Di Panama, negara tetangga (sebelah) Nikaragua — sebenarnya telah berdiri sebuah kanal yakni Terusan Panama sejak 1914. Kanal sepanjang 82 km ini, selain merupakan penghubung antarsamudera khususnya Lautan Atlantik dan Lautan Pasifik, ia memangkas jarak pelayaran serta mempersingkat waktu tempuh karena tanpa harus memutar dulu melalui ujung selatan Amerika Selatan. Misalnya, jika pelayaran dari New York (Pantai Timur AS) menuju ke San Francisco (Pantai Barat AS) memakan jarak sekitar 22.500 km (atau 14.000-an mil), apabila melalui kanal tadi, daya tempuh menjadi 9.500 km (6.000-an mil). Betapa keberadaan Kanal atau Terusan Panama mampu memotong jarak 8000 mil atau 13.000 km. Luar biasa!
Tempo doeloe. Rencana pembangunan kanal (Panama) telah muncul semenjak abad ke 16, namun karena faktor teknologi, biaya, dan lain-lain baru terealisir awal abad ke 20, tepatnya pada 15 Agustus 1914. Pada perjalanan pembangunannya, sempat dirundung aneka masalah seperti tanah longsor, kekurangan air, terjangkit demam kuning, merebak malaria, dan lain-lain. Tercatat 22.000-an orang meninggal karenanya, sebuah angka kematian yang fantasis bagi sebuah proyek non militer. Dan ketika jadi, ia merupakan jalur pelayaran internasional yang dilintasi rata-rata 12.000-an kapal per tahun.
Sepintas Terusan Panama
Kita menengok sekilas kronologi pembangunan Terusan Panama. Bahwa gagasan tersebut dicetuskan kali pertama oleh Raja Spanyol, Charles V di tahun 1524. Raja berkata, bila tanah genting di Panama dibelah maka akan mempersingkat pelayaran kapal-kapal kerajaan yang melintas dari Peru ke Ekuador, dan sebaliknya. Meski gagasan itu didukung sejumlah kerajaan lain di Eropa, namun toh terbentur berbagai keterbatasan sumber daya dan kendala terutama kendala teknologi. Ada gap antara cita-cita dan kenyataan.
Akhirnya pembangunan kanal baru dimulai tanggal 1 Januari 1880 oleh Perancis. Kenapa Perancis, ia terinspirasi oleh Ferdinand de Lesseps yang berhasil membedah dan membangun Terusan Suez di Afrika. Pembangunan pun kemudian dipercayakan kepadanya, tetapi karena terburu-buru sehingga tanpa didahului oleh studi-studi geologi dan hidrologi, maka proses pembangunan proyek tersebut selain menghamburkan banyak biaya, juga menelan korban 22.000 jiwa sebagaimana diurai sepintas di atas. Sebagian pekerja menyerah dan kembali ke negeri masing-masing. Proyek pun terbengkalai.
Melihat kondisi ini, Perancis menghentikan sementara proyek (1893). Tetapi setelah lima tahun berhenti, Perancis melobi AS (1898) agar mau meneruskan proyek tadi. Senat AS (1902) menyetujui pengambil-alihan proyek. Dan dua tahun kemudian (1904), Theodore Roosevelt, Presiden AS, memutuskan untuk membeli sisa-sisa peralatan dari Perancis guna meneruskan pembangunan. No free lunch. Tak ada makan siang gratis pada pengambil-alihan proyek dari Perancis ke Paman Sam, oleh karena salah satu syaratnya ialah, Paman Sam harus memerdekakan Panama dari “kolonialisme Kolombia” terlebih dulu. Dan kompensasi setelah Panama merdeka, hak kelola kanal diserahkan kepada AS, lalu pembangunan proyek dilanjutkan lagi.
Singkat cerita, proyek Terusan Panama dirampungkan (1914) bahkan waktunya pun terbilang dua tahun lebih cepat daripada waktu yang ditarget. Terusan Panama dibuka pada 15 Agustus 1914 saat bersemi benih-benih Perang Dunia (PD) I di Eropa. Dan tercatat pula bahwa kapal pertama yang melintas ialah kargo bernama “Ancon” .
Meloncat beberapa dekade setelahnya, bahwa usai PD II, rakyat Panama mulai ‘sadar dan melek geopolitik’. Maka mereka pun menuntut selain hak pengelolaan kanal tersebut, juga memprotes keberadaan militer AS yang semakin hari kian bertambah banyak. Menangkap fenomena kebangkitan geopolitik rakyat Panama tersebut, Presiden AS Jimmy Carter dan Presiden Panama Omar Torrijos menandatangani sebuah kesepakatan/Traktat Torrijos-Carter (7-9-1977) yang salah satu poin mengizinkan Panama mengelola sendiri kanal tersebut namun menjamin Neutrality Treaty (netralitas kawasan) dan AS — “diizinkan kapan saja kembali.”
Meskipun kesepakatan itu sempat dikecam oleh sebagian besar rakyat AS sebab merugikan kepentingan nasionalnya, namun inilah (mungkin) kelak poin terpenting bagi Paman Sam: “diizinkan untuk kembali,” entah apa maksudnya, entah kapan dilakukan.
Pada 31 Desember 1999, pengelolaan kanal diserahkan sepenuhnya ke Panama viaOtoritas Terusan Panama/Panama Canal Authority (ACP). Sebelum penyerahan, pemerintah Panama mengadakan tender internasional untuk masa 25 tahun kontrak pengoperasian pelabuhan kontainer yang dimenangkan Hutchison Whampoa, badan hukum Hong Kong milik taipan Li Ka Shing yang kelak juga menanamkan sahamnya di Facebook. Itulah sekilas pembangunan Terusan Panama.
Kanal Brito Dapat ‘Membunuh’ Terusan Panama
Kembali ke topik Kanal Brito, Nikaragua. Bahwa (rencana) pembangunan terusan sepanjang 200-an km yang prakiraan biaya sebesar USD 50 miliar atau sekitar Rp 600-an triliun dengan target tahun 2020 selesai, secara fisik kanal tersebut akan lebih dalam, lebih lebar dan lebih panjang daripada Kanal Panama itu sendiri. Boleh ditebak bersama, seperti halnya Kanal Isthmus di Thailand yang diramal dapat ‘mematikan’ Selat Malaka secara geopolitik, Terusan Brito pun tampaknya demikian, artinya selain bakal menjadi pesaing utama bagi kanal yang berdiri dekade 1914-an, Brito juga berpotensi ‘membunuh’ salah satu sumber (devisa) dari Pemerintah Panama.
Pertanyaan pun muncul di permukaan, “Apa langkah Panama menyikapi peperangan geopolitik yang digelar oleh Cina di sebelah rumahnya?” Bukankah dengan berdiri Kanal Brito nanti akan menggerus pundi-pundi devisa yang berasal dari retribusi lintasan (12.000-an) kapal per tahun di Terusan Panama?
Bersambung ke 4
Penulis: M Arief Pranoto, Peneliti Senior Global Future Institute (GFI)