Dialog (Fordial), Jakarta

Seorang pengamat mengomentari  penampilan  seorang tokoh masyarakat yang mempunyai kedudukan sebagai Gubernur, yaitu Joko Widodo,  mengapa ia yang sebenarnya biasa-biasa saja, tetapi ia telah menjadi demikian populer. Bahkan dalam hubungan mencari Capres untuk menghadapi Pilpres tahun 2014, Jokowi tampil sebagai tokoh yang paling populer diantara semua nama bakal Capres yang telah muncul.

Pengamat tersebut menyimpulkan Gubernur DKI Joko Widodo menjadi populer karena media massa hampir setiap hari pasti memberitakan kegiatan Gubernur DKI Joko Widodo  atau Wakil Gubernur Ahok, sehingga  mereka berdua selalu muncul dalam media massa yang terbit di Jakarta.
Namun demikian pendalaman lebih lanjut terhadap masalah   ini  menyimpulkan bahwa popularitas Jokowi dan Ahok  terus meningkat bukan karena Gubernur dan Wakil Gubernur DKI selalu muncul di media massa,  tetapi karena  munculnya Gubernur Joko Widodo maupun Wakil Gubernur  Ahok  selalu membawa berita, selalu menyampaikan berita, selalu menyampaikan apa yang hari sudah berbeda atau akan menjadi berbeda dari kemarin, dilingkungan Ibukota. Kedua tokoh daerah itu selalu menyajikan perubahan yang mengindikasikan ada upaya memperbaiki keadaan, disamping menyampaikan kesulitan-kesulitan mereka yang ingin menciptakan perubahan termasuk  perlawanan dari golongan yang karena kepentingannya telah melawan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.
Tentu sangat  surprise bahwa dari lingkungan Pemda DKI Jakarta, bukan hanya Jokowi menjadi populer dan dikaitkan dengan pencarian Capres yang tepat untuk Pilpres 2014, tetapi Ahokpun terasa menjadi ikut populer sejajar dengan Jokowi.   Karena apa karena Ahok bukan hanya setiap hari muncul dimedia massa Ibukota, tetapi ia juga tampil dengan membawa berita yang progresif tentang pembangunan DKI, tentang adanya sesuatu yang baru dalam kepemimpinan DKI.
Jokowi dan Ahok: Kekasih Media
Nama kader PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi melejit dalam survei sejumlah lembaga sebagai kandidat calon presiden dengan elektabilitas tertinggi. Terakhir, dalam survei Kompas yang dilakukan Desember 2013, elektabilitas Jokowi mencapai 43,5 persen. Direktur Pol-Tracking Institute Hanta Yudha AR menilai, faktor utama yang membuat figur Jokowi terus melesat adalah pemberitaan media. Jokowi setiap harinya, lanjut dia, tidak pernah lepas dari pemberitaan media, baik cetak, online, maupun televisi. “Yang membedakan Jokowi dengan tokoh-tokoh lama seperti Prabowo dan Wiranto adalah Jokowi dikenal melalui public relation, pemberitaan, sementara yang lain dengan iklan,” kata Hanta saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2014). Pemberitaan yang terus-menerus menyorot Jokowi, menurutnya, mampu menggugah hati masyarakat secara langsung untuk mendukungnya. Pemberitaan dianggap masyarakat sebagai sesuatu yang murni dan sungguhan. Sementara iklan lebih banyak dianggap masyarakat sebagai kampanye dan pencitraan belaka.
Oleh karena itu, jika tokoh-tokoh lain ingin bersaing dengan Jokowi, Hanta menyarankan agar mereka mengubah gaya politiknya. Tokoh lain, menurutnya, tidak akan efektif lagi jika masih terus-menerus beriklan. Mereka harus mengubah gaya dan strategi politiknya sehingga bisa ramai diberitakan di media.  “Mungkin penasihat politik mereka itu harus menyarankan bagaimana caranya agar mereka bisa diberitakan di media. Coba saya tanya tentang Jokowi, apa ada iklannya?” ujarnya. “Dari hasil survei kami beberapa waktu lalu juga terbukti kalau masyarakat sekarang lebih mendapatkan informasi politik dari berita dibandingkan iklan,” tambahnya.
Survei Kompas selama 2012 sampai 2013 mendapati bahwa dukungan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo semakin tak terkejar oleh sesama kandidat yang dinilai punya kans untuk diusung dalam Pemilu Presiden 2014.  Survei Kompas yang digelar dengan melibatkan 1.400 responden calon pemilih pada Pemilu 2014 itu memunculkan gambaran sosok Jokowi tak hanya mendapat dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai yang mengusungnya selama ini.
Data yang didapatkan dalam tiga tahap survei Kompas ini menunjukkan konsistensi tren peningkatan dukungan untuk Jokowi. Mendapatkan dukungan 17,7 persen dukungan pada survei pertama yang digelar Kompas pada Desember 2012, Jokowi melipatgandakan dukungannya menjadi 32,5 persen pada survei Juni 2013, dan terus membubung menjadi 43,5 persen pada survei Desember 2013. Tiga survei Kompas ini menempatkan lima kandidat selain Jokowi yang mendapatkan dukungan suara signifikan untuk berlaga di Pemilu Presiden 2014. Mereka adalah Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Wiranto, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla.
Mendambakan Perubahan
Masyarakat ternyata sangat mendambakan perubahan, kemajuan dan bisa mahami kesulitan Pemerintah apabila harus menghadapi tantangan serta bagaimana cara mengatasinya. Penghormatan rakyat kepada seseorang tokoh pimpinan bukan sekedar karena seseorang tokoh diberitakan sudah blusukan ke sesuatu obyek tetapi tidak ada berita perubahan yang terjadi. Penghormatan masyarakat terhadap berita blusukan seorang tokoh pimpinan akan muncul apabila blusukan tersebut disertai keputusan tokoh pimpinan yang bersangkutan memecahkan masalah yang dihadapi.
Masyarakat senang dengan berita tentang Jokowi dan juga Ahok, karena berita blusukan Jokowi dan Ahok disertai berita tentang perubahan, keberanian Jokowi dan Ahok memutuskan sesuatu demi perubahan, sedangkan informasi tentang perubahan tersebut adalah  bukti atas sikap Jokowi dan Ahok yang benar-benar pro kepentingan rakyat. Masyaraat DKI mengenal Jokowi dan Ahok bukan karena setiap hari berita kedua tokoh pimpinan tersebut masuk media massa, tetapi karena media massa selalu menceritakan perubahan-perubahan yang dibawa oleh Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru. Lalu apakah manfaat dari kesimpulan ini bagi kita yang ingin Pemerintah bukan hanya populer tetapi juga disenangi rakyat.
Bereferensi pada penampilan Jokowi dan Ahok, maka supaya Pemerintah juga populer dalam arti disenangi masyarakat, maka Pemerintah harus bisa menunjukkan bahwa karena berbagai kebijaksanaan Pemerintah maka perubahan telah terjadi, bahwa hari ini telah lebih baik dari kemarin dan ada rencana perubahan untuk besok sehingga keadaan besok juga akan lebih baik dari hari ini. “If you do not change, you die” harus dilakukan pemerintah, apalagi mereka sudah mendapatkan renumerasi dan berbagai insentif internal dari pimpinannya.
Dari sisi media massa maka jelas peranan yang diharapkan adalah pada satu sisi kemampuan menyajikan apa yang menjadi kepentingan masyarakat dan pada sisi lain   menyajikan peranan Pemerintah membuat berbagai keputusan dan menciptakan perubahan-perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Figur Jokowi tampaknya juga akan menjadi “episentrum” pertempuran pada Pemilu 2014, sehingga Jokowi perlu menyikapi secara bijaksana dan cermat, agar residu pertempuran politik tersebut tidak berlanjut sampai Pemilu 2014. Demikian juga pihak-pihak yang selama ini “merayu” Jokowi ataupun “memprovokasi” PDIP untuk mencalonkan Jokowi juga harus memperhatikan atau mempertimbangkannya lebih bijaksana, karena sejatinya Jokowi adalah aset nasional untuk 2019, karena menghadapi “masa jaya” Indonesia pada 2030 atau 2045 yang diramalkan berbagai futurolog diperlukan role model leader seperti Jokowi. Untuk role model leaderPemilu 2014, kita memerlukan tokoh yang dapat mengangkat harga diri bangsa agar bangsa lain menyegani kita.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com